"FORTY-EIGHT"

4.9K 502 42
                                    

                                     "FORTY-EIGHT"












Jaemin, memasuki apartemen yang sudah ia sewa untuk beberapa minggu ke depan dengan perasaan bercampur aduk setelah bertemu seseorang yang ia kenal di taman tadi.

Ddrrrttt....

Ddrrttt....

Getaran ponsel membuat Jaemin tersadar dari lamunannya dan meraih ponselnya.

"Iya sayang"

........

"Hah?!"

........

Jaemin, terdiam sampai-sampai tak menyadari kalau ponselnya terjatuh ke lantai.

"I-ini gak mungkin" gumam Jaemin sambil menggelengkan kepalanya.

• • • • •

"Udah tidur?"

"Umum" jawab Haechan sambil mengangguk dan menurup pintu kamarnya.

Haechan, berjalan menuju ranjangnya setelah menirukan Hyuckje.

Baru Haechan ingin menaiki ranjang, Jeno sudah menariknya yang membuat Haechan terjatuh di atas tubuh Jeno.

"Capek banget ya" tanya Jeno sambil menyingkirkan poni Haechan.

Haechan, tersemyum "enggak, bukankah itu sudah menjadi pekerjaanku" ucap Haechan.

"Bener gak capek?"

Haechan, menggelengkan kepalanya yang membuat Jeno tersenyum.

"Kalau gitu selesaikan pekerjaanmu yang satu ini" ucap Jeno yang langsung membalikkan tubuh Haechan menjadi di bawah kukuhannya.

Dan tanpa aba-aba Jeno langsung menyerang bibir Haechan dengan brutal.

"Gghhh~" lenguh Haechan saat tangan Jeno memasuki piama yang ia kenakan.

Puar dengan bibir Haechan, Jeno pindah ke area leher Haechan dan meninggalkan bercak merah ke unguan di sana.

"Ahhh... jenhh...gghhh.."

Jeno, melepas semua baju yang di kenakan Haechan sehingga Haechan terbaring tanpa sehelai kain.

"Kita buat adek untuk Hyuckje" bisik Jeno sebelum kembali menyerang bibir berisi milik Haechan.

Jeno, melepas piama yang ia kenakan dan langsung mengarahkan juniornya pada lubang milih Haechan.

"Aahh~... Jenhh~ ... pelhh..."

Jleb!

Jeno, tak menghiraukan rintihan Haechan dan langsung memasukan miliknya dengan satu kalai hentakan.

"Aku akan bergerak" ucap Jeno.

Dan mereka habiskan malam dengan membuat adek untuk Hyuckje.

"PAPA MAMA BANGUN!!!" teriak Hyuckje saat melihat kedua orang tuanya masih tertidur di saat matahari mulai naik.

"Mama, nanti Hyuckje terlambat sekolah"

Mata Haechan seketika terbuka lebar mendengar ucap anaknya.

"Hyuckje, jam berapa sekarang?" tanya Haechan.

"Tidak tau" jawab Hyuckje sambil memberikan jam kecil yang ada di atas nakas pada Haechan.

"Astaga, lima belas menit lagi, sayang ayo cepat ganti bajumu" ucap Haechan yang ingin bangkit dari ranjang.

"Mama kenapa tak memakai baju?"

Haechan, kembali duduk sambil menujukkan deretan giginya "sayang kamu tunggu Mama di luar ya" ucap Haechan yang di angguki Hyuckje mulai berjalan keluar kamar.

"Terkutuk kau Lee Jeno" gumam Haechan sembari bangkit dan berlari menuju kamar mandi.

• • • • •

Jaemin, duduk di salah satu bangku yang ada di taman menunggu ke darahgan seseorang yang entah akan datang ke taman itu lagi atau enggak.

"Papa, aku ingin bermain ayunan itu" teriak anak kecil yang merengek pada papanya.

Suara yang sangat Jaemin kenali meski baru bertemu satu kali, dan benar itu suara anak yang sedari tadi siang Jaemin tunggu.

"Hai" sapa Jaemin.

"Paman"

"Sayang ayo pulang nanti Mama marah" ucap sang papa yang langsung menggendong anaknya.

Sedangkan Jaemin terdiam sesaat sebelum akhirnya mengejar sepasang anak dan papa itu.

"Tunggu!" Teriak Jaemin.

"Mama!"

Langkah Jaemin terhenti saat melihat sosok yang sangat ia kenal bahkan ia rindukan berjalan mendekati anak itu.

"Mama, tadi Hyuckje ketemu paman itu lagi"

"Bertemu lagi? dimana?"

"Itu"

Mata Haechan membola melihat sosok Jaemin yang masih berdiri menatap ke arah mereka.

"Sayang, ayo pulang" ucap Haechan meraih tangan anaknya dan menatap Jeno sesaat.

"Haechan~aaa!" teriak Jaemin namun tak di gubris oleh Haechan yang terus berjalan menjauh.








                                                  ~||~

Besok end woeee... aQ masih pengen gesrek bareng kalian di Book ini 😭😭😭.

Btw ada yg bisa nebak endingnya gak..???

"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang