Chapter 23

2.5K 373 21
                                    

Ini hari minggu, masih pagi pula. Hari yang tepat untuk istirahat bagi para siswa SMA N 137 setelah seminggu kemarin memacu kerja otaknya guna mengerjakan ujian tengah semester. Apa lagi senin esok mereka juga akan melaksanakan class meeting. Jadi lebih baik hari libur begini dihabiskan untuk istirahat saja.

Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk Nanon. Siswa kelas X IPA 4 itu sudah mandi dari pagi serta berpakaian rapi. Hal aneh yang tentu saja mendapat pandangan heran dari ayah dan ibunya. Adiknya saja masih tidur pulas.

Tok.. tok..

Jam sembilan pagi pintu rumah diketuk dari luar. Yang membukakan adalah sang ayah yang kebetulan sedang menyemir sepatunya di ruang tamu.

Cklek..

"Selamat pagi, om." Seorang pemuda dengan celana chino warna mocha serta kemeja maroonnya yang digulung sampai siku tersenyum menyapa dan mencium tangan yang lebih tua.

"Pagi. Ini nak Ohm kan ya?" Ayah Nanon mencoba mengingat.

"Iya, Om. Nanon-nya ada?"

"Ada kok, ada. Ayo masuk dulu."

Ohm mengikuti si lelaki paruh baya duduk di ruang tamu.

"Siapa, pak?" Ibu Nanon keluar dari arah dapur.

"Ehh, ada nak Ohm. Cari Nanon, ya?" sambung Ibunya ketika mendapati sang pemuda duduk di ruang tamunya.

"Iya, tante. Nanon-nya lagi apa ya?" Tanya Ohm sopan setelah mencium tangan ibu Nanon.

"Lagi di kamar tuh. Ibu panggilin dulu, ya. Nak Ohm mau minum apa?"

"Nggak usah tante, saya cuma sebentar kok. Mau jemput Nanon." Tolak halus si tampan.

Ayah dan ibu Nanon saling pandang lalu sama-sama mengernyit.

"Emangnya mau kemana nak Ohm?" Ayah Nanon yang bertanya.

"Mau main ke rumah saya, om. Ibu saya pengen ketemu Nanon." Jawab Ohm.

"Lho, ibu nak Ohm kenal sama Nanon?" Giliran ibunya yang bertanya.

Si pemuda tersenyum teduh. "Belum, tante. Cuma pernah liat foto Nanon di handphone saya. Jadi pengen ketemu langsung katanya."

"Oh.. kalau gitu ibu panggilin dulu Nanon-nya ya. Kayaknya dia sludah siap-siap dari tadi." Lalu si ibu masuk salah satu kamar untuk memanggil anak sulungnya.

"Om, suka bola juga?" Ohm tak sengaja melihat koran bola di kolong bawah meja ruang tamu.

Ayah Nanon menjawab sambil melanjutkan menyemir sepatu. "Iya. Om suka nonton bola. Apalagi kalau yang tanding Real Madrid."

"Om suka Real Madrid?"

"Iya gitu deh. Tapi sayang banget sekarang mereka udah nggak diperkuat sama Ronaldo."

"Iya om. Ronaldo kenapa pindah ke Juventus ya, padahal dia main bagus banget di Real Madrid."

"Mungkin salah satu faktornya karena Zidane pindah juga. Dia kayaknya kurang nyaman sama susunan pemain yang sekarang."

Saat sang ayah menjelaskan Nanon muncul bersama ibunya. Tubuhnya terbalut oversize d hoodie warna peach, sedangkan kaki jenjangnya dilindungi oleh celana jeans panjang warna putih. Benar-benar manis.

Ohm saja memandangnya sampai lupa berkedip.

"Mas, maaf ya lama." Sapaan Nanon mengembalikan kesadaran Ohm yang sempat lenyap sekejap.

"Oh. Nggak masalah, Non. Aku belum lama kok."

"Ya udah. Mau sekarang aja?" Tanya si manis.

Sang pradana mengangguk. "Om, tante, saya ijin ngajak Nanon pergi ya. Saya janji nggak sampai malem kok." Matanya menatap ayah dan ibu Nanon bergantian.

SMA N 137 (OhmNon Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang