"NINETEEN"

9K 803 80
                                    

                                        "NINETEEN"












Jaemin, memarkirkan mobilnya di garasi rumah yang terlihat sangat mewah.

"Kenapa?" tanya Jaemin yang melihat Haechan terus menunduk.

Haechan, hanya menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Jaemin.

"Chan" panggil Jaemin sambil meraih dagu Haechan, memaksa Haechan menoleh dan menatap ke arahnya.

"Kau percaya padaku?" tanya Jaemin.

Masih tak ada jawaban dari Haechan yang masih setia untuk bungkam.

"Aku tak akan pernah meninggalkanmu apapun yang terjadi, mari hadapi ini bersama"

"Na"

"Hhmmm"

"Kau tak membenciku?"

Jaemin, mengerutkan dahinya bingung dengan maksud pertanyaan Haechan.

"Aku telah menghianatimu" lanjut Haechan.

"Benci, sangat benci tapi bukan kamu, aku membenci diriku sendiri karena gagal menjaga milikku, dan mulai sekarang aku berjaja tak akan pernah melepaskan milikku lagi" jawab Jaemin penuh ketulusan dan penekanan.

Jaemin, segera keluar dari mobil dan berjalan berputar membukakan pintu untuk Haechan.

"Ayo" ucap Jaemin setelah pintu terbuka dan ia mengulurkan tangan pada Haechan.

Haechan, tersenyum tipis sebelum meraih uluran tangan Jaemin dan masuk kedalam rumah dengan tangan yang saling mengenggam satu sama lain.

                                                • • • • •

Berbeda dengan Jaemin dan Haechan yang sedang berjuang menghadapi Appa Haechan, kini Jeno tengah kondang mandiri di taman dekat asrama.

Jeno, terlihat berjalan kesana kemari dengan raut tak tenang seperti ada sesuatu yang menganggu pikirannya.

"Jeno?"

Yang di panggi menghentikan langkanya dan berbalik "Hyung" ucap Jeno dengan nada seperti orang ketakutan dan terkejut secara bersamaan.

"Duduklah"

Jeno, hanya mengangguk dan duduk mengikuti orang yang sedari tadi ia tunggu.

"Ada apa?"

Bukannya menjawab Jeno justru menatap bingung ke arah orang itu membuat orang itu semakin bingung ada apa sebenarnya dengan Jeno.

"Hyung, aku ingin bertanya sesuatu"

"Uumm, katakan"

Hela nafas pelan menjadi yang pertama Jeno lakukan sebelum berbicara, "apakah Hyung melihat Haechan?" tanya Jeno.

Orang yang duduk di depan Jeno itu pun memutar bola matanya malas, bagaimana tidak? ia di kedutaan dengan adanya Jeno di taman yang biaya ia kunjungi, dan raut wajah Jeno yang terlihat takut dan khawatir, pembicaraan yang berbelit-belit dan ternyata Jeno hanya bertanya keberadaan Haechan.

"Kenapa kau bertanya padaku? bukankah kau satu kamar dengannya"

Lagi-lagi Jeno menghela nafas sebelum memutuskan bercerita apa yang telah terjadi sampai-sampai dia tak tau di mana Haechan sekarang.

Plak!!

"Hyung, aku benar minta maaf" ucap Jeno menyesal.

"Kau tau alasan aku mengejar-ngejar Haechan selama ini?"

Jeno, tak menjawab dan memilih bungkam seribu bahasa.

"Aku mengejarnya karena aku ingin melindunginya, dia mengingatkanku pada saudaraku yang telah tiada, setiap aku melihatnya aku merasa saudaraku berada di dekatku, aku ingin melindunginya, aku tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya, dan sekarang apa? kau dengan mudah menyakitinya dan membuatnya pergi!" murka Jaehyu.

"Aku gagal menjaga adikku untuk yang kedua kalinya" lanjut Jaehyun dengan nada lesu.

Jeno, mencoba menyentuh bahu Jaehyun dengan hati-hati "H-Hyun-"

"JANGAN TEMUI AKU TANPA HAECHAN KALAU KAU MASIH SAYANG DENGAN NYAWAMU!" bentak Jaehyun sebelum pergi meninggalkan Jeno.

Kini Jeno hanya bisa terduduk lemas tak tau apa yang harus ia perbuat, ia sengaja datang ke taman itu karena ia tau Jaehyun sering kesana, dan ia sengaja menemui Jaehyun berharap mendapatkan informasi keberadaan Haechan.

Tapi alih-alih mendapatkan informasi, Jeno justru mendapatkan ancaman dari Jaehyun.

• • • • •

Cklek!

Pintu rumah itu terbuka sedikit demi sakiti hingga menampilkan sosok wanita paruh baya berdiri dengan kepala menunduk.

"Bibi" panggil Haechan pelan dan tanpa sadar genggamnya pada tangan Jaemin semakin mengerat.

"Tuan muda, apa kabar?" tanya maid di rumah orang tua Haechan.

Maid itu mempersilahkan Haechan dan Jaemin masuk kedalam rumah.

"Bi" panggil Haechan saat wanita itu ingin pergi.

"Kemana Eomma dan Appa?"

"Mereka pergi ke luar negeri tadi pagi tuan"

Haechan, mengalihkan pandangannya pada Jaemin yang duduk di sebelahnya.

"Kapan mereka kembali?" tanya Jaemin.

"Bibi, tidak tau mungkin lima atau tujuh hari lagi"

Jaemin, mengangguk paham dan beralih menatap Haechan yang entak kenapa masih terlihat khawatir.

"Kenapa hhmmm??"

Haechan, menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Jaemin.

"Aku ingin kekamar" ucap Haechan beranjak dari duduknya dan berjalan menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamarnya berada.

Jaemin, yang merasa ada sesuatu yang Haechan sembunyikan, mengikuti langkah Haechan untuk pergi kekamar.

Ini yang pertama kali Jaemin memasuki kamar bernuansa serba putih dengan barang-barang tersusun rapi jauh dari kata kamar seorang laki-laki.

"Chan, kamarmu lebih rapi dari kamar nunna ku" ucap Jaemin.

Tak ada jawaban dari Haechan, membuat Jaemin beralih pada laki-laki mungil yang sudah menbaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menyelimuti tubuhnya hingga sebatas leher.








                                                      ~||~

Ada yang kangen aku gak..??

"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang