"SEVENTEEN"
Haechan, berlari menuju mobil Jaemin yang terparkir di depan gedung asrama.
Brakk!!
Jaemin, terkejut saat Haechan masuk dan menutup pintu mobil dengan sangat kencang.
"Chan, ada apa?"
"Na- hiks"
Haechan, tak mampu menahan airmatanya untuk tidak keluar dan dia tak mampu menjawab pertanyaan Jaemin, yang ia butuhkan sekarang adalah bahu seseorang untuk tempat ia meluapkan semua rasa sedihnya.
"Sssttt... sudah jangan menangis" ucap Jaemin sambil mengusap lembut punggung Haechan.
"Pak, tolong jalankan mobilnya" ucap Jaemin pada sang sopir.
Jaemin, terus mendekap Haechan yang masih menangis setelah kembali ke kamar asramanya guna mencari ponselnya.
"Chan" panggil Jaemin setelah dirasa tangisan Haechan mereda.
Haechan, menegakkan tubuhnya dengan mengusap kasar airmata yang masih tersisa di pipi gembilnya.
"Na"
"Hhmm"
"Apa kau masih mau menerimaku jika ak-"
"Sssttt, aku tau yang kau maksud lupakan itu dan sekarang ceritakan apa yang membuatmu menangis tiba-tiba?" ucap Jaemin.
Haechan, menghela nafas pelan sebelum menceritakan penyebab ia menangis pada Jaemin.
Flashback oN.
Haechan, sibuk membongkar tasnya dengan raut wajah yang tak bisa di artikan.
"Chan, kamu cari apa?"
"Uumm?" gumam Haechan sambil melihat ke arah Jaemin yang duduk di sebelahnya singkat dan kembali fokus pada tas yang ada di pangkuannya.
"Na"
"Hhmm"
"Coba telfon nomorku, aku tak menemukan ponselku" ucap Haechan.
Tanpa di minta kedua kalinya, Jaemin segera mengeluarkan ponselnya dari saku dan mencari kontak Haechan di sana.
"Ada gak?"
"Nana ihhh! kalau ada pasti bunyi, atau yang kamu tlfon nomor aku yang lama?"
"Enggak" jawab Jaemin menunjukkan layar ponselnya pada Haechan.
Haechan, mengapauth bibirnya saat melihat tak ada yang salah dengan nomor yang Jaemin hubungi, lalu di mana ponselnya?.
"Penerbangan masih dua jam lagi, kita bisa putar balik ke asrama siapa tau ponselmu terjatuh di lobi atau tertinggal di kamar" ucap Jaemin yang seolah paham apa yang ada di pikiran Haechan.
Mendengar ucapan Jaemin membuat Haechan kembali mengembangkan senyumnya.
"Makasih, Nana" ucap Haechan dengan nada manja.
Jaemin, mengacak lembut poni Haechan karena terlalu gemas dengan tingkah laku istri manisnya ini.
Sesampainya di depan gedung asrama, Haechan segera keluar dari mobil dan masuk dalam gedung.
"Chan" panggil Jaemin sebelum Haechan benar-benar keluar dari mobil.
"Kau akan masuk sendirian?" tanya Jaemin yang entah kenapa merasa khawatir secara tiba-tiba.
"Na, aku sudah tinggal di asrama ini selama tiga bulan, apa yang kau takutkan" ucap Haechan.
Jaemin, mengangguk membenarkan ucapan Haechan, apa yang ia harus takutkan?, "bawa ini" ucap Jaemin menyerahkan ponselnya pada Haechan dan dengan senang hati Haechan menerima ponsel itu lalu benar-bebar keluar dari mobil.
Haechan, terus berjalan menaiki anak tanggang dengan ponsel Jaemin yang terus melakukan panggilan pada ponselnya, sampai tanpa Haechan sadari ia sudah sampai di depan pintu kamarnya.
"Kemana dia?"
Tangan Haechan yang tadinya ingin memutar gagang pintu ia urungkan saat mendengar ada seseorang di kamarnya.
"Entah! mungkin dia keluar mencari angin"
"Jadi?"
"uummm"
Haechan, berusaha menajamkan pendengarannya di balik pintu.
"Berapa yang kau dapatkan, sayang?"
"Tak banyak karena video tidak terlalu jelas"
"Apa kita perlu melakukannya sekali lagi?"
"Aku rasa itu ide bagus, dan suruh dia mendesah lebih keras lagi agar video kita terjual lebih mahal"
"Ahhh... baiklah, kau tau itu sex pertama dia dan mungkin dia merasakan sakit pada lubangnya jadi tak bisa mendesah puas"
"Wooww kau beruntung, biasanya korban kita sudah bekas, dan orang-orang yang butuh sentuhan"
Hahahahaha...
Brakkk!!
Tawa sepasang kekasih itu terhenti ketika pintu terbuka dan suara benda jatuh terdengar.
"H-Haechan" panggil Jeno terbata.
Haechan, tak mampu berkata sepatah kata pun setelah apa yang ia dengar dan fakta kalau Jeno dan Mina hanya memanfaatkan tubuhnya untuk video dewasa yang akan mereka jual ke situs gay.
Flashback Off.
Haechan, hanya bisa menunduk setelah menceritakan semuanya pada Jaemin.
"Pak, Stop!"
Mata Haechan membulat menatap Jaemin saat Jaemin memerintah sang sopir untuk berhenti.
"Kau bisa pulang ke jeju sendiri" ucap Jaemin sebelum melenggang keluar dari mobil tanpa melirik Haechan.
Air mata yang baru saja mengering kembali membasahi pipi gembil Haechan bersamaan dengan perginya Jaemin.
"Maaf" gumam Haechan menyesal.
Dan akhirnya Haechan melanjutkan perjalan menuju jeju tanpa Jaemin, dan entah apa yang akan Haechan katakan pada neneknya yang sedang sakit jika dia pulang tanpa Jaemin di sisinya.
~||~
Pusing gak kalian..??? Wkwkwkwkwk....
N di sini aQ mau jelaskan ya... aQ tuh bukan penganut Haechan harem, tapi ff tanpa konflik tuh kek sayur asem tanpa asem/tomat....hahaha... dan kenapa aQ selalu menggunakan Jaemin di antara Nohyuck? sepertinya aQ udh pernah jelaskan di Book ku yang mana aQ juga lupa kalau aQ nctzen baru n baru mengenal Dream atau lebih tepatnya 00L, n kalau aQ gunakan Renjun yg ngerebut jeno dari Haechan tuh kek udh biasa gitu di ff Nohyuck lain🤧🤧 mangkanya aQ pakek Jaemin n aQ suka sama interaksi Jaemin n embul 🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || END
FantasyHaechan yang polos menjadi gay setelah mengenal Jeno dan bagaimana akhir cinta Haechan dengan Jaemin?. Nahloh gimana tuh..??? Wkwkwkwk... udah kepoin aja langsung daripada gak bisa tidur karena penasaran. SELAMAT MEMBACA..!!! 📌 BxB {mengandung ba...