"Dia siapa??" Si pria menunjuk Nanon dengan dagunya.
Tak ada yang berani memandang matanya. Mata sang pria menatap tajam. Wajahnya tampak tegas meskipun usianya tak lagi muda. Tipikal pimpinan yang disegani bawahannya.
Aku mau pulang aja ibuuu -batin Nanon takut ditatap begitu
Ibu Ohm yang melihat kecanggungan di depannya langsung berdiri menyambut sang suami.
"Emm.. dia.. temennya Ohm, yah.." ujarnya kebingungan menjawab.
Ayah Ohm hanya diam namun matanya tak lepas dari dua orang pemuda di kursi ruang tamu.
"Ayo ayah mandi dulu aja, biar ibu siapin baju gantinya." Tambah sang ibu menuntun ayahnya ke kamar mereka di lantai dua.
"Baiklah. Badanku juga udah keringat semua." Ayah Ohm hanya mengekori isterinya tanpa menoleh.
Huft......
Nanon menghembuskan nafasnya lega. Badannya dibawa menyender di sofa ruang tamu.
Sang pradana tersenyum maklum dan mengelus puncak kepala si manis. "Maaf ya, ayah emang orangnya agak keras. Tapi dia baik kok."
"Mas pernah nggak ngajak temen mas yang lain main ke sini?"
"Pernah kok. Tapi selalu waktu ayah pergi tugas karena dia nggak suka sama keramaian. Kamu tau sendiri seberapa berisiknya temen-temen mas."
Nanon mengangguk lucu. Kemudian matanya berkedip seolah teringat sesuatu. "Ayah mas tuh anggota tentara ya?"
Ohm menggeleng.
"Atau polisi?" Yang ditanya menggeleng lagi lalu tertawa.
"Kenapa kamu ngiranya begitu?"
"Habisnya dia serem. Kaya tentara atau polisi aja."
Ohm ikut menyenderkan badannya di senderan sofa lalu memandang Nanon di sampingnya. "Ayah mas cuma pegawai kabupaten biasa kok, dek. Dia kepala dinas perhubungan kabupaten."
Si manis langsung menegakkan tubuhnya. "Wahh.. Kadishub, mas?"
Ohm mengangguk.
"Hebat dong. Jadi kedua orang tua kamu PNS semua ya?" tambah Nanon antusias.
"Iya. Mereka pegawai negeri semua."
"Makanya rumahnya sebagus ini. Ternyata keluarga mas termasuk kalangan priyayi*. Nggak kaya keluargaku." Suara si manis mulai melirih di akhir.
Ohm ikut menegakkan tubuhnya. Memegang kedua tangan sang kekasih.
"Sstt.. kamu bilang apaan sih?"
"Aku ... aku ngerasa nggak pantes ada di posisi ini, mas. Harusnya pacar kamu juga dari kalangan orang terhormat, kan?" Si manis makin menunduk.
Tangan Ohm terulur, mengangkat dagu si manis. Nampak raut sedih dan murung di wajah Nanon.
"Kamu ngomong apa sih, sayang? aku ataupun keluargaku nggak pernah mandang orang dari statusnya. Lagipula kamu berharga dengan segala kelebihan kamu. Kamu manis, kamu lucu, kamu bisa bikin bahagia orang di sekitar kamu. Dan cuma kamu.... pemilik hati aku." Mata keduanya saling pandang.
Kalau tak ingat bisa kepergok ayah dan ibunya mungkin sudah Ohm lahap bibir merekah di hadapannya.
Suara langkah kaki menuruni tangga membuat sepasang sejoli tersebut langsung memberi jarak pada posisi duduk mereka. Keduanya saling bertatap canggung.
"Ohm, disuruh ayahmu beli obat pegel di warung depan." Ibu Ohm ternyata yang datang sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan.
"Emang ayahnya kemana, bu?" Tanya Ohm setelah menerima uangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA N 137 (OhmNon Version)
FanfictionCerita klasik tentang kakak kelas dengan adik kelas di tengah Masa Orientasi Peserta Didik Baru. Sudah pernah dipublish dalam versi Singto-Krist oleh author yang sama. Isi cerita sama dengan versi sebelumnya ditambah beberapa perubahan seperlunya d...