"TWENTY-ONE"

8.7K 798 46
                                    

"TWENTY-ONE"













Jaemin, masuk kedalam kamar dengan nampan berisi bubur dan susu hangat di tangannya.

"Cepat mandi sana dan sarapan" ucap Jaemin sambil meletakkan nampan tersebut ke atas meja nakas dekat ranjang.

"Chan" panggil Jaemin karena Haechan tak menanggapi ucapannya dan tetap fokus pada ponselnya.

"Malas ihhh, Na" jawab Haechan.

Jaemin, mendengus sebelum lompat ke atas ranjang menubruk tubuh mungil Haechan.

"Na, sumpah ini berat" ucap Haechan.

"Mandi gak?"

"Gak! dingin"

"Aku siapkan air hangat"

"Gak"

"Chan"

"Na"

"Haechan"

"Nana"

Tok... Tok...

Secara bersamaan pandangan Haechan dan Jaemin mengarah ke pintu.

"Tuan, ini bibi" teriak maid yang berkerja di rumah orang tua Haechan.

"Buka, Na" perintah Haechan.

"Kiss dulu" ucap Jaemin sambil memajukan bibirnya.

Cup.

"Lagi"

"Na~"

"Iya... iya aku buka" ucap Jaemin mengalah dan beranjak dari atas tubuh Haechan lalu berjalan menuju pintu.

• • • • •

Jeno dan Renjun tengah duduk di salah satu cafe dekat kampus.

"Gimana kabarmu?" tanya Renjun memecahkan keheningan di antara mereka.

Jeno, menggelengkan kepalanya "buruk, sangat buruk" ucap Jeno.

Renjun, sebagai sahabat Jeno sejak mereka masih kecil dan harus terpisah saat memasuki bangku SHS karena Renjun harus ikut pindah ke Cina bersama kedua orang tuanya tak membuat Renjun melupakan sifat dasar dari sahabatnya yang tengah duduk di hadapannya ini.

"Apa masalahmu?" tanya Renjun.

Jeno, menarik nafasnya dalam sebelum menceritakan apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini.

Sedangkan Renjun hanya bisa terdiam mencoba memahami setiap kata yang Jeno ucapkan.

"Jadi sekarang kau menyesal dan kau merasa ada yang aneh dalam dirimu?" tanya Renjun dengan hati-hati dan di angguki oleh Jeno.

"Hhuufff! aku tak tau harus membantumu seperti apa? karena aku sendiri belum pernah merasakan apa itu cinta" ucap Renjun.

"Kau belum pernah jatuh cinta?" tanya Jeno sedikit terkejut.

Renjun, tersenyum hangat ke arah Jeno "sebenarnya aku pernah merasakan jatuh cinta, namun orang yang aku cintai tak pernah tau itu dan aku juga tak berani mengatakannya" ucap Renjun menunduk malu.

"Siapa orangnya? Apa dia cantik? Kenapa kau tak pernah bercerita padaku" pertanyaan beruntun Jeno berikan pada Renjun.

Seketika Renjun mendongak dengan tatapan terkejut atas pertanyaan yang di lontarkan Jeno.

"Kenapa?" tanya Jeno yang merasa bingung dengan tatapan Renjun.

"Tidak" ucap Renjun sambil menggelengkan kepalanya "lupakan itu dan kita lanjut pembahasan orang yang kau sukai itu" lanjut Renjun.

• • • • •


"AARRGGGGG!!!"

Bugh!!!

Haechan, ngapouth bibirnya setelah bantal kecil melayang tepat mengenai kepalanya.

"Kau ini kenapa? bikin orang jantungan aja" protes Jaemin yang terkejut oleh teriakan Haechan.

"Bosen" jawab Haechan.

"Tunggu aku selesaikan tugas ini, baru kita keluar jalan-jalan sekalian cari makan malam karena bibi gak ada" ucap Jaemin yang kembali fokus pada laptopnya.

Entah apa yang ada di dalam pikiran Haechan sehingga kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang sulit di artikan.

Grepp!

Jaemin, membolakan matanya saat tiba-tiba Haechan duduk di pangkuannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jaemin sambil menatap Haechan.

"Bosen" jawab Haechan dengan nada manja.

"Bukankah sudah aku bilang tunggu sebentar aku har-"

Ucapan Jaemin terhenti saat tiba-tiba Haechan memeluknya.

"Selesaikan tugasmu dengan cepat dan aku akan menunggumu" ucap Haechan lirih.

"Dan kau  turunlah, ini menyulitkanku" ucap Jaemin.

Bukannya turun, Haechan justru mengeratkan pelukannya pada Jaemin.

"Chan"

Haechan, melepas melukainya dan memberi jarak antara dirinya dan Jaemin meski posisi dirinya masih berada di pangkuan Jaemin.

Cup.

Haechan, mempertemukan bibirnya pada bibir Jaemin dan melumatnya lembutnya selama beberapa menit.

"Semangat" ucap Haechan setelah membuat  bibir Jaemin basah dan seolah tak terjadi apa-apa ia kembali memeluk Jaemin.

Jaemin, tersenyum sesaat dan mulai kembali mengerjakan tugas kuliahnya dengan Haechan tetap berada di pangkuannya.

Entah berapa jam yang Jaemin habiskan sampai akhirnya Jaemin baru bisa bernafas dengan lega setelah tugas-tugasnya berhasil ia selesaikan dengan baik meski harus ada bayi besar di pangkuannya.

"Chan, ayo bersiap" ucap Jaemin yang tak mendapatkan respon dari Haechan.

"Chan" panggil Jaemin sekali lagi tapi tetap tak ada respon.

Jaemin, berusaha melihat wajah Haechan dan seperti dugaannya kalau pria mungil itu tertidur di bahunya.

Tanpa basa-basi Jaemin bangkit dengan mengangkat tubuh Haechan seperti anak koala dan meletakkan Haechan di atas ranjang.

"Maaf, capek ya nungguin aku sampai tertidur gini" ucap Jaemin sambil mengusap lembut rambut Haechan sebelum menarik selimut untuk menutupi tubuh Haechan.

Jaemin, berjalan memutari ranjang dan membaringkan tubuhnya di samping Haechan, punggungnya terasa hampir putus setelah berjam-jam duduk di depan laptop di tambah Haechan berada di pangkuannya.






~||~

Kenapa jadi baper sendiri ini aQ sama Nahyuck 🤧🤧.

"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang