Chapter 19

2.8K 426 84
                                    

"Marc, kakakmu belum keluar kamar juga?" Ibu Nanon bertanya sambil membereskan bekas makan malam keluarganya.

"Belum, bu. Tadi cuma keluar mandi doang." Jawab si bungsu yang masih menonton televisi bersama sang ayah.

"Padahal dia belum makan dari tadi." Ibunya bergumam.

"Ibu kaya nggak tau kakak aja. Kalau lagi ngambek pasti semua orang kena semprot. Tadi aku panggil makan aja malah aku diteriakin berisik." Curhat Marc pada ibunya.

Sang ibu ikut duduk di samping Marc setelah pekerjaannya di dapur selesai.

"Emang dia kenapa sih, bu?" Sang kepala keluarga menimpali bertanya penasaran.

Ibunya menghembuskan nafas panjang. "Mboh lah, pak. Tadi pulang-pulang langsung cemberut masuk kamar."

"Apa jangan-jangan kakak habis nyatain cinta ke seseorang terus ditolak ya, bu?" Marc bertanya tanpa dosa.

"Ngawur!! Kakakmu kan pemalu. Ibu lebih percaya kalau dia yang nerima pernyataan cinta daripada dia yang nyatain cinta." Jawab ibunya.

"Bener juga sih." Marc bergumam.

"Atau dia dimarahin gurunya gara-gara nggak ngerjain tugas mungkin?" Bapaknya menimpali.

"Lahh, bapak kok berprasangka buruk sama anaknya?" Ibu menatap bapak sengit.

"Ya kan cuma mungkin." Cicit sang ayah. Segan dia dengan pandangan isterinya.

Tok.. tok.. tok..

Bapak Nanon menengok jam dinding di ruangan televisi tersebut. Pukul delapan lebih lima belas menit.

"Siapa yang bertamu malam-malam?" Gumamnya.

"Coba kamu buka pintunya, Marc !" Suruh sang ibu.

Marc bangkit menyerahkan remot yang dari tadi dikuasainya pada sang ayah lalu keluar menuju pintu depan.

Tok.. tok.. tok..

"Iya sebentaaarr!!" Ucap Marc agak berteriak. "Nggak sabaran amat  sih." Marc mendumel lirih.

Cklekk..

Pintu terbuka. Menampakkan seorang pemuda dengan hoodie abu-abu, celana jeans hitam dan sneakers hitam di depannya. Wajah panik dan kacau yang pertama kali Marc tangkap dari si pemuda.

"Maaf mau ketemu sama siapa ya?" Sapa Marc bingung.

Si pemuda melepas topi hoodie yang menutupi rambut hitamnya. "Nanon-nya ada?"

"Oh, kak Nanon ada kok. Kakak temennya kak Nanon?" Tanya Marc.

"Saya kakak kelasnya." Ohm, sang tamu menjawab singkat.

"Ya udah tunggu di dalem dulu kak nanti aku panggilin kak Nanon-nya." Saran Mac.

"Saya tunggu di sini aja." Jawab si pemuda menunjuk meja kursi di teras rumah.

"Oh, ok. Silahkan duduk dulu kak..." Alis Marc terangkat.

"Ohm."

"Ah, ya. Silahkan duduk kak Ohm." Marc lalu masuk menuju kamar kakaknya.

"Siapa, Marc?" Tanya ibunya saat Marc melewati ruang televisi.

"Kakak kelasnya kak Nanon."

"Oh. Siapa emang?" Tanya bapaknya.

"Dia bilang namanya Ohm." Jelas sang anak.

"Oh.. si ganteng ternyata. Cepetan panggil kakakmu. Ibu buatin minum dulu." Tanggap ibunya heboh.

SMA N 137 (OhmNon Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang