Chapter 20

2.9K 414 119
                                    

Sekali lagi Nanon mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangan. Cuaca sore ini memang masih terasa terik. Dan si manis malah harus berdiri kepanasan di depan gerbang sekolah menunggu kekasihnya yang sedang antri mengeluarkan motornya dari parkiran.

Ngomong-ngomong soal kekasih, belum ada teman mereka yang tahu kalau status Nanon dan Ohm sudah resmi berpacaran sejak dua hari lalu.

Tiiiiin..

Suara klakson motor Ohm sedikit mengagetkan si manis. Sang junior langsung mendekat dan menerima uluran helm dari seniornya.

"Muka kamu keliatan capek banget hari ini." Ohm memulai pembicaraan saat motor mulai melaju. Tangan kirinya mengelus tangan Nanon yang melingkar di perutnya.

Nanon menghembuskan nafas. Menyandarkan kepalanya di pundak kiri si pradana.

"Aku baru aja ulangan kimia. Rasanya pusing banget ngapalin nama sama letak unsur-unsur kaya gituan." Jawab Nanon lemas.

Ohm menanggapinya dengan senyum. "Tapi kamu bisa kan?"

"Nggak tau lah, mas. Aku bakal remed mungkin kali ini."

"Jangan sedih gitu, dong. Nanti aku ajarin kimia lain kali deh." Ohm menghibur Nanon.

"Mas sih enak. Punya otak pinter di segala bidang." Nanon menggembungkan pipinya.

"Makanya nanti aku ajarin ya, sayang. Masa calon istri juara olimpiade kimia sekabupaten remed ulangan kimia sih??" Ohm bermaksud menggoda.

Nanon malah memukul pundak belakang Ohm. "Istri-istri, apaan sihh." mulutnya makin manyun.

Sang pradana malah tersenyum melihat tingkah si manis. Menggemaskan sekali menurutnya.

"Dek, kalau kapan-kapan kamu mas ajak main ke rumah, adek mau?" Tanya Ohm lembut. Matanya agak melirik ke spion, melihat ekspresi kekasihnya.

"Ke rumah mas? Ketemu sama orang tua mas Ohm?" Nanon malah balik bertanya.

"Iya, sayang. Aku pengen kamu ngenal keluarga aku juga. Gimana?"

"Tapi aku malu, mas."

"Kok pakai malu segala? Emangnya kamu nggak punya hidung apa? Atau nggak pake baju?"

Mendengar sautan Ohm yang malah bercanda membuat Nanon memukul kembali bahu belakang sang pradana.

"Ouch.. sakit, sayaaaang."

"Habisnya, aku bicara serius kenapa mas malah bercanda?"

"Iya, iya. Kamu nggak perlu malu, dek. Keluarga aku punya pandangan yang open minded kok."

Nanon masih melamun, belum menanggapi omongan Ohm.

"Apa lagi kamu manis, pasti mereka senang punya calon mantu kaya kamu." Goda Ohm lagi.

"Apa sih maaas." lagi-lagi muka Nanon berhasil dibuat mendidih oleh kata-kata manis si anggota OSIS itu.

Perjalanan sampai rumah Nanon terasa singkat karena obrolan-obrolan ringan mereka. Ohm menghentikan motornya tepat di halaman rumah si manis.

"Aku langsung pulang, ya. Udah sore." Ohm menerima helm dari Nanon.

"Iya. Mas hati-hati di jalan." Jawab Nanon tersenyum.

"Kamu juga. Jangan rindu kalau nanti aku udah pergi ya." Tangan Ohm mengelus puncak kepala Nanon.

"Besok juga ketemu lagi. Ngapain harus rindu?"

"Karena mas juga selalu rindu sama kamu setiap mas nggak bareng kamu, dek."

"Ck. Kamu habis makan gula ya, mas? Mulutnya manis banget."

SMA N 137 (OhmNon Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang