Baru beberapa detik yang lalu Mark dan Nanon menginjakkan kaki di depan gerbang SMA N 137. Tapi lagi-lagi teriakan senior mereka menginterupsi untuk segera berkumpul ke lapangan.
Dua pemuda berparas manis ini sama-sama menghembuskan nafasnya kasar. "Tungguin gue, Mark." Yang diajak bicara menengok ke sahabatnya yang tertinggal di belakangnya sebelum...
BRUGHH ..
Tubuh Nanon terduduk di tanah. Sepertinya tak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri.
"Kalau jalan hati-hati makanya, dek." Suara dingin menghentikan kegiatan Nanon yang sedang mengusap lututnya. Sepertinya tergores. Kepalanya mendongak menatap sosok berseragam pramuka bantara lengkap yang sedang mengulurkan tangan di depannya.
"A..a..h iya, kak. Terimakasih." Nanon menjawab gugup sambil meraih tangan si pemuda dan berdiri di hadapannya.
Tanpa menanggapi ucapan Nanon pemuda itu justru pergi begitu saja menuju arah lapangan bergabung dengan gerombolan para bantara dan laksana yang lain.
*(Bantara biasanya kelas XI, sedangkan laksana biasanya kelas XII. Bantara adalah panitia pelaksana dalam kegiatan pramuka sedang laksana hanya penasehat dan pengawas.)
Setelah terbengong menyaksikan adegan drama di depan matanya Mark bergegas mendekati Nanon. "Lu nggak apa-apa?" Yang ditanya hanya mengangguk. Masih memandang kerumunan di mana senior penolongnya tadi telah bergabung.
"Lu kenal dia, Non?" Mark kembali buka suara ketika mereka mulai berjalan beriringan menuju lapangan.
"Nggak. Cuma gue kaya pernah liat aja." Nanon berucap sambil mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah bertemu seniornya itu.
"Goblok!" Satu geplakan diterima Nanon di kepalanya dari sang sahabat.
"Aww. Kok gue digeplak??"
"Karena lu begok. Ya pasti lah lu pernah liat. Dia kan yang tadi pagi jadi anggota OSIS seksi kedisiplinan itu? Namanya Romeo, dipanggilnya Ohm kalau nggak salah."
"Nah itu lu tau. Kenapa juga pake tanya gue kenal apa nggak sama dia? Kan tadi pagi udah kenalan?"
Mark menarik nafas panjang sebelum kembali menanggapi pertanyaan Nanon. Temannya ini susah sekali diajak bicara.
"Maksud gue apa sebelum ini apa lu udah kenal dia? Sebelum di sekolah tadi pagi? Ngapa dia nolongin elu?"
"Oh.. nggak sama sekali. Dan dia nolongin gue karena kasihan aja kali. Emang apa lagi?"
"Apa tadi lu nggak liat dia langsung lari ke arah lu waktu lihat lu jatuh terus nolongin elu?"
"Masa? Gue kirain gue emang jatuhnya di deket dia?"
Obrolan mereka berhenti saat sampai di lapangan dan langsung bergabung di barisan untuk mengikuti apel pembukaan latihan upacara.
Ketika semua sudah tenang giliran pradana putra maju ke tengah lapangan sebagai pemimpin upacara. Pradana adalah istilah untuk ketua keanggotaan bantara pramuka. Ada dua pradana dalam satu pangkalan (istilah untuk sekolah dalam pramuka) yaitu pradana putra dan pradana putri.
Seorang pemuda dengan baju seragam pramuka penuh badge, hasduk merah putih melilit leher jenjangnya, pluit menggantung di lengan kiri, tali pramuka terikat di pinggang, sepatu pantovel hitam mengkilap serta baret menutup surai berjalan tegap menuju tengah lapangan. "Danendra Romeo Pratama" nama yang tertera pada dada atasnya.
"Pasukan saya ambil alih. Semuanya.. siap grak!" Suaranya tegas menggelegar. Menutup mulut para peserta upacara yang sempat berbisik ria sebelumnya.
Mata Ohm mengedar dari ujung timur sampai ujung barat memindai wajah-wajah tegang para juniornya. Ketika pandangannya bersiborok dengan mata Nanon yang menyipit karena menghalau sinar matahari sore yang tepat mengarah padanya, sudut bibirnya terangkat. Meski hanya sedikit. Entah itu senyum atau malah seringai, hanya Ohm dan Tuhan yang tahu.
....
Hari pertama latihan pramuka di isi dengan materi-materi dasar di dalam kelas dan sedikit pengenalan baris berbaris di lapangan. Nanon dan para junior laki-laki yang lain duduk di bawah pohon kelengkeng mendengar arahan-arahan baris berbaris dari senior mereka, Krist.
"Rapatkan kaki kalian lalu buka bagian ujungnya. Bahu tegap sejajar, pandangan lurus ke depan." Krist menjelaskan sambil berpose memberi contoh.
"Kalau posisi tangannya gimana, kak?" Yang bertanya namanya Perth. Tadi Nanon sempat melihatnya berbicara akrab dengan Mark. Sepertinya mereka sudah saling kenal sebelumnya.
"Dengarkan dulu baru tanya. Kak Krist belum selesai menjelaskan." Dingin memang. Inilah Pluem, salah satu bantara dari kelas XI IPA. Auranya tegas, makannya sekali dia bicara banyak yang langsung ciut nyalinya.
"Tangan kalian diletakkan tepat dijahitan celana, di samping tubuh kalian. Jangan lupa mengepal. Posisi kepalannya seperti hendak memeras kelapa. Luruskan jempol kalian." Krist meneruskan penjelasannya dengan tenang namun tegas membuat para junior mudah mengerti.
Ketika Krist kembali melanjutkan menjelaskan Ohm datang dan berbisik sejenak pada sang ketua OSIS lalu maju menghadap para junior.
"Perhatian sebentar. Mulai besok kalian akan mulai berlatih dalam sangga (regu) masing-masing. Kalian bebas mencari teman satu sangga kalian dengan jumlah anggota tujuh orang persangga. Daftar nama anggota serta nama sangga diserahkan pada kak Gunsmile pada latihan besok. Apa ada yang belum kalian pahami?" Ohm berbicara panjang lebar tapi ekspresinya tetap saja datar. Membuat para junior yang hendak bertanya jadi mengurungkan niatnya. Mungkin kecuali satu orang_
"Kak, apa kami harus memilih ketua sangganya juga?" Nanon mengangkat tangan dan bertanya dengan nada polosnya. Si manis sempat memandang bingung teman-temannya yang memandangnya dengan tatapan 'lu serius?'nya.
"Pertanyaan bagus. Kalian tentukan sekalian ketua dan wakil ketua sangga kalian. Dan satu lagi, mulai latihan besok lengkapi atribut pramuka kalian. Akan ada sanksi bagi yang atributnya tidak kengkap. Paham?"
"PAHAM !!" Semua junior putra menjawab serempak.
Setelah berpamitan pada Pluem dan Krist, Ohm pergi menuju ke sanggar Pramuka yang letaknya tepat di depan ruang OSIS.
....
"Jadi siapa aja anggota kita?" Nanon bertanya pada Mark yang sedang menyedot es tehnya. Mereka, para junior putra masih berada di bawah pohon kelengkeng sambil menikmati waktu istirahat sebelum apel penutupan.
"Lu catet aja, Non. Besok langsung kasih ke kak Gunsmile." Malah Perth yang menanggapi.
"Okaii. Dari gue, Mark, Perth..."
"Ssing, Drake, Frank sama..." Perth mendikte Nanon sambil mencari siapa lagi yang pas mereka jadikan anggota terakhir.
"Chimon gimana?" Usul Mark sambil tak lepas dari es-nya.
"Ah iya, Chimon aja. Dia sekelas sama kalian kan?" Tanya Perth pada Mark dan Nanon.
"He'em." Gumam Nanon sambil menulis. "Besok lu yang ngumpulin mereka, ya. Gue yang nyerahin daftarnya." Tunjuk Nanon pada Perth.
"Tapi kan kita belum punya nama sangga teris ketua sama wakil ketuanya juga." Sela Mark lagi.
Mereka kembali diam dan berpikir. "Gimana kalau istirahat makan siang besok aja kita semua kumpul terus tentuin nama sangga sekalian ketuanya?" Perth memberi usul.
"Ok." Nanon.
"Gue ikut aja." Mark.
Bersambung...
Vote comment, please 🥺
Sorry for typo and thankyou 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA N 137 (OhmNon Version)
FanfictionCerita klasik tentang kakak kelas dengan adik kelas di tengah Masa Orientasi Peserta Didik Baru. Sudah pernah dipublish dalam versi Singto-Krist oleh author yang sama. Isi cerita sama dengan versi sebelumnya ditambah beberapa perubahan seperlunya d...