"THIRTY-NINE"

4.7K 518 63
                                    

                                       "THIRTY-NINE"











Haechan dan Jeno tengah duduk di salah satu cafe dekat rumasakit bersama dengan Renjun yang duduk di depan Haechan.

Iya Renjun, kalian tak salah dengar kok, orang yang bertemu Haechan di rumah sakit adalah Renjun yang kebetulan berada di sana dan tak sengaja melihat Haechan.

"Bagaimana kandunganmu?" tanya Renjun memecahkan keheningan di antara mereka bertiga.

"Baik" jawab Haechan dengan senyum di wajahnya seolah sudah mengenal Renjun lama setelah Jeno memberitahunya siapa Renjun, ya begitulah Haechan yang mudah bergaul dengan suapun bahkan Haechan melupakan bahwa Renjun orang yang pernah ciuman dengan suaminya.

"Syukurlah, kapan kau akan melahirkan?"

"Uummm, dokter bilang jika kehamilan normal pada wanita kemungkinan 2 bulan lagi, tapi untuk aku mungkin bisa maju satu bulan lebih cepat" jelas Haechan yang mendapat anggukan paham dari Renjun.

"Lalu kenapa kau bisa di rumasakit?" tanya Jeno.

Renjun, menunduk dan tanpa sadar air matanya mulai keluar.

"Jaemin" ucap Renjun lirih tapi masih bisa di dengar jelas dan mampu membuat mata Haechan membulat.

"Kenapa dengan Jaemin?" tanya Haechan dengan nada khawatir. Dan Jeno yang sadar akan itu mencoba meraih tangan Haechan untuk menenangkannya.

"Dia memutuskan untuk kembali ke Korea dan menjalani perawatan di disini karena dia ingin menghembuskan nafas terakhirnya di negara kelahirannya" jelas Renjun dengan terisak pelan.

Tak bisa Renjun sembunyikan jika dirinya sudah menaruh rasa pada pemuda berdara Korea yang sedang berjuang hidup itu.

Tujuh bulan hidup bersama Jaemin, menjalani hari-hari bersama tak menutup kemungkinan untuk Renjun tidak jatuh cinta.

"Maaf" ucap Renjun.

Haechan, paham sangat paham kata maaf yang di ucapkan Renjun itu bermaksud untuk apa.

"Tak ada yang harus di maafkan" ucap Haechan berusaha tegar, bagaimanapun dia juga akan bercerai dari Jaemin dan jarmin berhak manjalin hubungan dengan siapapun.

Dan Haechan yakin, Renjun orang yang tepat untuk Jaemin di banding dirinya.

"Chan"

"Ayo kita pulang, aku lelah" ucap Haechan yang langsung mendapat anggukan dari Jeno.


• • • • •


Selama perjalanan Haechan maupun Jeno hanya diam tanpa ada yang ingin bersuara.

Jeno, fokus pada jalan dan menyetir mobil, sedangkan Haechan memilih melihat jalan dari kaca mobil di sampingnya.

"C-Chan" panggil Jeno lirih karena merasa ada sesuatu yang di rasakan Haechan.

Jeno, meraih tangan Haechan menggukan satu tangannya membuat Haechan menoleh ke arahnya.

"Kau tak apa?"

"Uumm" jawab Haechan sambil mengangguk dan tersenyum ke arah Jeno.

Jeno, tau Haechan berbohong tapi Jeno juga tak tau harus berbuat apa.

"Ahk..."

"Chan, kenapa?" panik Jeno saat tiba-tiba Haechan memegangi perutnya.

"J-Jen...ahk... inihh.. sakit... hiks..."

Jeno, segera menepikan mobil untuk berhenti di pinggir jalan.

"Chan.. kamu kenapa?" bingung Jeno yang tau harus bagaimana.

"Hiks... Jeno~aaa... sakit.."

"Kita kembali ke rumasakit" ucap Jeno yang langsung menyalakan mobil dan putar arah menuju rumasakit.

Sesampainya di rumasakit, tanpa basa basi Jeno segera menggendong Haechan masuk sambil berteriak meminta bantuan.

"Suster tolong!" teriak Jeno yang langsung mendapatkan pertolongan dari beberapa suster yang mendorong brangkar.

Dengan perasan cemas, khawatir dan perasaan-perasaan yang tak bisa di jelaskan, Jeno mondar-mandir di depan pintu UGD yang mana ada Haechan di dalamnya.

Cklek!"

Pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan seorang dokter yang keluar dari sana.

"Bagaimana ke adanya dok?"

Dokter itu menghela nafas berat, "dia mengalami kontraksi dan harus segera di lakukan operasi untuk mengeluarkan bayinya" ucap dokter itu.

"Jika itu yang terbaik, lakukan dok" ucap Jeno.

Lagi-lagi dokter itu menghela nafas sebelum lanjut berbicara "kemungkinan untuk selamat keduanya hanyalah 10% dan sekarang anda harus memilih salah satu untuk di selamatkan jika ada kemungkinan tak bisa di selamatkan keduanya" jelas dokter itu.

Bagai di sambar petir di saat langit sedang cerah, Jeno terduduk lemas di lantai rumasakit dengan air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi wajahnya.

Bagaimana bisa Jeno memilih salah satu dari orang yang ia cintai dan darah dagingnya.

"Hiks... apa yang harus aku lakukan?" gumam Jeno di tengah-tengah isaknya.

"Jen" panggil Haechan lirih.

Jeno, mengangkat wajahnya dan menghapus airmatanya saat mendengar suara Haechan yang sudah siuman.

"Aku mohon selamatkan anak kita" ucap Haechan seolah tau apa yang ada di pikiran Jeno.

"Tapi Chan"

"Aku sudah cukup melihat indahnya dunia, melihat senyumu, bercanda denganmu, semuanya sudah aku lakukan bersamamu, sedangkan dia" Haechan menggantung ucapannya sambil mengarahkan tangan Jeno pada perutnya.

"Dia belum melihat apapun di dunia ini, kau bisa menceritakan tentangku padanya" lanjut Haechan.

Dan tak lama kemudian pintu ruangan terbuka yang menampilkan tiga suster yang akan membawa Haechan ke ruang operasi.

"Berjanjilah untuk menyelamatkan anak kita dan besarkan dia dengan baik, sampaikan maafku padanya karena tak bisa merawatnya" ucap Haechan memberikan lembaran kertas yang Jeno letakkan di nakas samping ranjang Haechan untuk di tanda tangani Jeno.

"Aku mencintai mu Lee Jeno" ucap Haechan membuat Jeno tersenyum karena ini pertama kalinya Haechan mengatakan cinta padanya.

Jeno, menatap kepergian Haechan yang di bawa oleh suster dan beralih menatap kertas tang ada di tangannya.

"Kau yang terbaik Chan, aku bangga mengenalmu, dan semoga ini bukan pilihan yang salah yang aku ambil" gumam Jeno menandatangani kertas persetujuan itu dan bangkit berjalan menuju ruang dokter yang akan mengoperasi Haechan.






                                                     ~||~

Geg"an gak kalian....???

     Sama aQ juga enggak 🤣🤣

Maaf Up nya telat lagi... tadi main iG dulu🤣🤣.

"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang