"FORTY-FIVE"
Haechan dan Jeno berjalan di lorong rumasakit dengan bayi di gendongan Haechan dan tas besar di tangan Jeno.
Ya, hari ini Haechan di perbolehkan untuk pulang setelah hampir dua minggu di rumasakit untuk memulihkan kondisinya.
"Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?" tanya Jeno sambil meraih pinggang Haechan dengan satu tangannya.
Haechan, menoleh ke arah Jeno "kau tak perlu ke kantor?" tanya Haechan.
"Gak apa-apa bossnya mertua sendiri" ucao Jeno sambil menaik turunkan alisnya.
"Ck!" decak Haechan sambil memukul perut Jeno menggunakan sikunya.
Dan setelahnya mereka tertawa bersama sambil terus berjalan menuju di mana mobil mereka terparkir.
"Haechan~aaa!"
Langkah Haechan dan Jeno terhenti dan mereka membalikkan badan kearah di mana Jaemin dan Renjun berdiri.
Haechan, menoleh ke arah Jeno yang menatap tajam ke arah Jaemin yang sedang berjalan mendekati mereka.
"Jen" panggil Haechan lirih membuat Jeno menatap ke arah Haechan yang menggelengkan kepalanya pelan seolah berkata semua akan baik-baik saja.
Jaemin, berjalan ke arah Haechan dengan Renjun yang terus berada di sampingnya.
"Apa kabarmu?" tanya Jaemin setelah sampai di hadapan Haechan dan Jeno.
"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja dan bagaimana kabarmu" ucap Haechan.
Bukannya menjawab Jaemin justru fokus pada bayi yang ada di gendongan Haechan.
"Mirip denganmu" ucap Jaemin terus menatap bayi itu.
"Uumm... juga mirip papanya" timpal Haechan sambil menoleh ke arah Jeno.
Ada rasa iri di dalam hati Jaemin melihat Jeno dan Haechan di tambah adanya anak di antara mereka.
"Kalaian keluarga yang sempurna" ucap Jaemin dengan senyum palsunya yang terlihat jelas di mata Haechan.
"Itu hanya pikiranmu Na, nyatanya aku masih mengharapkan hadirmu" batin Haechan yang tiba-tiba merasa sesak saat Jaemin berkata seperti itu.
• • • • •
Haechan, masih bertahan dengan diamnya dari mereka bertemu dengan Jaemin sampai mereka berada di rumah.
"Chan" panggil Jeno mengambil posisi di sebelah Haechan yang sedang terduduk di ranjang mereka.
"Hhmmm"
"Kenapa?"
Haechan, menggelengkan kepalanya dan menurunkan badanya yang tadinya bersandar di kepala ranjang, tak sampai si situ Haechan mengambil posisi memeluk Jeno dam menggukan lengan kekar Jeno sebagai bantal sebelum ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jeno.
"Biarkan seperti ini" gumam Haechan yang masih bisa di dengar jelas oleh Jeno.
Tak mau banyak bicara Jeno memeluk Haechan sambil mengusap punggung Haechan mencoba memberi kenyamanan pada Haechan.
"Tidurlah" ucap Jeno.
Jeno, keluar dari kamar secara perlahan tak mau membuat Haechan terbangun.
"Hyuckje~aaa... apa kau tau kalau papa sangat mencintai Mamamu, tapi sepertinya itu mustahil papa dapatkan kau tau kenapa?" ucap Jeno pada anaknya yang ada di gendongannya.
"Hhuufff.... apa kau tadi melihat tatap mama mu dengan si brengsek itu? huhuhu itu melukai papa sayang" curhat Jeno pada anaknya yang tak tau apa-apa.
"Hyuckje~aaa... apa perlu papa batalkan pernikahan dengan mamamu? sepertinya hati mamamu masih untuk dia" ucap Jeno lagi dengan nada sedih "papa tak ingin mama mu semakin terluka saat menikah dengan papa, Hyuckje~aaa.. jangan lupakan papa saat nan-"
"Papa mau kemana?"
"K-kenapa kau menangis?" tanya Jeno balik melihat Haechan tiba-tiba muncul dengan air mata yang sudah membasahi wajah imutnya.
Bukannya menjawab Haechan justru memeluk Jeno "maaf... maafkan aku... dan aku mohon jangan berhenti mencintaiku sampai aku benar-benar mencintaimu kembali" gumam Haechan dalam pelukan Jeno.
Tampa Jeno sadari Haechan berdiri di belakangnya sedari awal dia mulai mengajak anaknya berbicara.
~||~
Nahyuck or Nohyuck wehhhh 😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || END
FantasyHaechan yang polos menjadi gay setelah mengenal Jeno dan bagaimana akhir cinta Haechan dengan Jaemin?. Nahloh gimana tuh..??? Wkwkwkwk... udah kepoin aja langsung daripada gak bisa tidur karena penasaran. SELAMAT MEMBACA..!!! 📌 BxB {mengandung ba...