7. Resah di Pagi Hari

268 13 6
                                    

Aku bahagia meskipun tak ingin bahagia karena perhatianmu.
Kapan kamu akan berhenti membuatku resah?

Minggu Pagi

💍

"Mbak, pinjam baju, dong." Rosita muncul dari balik pintu belakang paviliun dan menepuk kaki Wulan. Wulan yang sedang terlelap tidur langsung terjaga.

"Baju apa? Jam berapa, sih, sekarang?"

"Udah jam 7, Mbak! Emang nggak subuhan tadi?" sahut Rosita sambil melangkah ke arah saklar lampu. Korden masih tertutup rapat dan lampu tidak dinyalakan sehingga kamar terlihat gelap.

"Abis subuhan kami tidur lagi. Semalam begadang ngobrol sampai pagi," jawab Wulan sambil menggeliat, kemudian duduk di tepi tempat tidurnya.

"Loh, Mbak Ani tidur sini, ya," ucap Rosita ketika lampu kamar sudah menyala. Ani dan Dina yang tidur berdesakan di tempat tidur ukuran single milik Dina memicingkan mata, silau karena terpaan cahaya lampu yang dinyalakan oleh Rosita.

"He-em," jawab Ani malas. Ditariknya selimut agar menutupi matanya.

Rosita tertawa sambil menarik selimut yang menutupi wajah Ani.
"Bangun, Mbak. Bantuin aku milih baju buat undangan kawinan nanti siang."

"Aku ke belakang dulu, ya. Mau cuci muka sama gosok gigi," kata Wulan sambil ngeloyor keluar pintu belakang paviliunnya, melewati beberapa teman kosnya yang sedang asyik mengobrol sambil mencuci dan menjemur pakaian mereka, lalu melewati selasar kamar-kamar kos bagian belakang dan berhenti di depan washtafel yang berada di sebelah meja makan dan dapur. Weni dan beberapa teman kos lainnya sedang sibuk memasak dan menikmati sarapan mereka.

"Naya mana, Wen?" tanya Wulan sembari mengoleskan pasta gigi di atas sikat giginya.

"Nginep di kos Mas Harry."

"Oh. Biasanya subuh dah pulang."

"Mungkin lanjut ronde berikutnya," sahut Weni sambil cekikikan, lalu tersedak nasi goreng yang sedang dikunyahnya dan buru-buru menyeruput air putihnya.

"Huss! Sembarangan! Ha-ha-ha ... keselek, kan, jadinya," tegur Wulan dengan geli.

Naya memang kadang menginap di kamar kos pacarnya, tapi menurut pengakuan Naya, dia dan pacarnya tidak pernah kebablasan. Secara pribadi Wulan tidak mempermasalahkan gaya berpacaran teman-temannya. Beberapa teman Wulan ada yang sering melakukan hubungan layaknya suami istri dengan pacar-pacarnya. Ada yang model pacarannya seperti Naya, kadang bermalam bersama pacarnya tetapi tak sampai bablas. Ada yang pacarannya sangat menjaga diri, hanya berciuman atau bahkan hanya bergandengan tangan saja tanpa pegang-pegang anggota tubuh manapun. Yang sama sekali tidak mau pacaran juga ada. Bagi Wulan, itu urusan mereka masing-masing.

"Mbak Wulan hari ini acaranya apa?" tanya Weni.

"Tidur seharian," jawab Wulan sambil tertawa, lalu beranjak kembali ke kamarnya dan langsung melemparkan tubuhnya di atas tempat tidur. Rosita dan Ani sedang sibuk memilah-milah pakaian dari lemari Wulan dan Dina. Wulan memeluk guling warisan dari Tina sambil memejamkan mata, tetapi rasa kantuknya sudah terlanjur terbang entah ke mana. Wulan berbalik membelakangi ketiga orang temannya dan menatap dinding kamarnya sambil memikirkan obrolan sebelum mereka berangkat tidur.

"Mas Surya, tuh, beneran udah tunangan atau belum, sih, Lan?" tanya Ani dini hari tadi.

"Ya, beneranlah. Memangnya kenapa?"

"Kok, kayak lagi pedekate sama kamu," ujar Ani, "ini bukan aku aja yang ngerasa, ya. Rocky aja semalam nanya sama aku, apa kalian jadian."

"Masa, sih?"

Cinta Tak Selalu Indah #3 (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang