Chapter 7

4K 514 41
                                    

Jam menunjukkan pukul 17.05 tepat ketika latihan pramuka sore itu berakhir. Para junior berbondong-bondong keluar dari area lapangan tempat apel penutupan tadi dilaksanakan. Menyisakan para bantara dan beberapa laksana yang melakukan  evaluasi kegiatan latihan di sanggar pramuka.

Suasana berbeda nampak di area parkir dan gerbang sekolah yang ramai dengan para junior mengantre keluar gerbang, baik yang menggunakan motor, menunggu jemputan, ataupun menunggu angkutan umum.

Nanon dan Mark menunggu di barisan belakang untuk mendapat giliran keluar melewati gerbang.
Setelah kondisi gerbang cukup lenggang, barulah kedua pemuda manis itu melangkah keluar area sekolah menunggu bus mereka.

Tiiiiiin .....

Suara klakson motor yang berhenti tepat di depan kedua pemuda manis tersebut, mengagetkan mereka. Sontak keduanya memundurkan tubuh secara reflek.

"Gila. Kalau mau berhenti liat-liat, dong. Kami kaget tau!!" Mark mulai bicara dengan nada tinggi pada si pengendara Honda Beat hitam yang masih menutup kaca helmnya itu. Sedangkan Nanon di sampingnya hanya mengelus dada dan mencoba menormalkan nafasnya yang memburu.

Si pengendara motor hanya acuh dan melepas helmnya. Menampakkan rambut hitam mencuat dan senyum usilnya.

"Perth!! Kurang ajar lu emang. Mau bikin jantungan apa??" Mark memukul lengan kanan Perth.

Yang dipukul hanya cengengesan sambil mengulurkan sebuah helm yang tadi menggantung di jok belakang motornya pada Mark.

"Pake terus naik buruan. Gue anter pulang sekalian mau minjem DVD punya lu." Perintah Perth seenak jidat.

"Eoh.. tapi kalau gue pulang sama lu terus Nanon gimana?" Mark memandang Nanon sebelum menerima helm dari Perth.

Nanon yang dipandang oleh Mark dan Perth hanya menggeleng dan tersenyum. "Emang gue kenapa? Gue udah gede kali. Bisa pulang naik bus sendiri."

"Tuh, Nanon nggak apa-apa kok. Apa kita bonceng tiga aja? Tapi kayaknya susah. Badan lu kan kelebaran, Mark. Terlalu makan tempat." Canda Perth main-main yang dihadiahi death glare oleh Mark dan tawa renyah dari Nanon.

"Enak aja. Lu kira gue segede itu sampe makan tempat segala." Ucap Mark sambil cemberut.

"Emang." Gumam Perth lirih.

"Udah deh, Mark ikut sama Perth aja sana. Bentar lagi juga busnya pasti dateng. Nggak perlu khawatir." Nanon menengahi perdebatan dua sahabat absurd itu.

Setelah diam sejenak menimbang, akhirnya Mark menerima helm yang dari tadi dipegang Perth. "Ok..ok... Lu ati-ati ya, Non. Kalau ada yang macem-macem sama lu jangan lupa chat gue."

"Iya tenang aja. Udah gue bilang kan gue ini udah gede. Udah bisa jaga diri  sendiri juga."

"Ya udah, kami pergi duluan, ya. Sampai jumpa besok pagi." Mark.

"Bye, Non." Perth melambaikan tangannya sebelum tancap gas meninggalkan Nanon terduduk di depan sekolah sendirian.

....


Tak seperti ekspektasi Nanon di awal tadi, ternyata bus yang ditunggu tak datang-datang. Junior-junior yang Nanon kira juga sedang menunggu bus sama dengannya ternyata dijemput satu persatu.

Pikiran Nanon mulai bingung. Bagaimana ini? Apa busnya sedang mogok? Apa dia harus minta dijemput juga? Tapi ayahnya kan pulang kerja sampai malam. Sedangkan adiknya, masa mau menjemputnya pakai sepeda? Apa Nanon jalan saja? Bisa sampai tengah malam kalau jalan kaki.

Jalan kaki aja lah! Siapa tau nanti ada yang kasihan dan mau ngasih gue tumpangan -batin Nanon

Akhirnya si pemuda manis berjalan lambat menyusuri trotoar jalan.

SMA N 137 (OhmNon Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang