"TWENTY"

8.8K 803 104
                                    

"TWENTY"












Jeno, sudah hampir gila karena tak juga menemukan Haechan, dia sudah bertanya pada orang-orang yang mengenal Haechan, namun hasilnya tetap nihil.

"Kau di mana sih, Chan" gumam Jeno berjalan di taman kecil dekat kampus.

Sebut saja Jeno itu penjahat tak tau diri, sudah menyakiti tapi masih di cari.

Jeno, benar-benar menyesal untuk hal ini, dia memang sering menjebak orang untuk bersetubuh dengannya dan kekasihnya, tunggu kekasih? Ahhh mungkin bisa di bilang mantan kekasih untuk saat ini.

Ya, Jeno dan Mina telah resmi putus setelah kejadian di mana Haechan mengetahui akal busuk mereka dan Jaemin menghajar Jeno habis-habisan.

Penyesalan Jeno di sini adalah tumbuhnya rasa ingin memiliki Haechan untuk selamanya, ya itu terdengar aneh tapi itulah kenyataannya.

Jeno, baru menyadari perasaannya saat mereka dia melakukan sex pertama dengan Haechan, saat itu juga dia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus menjaga Haechan dan tak akan melepaskan laki-laki mungil itu.

Tapi sekarang apa? Haechan justru pergi dari hidupnya yang ia sendiri tak tau di mana laki-laki mungil itu berada.

"Hufff" entah untuk keberapa kalinya Jeno membuang nafas kasar.

"Jen"

Yang di panggil mendongak guna melihat siapa yang menyapanya.

"Njun!" terkejut Jeno yang segera bangkit dari duduknya.

"K-kau beneran Njun?" tanya Jeno memastikan.

Pria cantik dan imut itu mengangguk dengan senyum manis di wajahnya.

"B-bagaimana kau bisa ada di sini?"

"Kenapa tidak bisa? kau tak suka aku kembali?" tanya orang yang di panggil Njun.


                                              • • • • •



Di sisi lain Haechan beberapa kali mengerjakan matanya dan sesekali mengusap matanya sebelum 100% terbuka.

"Gghhhh" lenguh Haechan sambil memutar tubuhnya menghadap Jaemin yang masih terlelap di sebelahnya dengan lengan bertengger pada pinggang rampingnya.

Haechan, tersenyum melihat wajah damai Jaemin saat tertidur, membuat jari mungilnya bergerak menyingkirkan poni yang menutupi wajah tampan suaminya itu.

"Maaf" gumam Haechan mengusap lembut rahang Jaemin.

Cup.

Haechan, membolakan matanya saat Jaemin tiba-tiba mencium bibirnya dengan mata yang masih tertutup.

"Na, cepat bangun" ucap Haechan mencoba bersikap tak terjadi apapun.

Bukannya bangun, Jaemin justru menarik Haechan menghapus jarak antara mereka.

Cup.

"Na"

Cup.

"Nana"

Cup.

"Nana ihhh"

Cup.

"Nana hen-eegghh Na-aahhhh"

Jaemin, menyerang area leher Haechan tanpa ampun hingga terlihat beberapa bercak merah ke unggulan di sana.

Tak sampai di situ Jaemin memasukkan tangannya pada piama yang Haechan kenakan, mengusap punggung mulus Haechan.

"gghhhh~"

Jaemin, membalikkan tubuh Haechan menjadi berada di bawah kukuhannya.

Jaemin, menatap Haechan yang juga menatapnya dengan tatap sayu.

"Apa aku boleh melakukannya?" tanya Jaemin yang sepertinya tak perlu bertanya mengingat seratus mereka yang sudah menjadi suami istri.

Haechan, tak menjawab dan masih setia menatap Jaemin dalam.

"Aku tak akan melakunnya tanpa izinmu" ucap Jaemin yang mulai beranjak dari atas tubuh Haechan.

Cup.

Haechan, menarik tengkuk Jaemin dan mempertemukan bibir mereka kembali.

Mereka terdiam sesaat sebelum Haechan menutup matanya dan mulai melumat bibir tipis Jaemin.

Melihat hal itu membuat sudut bibir Jaemin terangkat dan Jaemin mulai menutup matanya lalu mengambil alih ciuman Haechan dan mungkin ciuman itu akan berakhir dengan sex pertama mereka selama mereka berstatus sebagai pasangan suami istri.

"Ini masih terlalu sempit baby, apa si breksek itu tidak melakukannya dengan baik?" bisik Jaemin di sela-sela ia berusaha memasuki Haechan.











~||~

Fix Nahyuck 🤧🤧✌️

"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang