"FORTY-SEVEN"

4.8K 485 49
                                    

"FORTY-SEVEN"














Renjun, berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam untuknya dan eommanya.

"Renjunnie, kemana suamimu?"

Renjun, membalikan badanya menatap eommanya yang baru terbangun dari tidurnya.

"Dia berangkat ke Korea siang tadi, eomma"

"Hah!?, kenapa tidak bilang pada eomma"

Renjun, tersemyum lembut pada eommanya sambil berjalan mendekat "tadi eomma sedang tidur setelah minum obat, Jaemin tak tega membangunkan eomma" ucap Renjun.

"Tapi dia juga tak bilang dari jauh-jauh hari"

"Dia mendapat telefon dadakan dan langsung berangkat"

Eomma, Renjun mengangguk paham dan Renjun melai menyiapkan bahan masakannya kembali.

"Eomma ingin makan apa malam ini?"

"Apapun yang kau masak pasti eomma makan"

Ucapan sang eomma membuat Renjun terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

"Huek!"

"Njun kau kenapa?"

"Bau bawangnya sangat menyengat eomma, Huek" ucap Renjun langsung lari menuju kamar mandi"

Sedangkan eommanya bingung melihat Renjun yang tak biasa mengeluh dengan bau bawang.


• • • • •



Haechan, baru saja mandi setelah selesai menyiapkan malam malam untuk keluarganya dan sekarang ia menunggu suami dan anaknya pulang.

"Kemana sih mereka" gumam Haechan meraih ponselnya guna menelfol Jeno dan bertanya dimana mereka sekarang.

Cklek!

Perhatian Haechan teralihkan pada pintu apartemen yang terbuka dan meletakkan kembali ponselnya di atas meja.

"MAMA!" teriak Hyuckje lari kedalam rumah.

"Pelan-pelan sayang nanti terjatuh" ucap Haechan.

Jeno, berjalan dengan kantong plastik berukuran besar di tangan kanan dan kirinya.

Cup.

Satu kecupan yang Jeno berikan pada bibir Haechan melupakan kalau ada Hyuckje di sana.

"Apa yang kau beli?" tanya Haechan.

"Bukan aku tapi Hyuckje" ucap Jeno sambil menggeleng takut Haechan ngamuk karena Jeno yang selalu menuruti apapun yang di mau Hyuckje.

Haechan, tersenyum ke arah Jeno "Hyuckje ya" ucap Haechan dan di angguki oleh Jeno, "uang dari mana Hyuckje buat beli barang sebanyak itu?" lanjut Haechan.

"Chan~aaa... dia kan anak satu-satunya dia pasti kesepian tanpa mainan, aku... aku cuma berusaha membuatnya tidak kesepian" ucap Jeno.

"Terus mainan satu kamar itu belum cukup?"

Jeno, menunjukkan deretan giginya "ahaa! aku punya ide" ucap Jeno, "kita buatkan Hyuckje adik pasti dia tak akan kesepian dan aku akan berhenti membelikannya mainan" lanjut Jeno.

"Ide bagus Pa, ayo Ma buat adik" ucap Hyuckje tiba-tiba yang berhasil membuat Haechan melotot tak percaya dengan apa yang di ucapkan anaknya.

"Jen, kau ajarin apa anak ku?"

"Anak ku juga ya" ucap Jeno.

"Mama, bikin adek dong" rengek Hyuckje.

Jeno, melihat ke arah anaknya dan membuat tos bersama sebelum "MAMA MAU ADEK~" ucap Jeno dan Hyuckje bersamaan sambil berageo.

Sedangkan Haechan langsung membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari anak dan suaminya sambil memijat dahinya yang tiba-tiba pusing, "di kira enak bikin anak? enak sih buatnya ehhh" gumam Haechan yang mulai ngelantur.

Haechan, Jeno dan Hyuckje tengah duduk di kursi mereka masing-masing dengan berbagai menu makanan di hadapan mereka.

"Hyuckje, mau makan apa sayang" tanya Haechan.

"Mama, tadi Hyuckje bertemu paman tampan di taman dan kata papa itu teman papa dan mama" ucap Hyuckje yang malah berbicara hal lain.

Haechan, terdiam dan menoleh ke arah Jeno yang juga menatapnya.

Tatapan Haechan seolah bertanya siapa paman tampan yang di maksud anaknya.

Dan Jeno yang paham tatapan itu hanya berkedip mengisyaratkan nanti akan ia jelaskan dan Haechan paham itu.

"Benarkah?" tanya Haechan pada Hyuckje.

"Uummm... tapi papa masih lebih tampan dari Paman itu" ucap Hyuckje membuat Haechan dan Jeno gemas.






                                                     ~||~

Kemarin mau doubble Up gak jadi padahal udah nulis 🤣🤣🤣🤣🤣 sibuk unboxing album jadinya ke lupakan.

"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang