"THIRTY-THREE"

5.4K 580 78
                                    

                                      "TRITY-THREE"








Cklek!

Suara pintu terbuka membuat Jaemin yang tadinya menunduk reflek mendongak dan berdiri menghampiri dokter yang barusaja keluar dari ruangan di mana di dalam ada Renjun.

"Bagaimana keadaan teman saya, dok?" tanya Jaemin.

Dokter itu menepuk bahu Jaemin sambil tersenyum "lukanya tidak parah hanya hutuh beberapa jahitan dan kami akan segera memindahkannya ke ruang rawat" ucap dokter itu membuat Jaemin bernafas lega.

Selang beberapa menit, Renjun kini sudah di pindahkan ke ruang rawat dan dia juga sudah siuman.

"Apa kau butuh sesuatu?" tanya Jaemin yang melihat Renjun menatapnya seolah ingin mengatakan sesuatu.

Renjun, menggeleng pelan "dimana Jeno?" tanya Renjun dengan suara serak dan lemas.

Jaemin, mengangkat kedua bahunya menandakan kalau dia juga tak tau dimana Jeno.

"Aku akan membeli sedikit makanan untukmu" ucap Jaemin mulai beranjak.

"Jaem" panggil Renjun menahan pergelangan tangan Jaemin.

"You Okay?"

Jaemin, paham apa yang maksud dari pertanyaan Renjun, dan menjawab dengan senyuman yang seolah dia baik-baik saja meski kenyataannya tidak.

"Ren, kau mau ngapain" panik Jaemin saat melihat Renjun mencoba untuk bangun.

"Tidak" ucap Renjun sambil tersenyum ke arah Jaemin "sini duduk" lanjut Renjun menyuruh Jaemin duduk di sebelahnya.

"Kenapa tidak kamu obati dulu dan malah membawaku kerumasakit" ucap Renjun sambil membersihkan darah yang kering di wajah Jaemin menggunakan tissue basah.

"Kau lebih membutuhkan pertolongan" ucap Jaemin melupakan bahwa Haechan juga membutuhkannya dan jangan lupakan Jeno lah yang mengangkat Renjun lalu membawanya ke rumasakit.

                                              • • • • •

Jeno, memasuki ruangan di mana Haechan berbaring lemas dengan alat-alat medis di tubuhnya.

"Channie~aaa! apa kau mendengarku?" ucap Jeno sambil mengusap lembut rambut Haechan.

"Channie-aaa! kau tau kalau aku sangat membencimu? kau tau kenapa aku membencimu?"

Jeno, menjeda ucapannya dan meraih tangan Haechan yang terbebas dari selang infus.

"Aku membencimu karena kau hadir saat aku sudah terjerumus sebagai bajingan yang harus mengorbankan orang sepertimu, aku membencimu saat aku tau kau sudah menikah membohongiku, aku membencimu saat tau kau mengandung anak dari seorang bajingan sepertiku, aku membencimu hiks saat kau ingin mengakhiri hiks hidupmu bersamanya hiks" ucap Jeno dengan isakan yang tanpa Jeno sadari ada tetesan cairan bening dari sudut mata Haechan.

Cklek!

Suara pintu terbuka membuat Jeno mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

"Annyeong" ucap Jeno sambil membungkuk sopan.

"Bagaimana keadaannya?"

"Dokter bilang dia akan segera siuman, sekarang dia masih tidur dalam pengaruh obat, Tan" ucap Jeno.

"Jangan panggil tante, panggil Mama Okay, kamu ayah dari cucuku bukan" ucap eomma Haechan yang memang sengaja Jeno hubungi.

Jeno, tersenyum mendengar ucapan eomma Haechan yang mau menerimanya sebagai ayah dari anak yang di kandungan Haechan.

"Apakah bayinya baik-baik saja?"

Jeno, mengangguk "dokter bilang bayinya baik-baik saja, T-ehh Ma"

Wanita paruh baya itu tersenyum lembut ke arah Jeno sebelum mengeluarkan kunci dan card dari dalam tasnya.

"Ini kunci apartemen kalian dan ini atm dengan beberapa uang di dalamnya, jaga Haechan baik-baik Mama yakin kamu bisa menjangannya" ucap wanita itu.

Jeno, yang kebingungan hanya bisa menatap tak percaya wanita itu.

"Tapi Ma"

"Sudah, ambil saja dan Mama juga sudah membelikan mobil untuk kalian agar jika terjadi sesuatu pada Haechan kalian tidak kebingungan"

"Ma, ini"

"Ssttt... anggap saja ini permintaan maaf Mama karena tak bisa menjaga Haechan dan merepotkanmu"

Sungguh Jeno tak habis pikir dengan apa yang terjadi, keluarga orang yang pernah ia sakiti justru menerimanya dengan sangat baik.

"Jeno, janji akan menjaga Haechan" ucap Jeno penuh keyakinan.

"Jika ada waktu temui Papa agar bisa mengajarkanmu berbisnis" ucap eomma Haechan yang di jawab anggukan oleh Jeno.

"Mama, mau kemana?" tanya Jeno yang sedikit bingung karena eomma Haechan tiba-tiba beranjak dari duduknya.

"Mama harus pergi lagi karena urusan bisnis"

Jeno, mengangguk dan sekarang Jeno mengerti berapa kesepiannya Haechan yang bahkan orang tuanya hanya memikirkan pekerjaan mereka tanpa perduli dengan Haechan.

Jeno, beralih menatap Haechan dan tersenyum lembut sebelum tangannya terulur mengusap perut Haechan.

"Aegi, ini Papa sayang, apa aegi baik-baik saja di sana? jangan nakal ya" ucap Jeno.

"Aegi tidak nakal, Pa"

Mata Jeno membola sempurna saat mendengar suara serak menjawab ucapannya.





                                                    ~||~

Menurut kalian Book ku aneh gak sih..??? Truss" layak di baca gak...??? Truss" feelnya dapet gak..???

Maaf kemarin gak Up... kemarin lagi kumpul sama temen... n di dalam pertemananku ada peraturan gak boleh mainan Hp saat kumpul 🤣🤣 pulang udh malem jadi gak bisa Up.

"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang