47. 😑Kejutan di Pagi Hari

126 14 6
                                    

Aku mulai percaya tentang hubungan kita berdua.
Tak ada halangan lagi.
Tak ada yang merintangi.

MINGGU KE-24

💜💜💜

Sabtu Pagi

Surya mengulurkan lengannya ke meja kecil di samping ranjang, menekan tombol untuk mematikan alarm jam weker.

"Mandi sama sholat Subuh, Sayang," ucap Surya seraya mengusap rambut Wulan.

"Kan, lagi libur sholat."

"Oh, iya. Lupa. Harusnya nggak usah nyalain alarm jam segini, ya. Bisa bangun siang."

Wulan tertawa pelan.
"Nggak apa. Udah biasa bangun jam segini, kadang otomatis bangun meskipun nggak ada alarm juga."

Wulan menggeser tubuhnya, menelungkup di atas tubuh Surya.

"Kasurnya sempit, ya?" tanya Surya.

Wulan mengangkat kepalanya dari dada Surya.
"Kasur yang mana? Yang ini?"

"Iya."

"Enggak, ah. Luas banget malahan," jawab Wulan. Dia terbiasa tidur di ranjang ukuran single yang dia tiduri sendiri di kamar kosnya, maupun berbagi ranjang ukuran single di kamar tamu rumah Surya. Ranjang di kamar Surya terasa sangat luas baginya.

"Tapi, ini masih telungkup di atas Mas gini," kata Surya sambil menahan tawa.

Wulan spontan tertawa.
"Jadi nggak boleh, nih?" ucapnya sambil beringsut hendak turun dari atas tubuh Surya.

Surya tertawa dan melingkarkan lengannya di punggung Wulan, menahan tubuh Wulan agar tetap menelungkup di atasnya.
"Boleh ... kirain karena sempit aja," guraunya sambil mengusap-usap punggung Wulan.

Wulan mengangkat kepalanya dari dada Surya dan menatap wajahnya.
"Mas, aku nanti mau ngemal sama Ani dan Dina, ya."

"Mau belanja apa?"

"Nggak ada, sih. Cuma jalan-jalan aja. Kan, udah semingguan nggak ketemu mereka."

"Oke," jawab Surya sambil menyisir rambut Wulan yang tergerai dengan jari-jarinya, "minta diantar jam berapa?"

"Jam delapanan aja, ya, Mas. Antar ke kos. Mau beresin kamar, sama aku lupa sebelum liburan ninggalin cucian di tali jemuran. Entah udah ada yang nyingkirin dari tali jemuran, atau belum," jawab Wulan sambil tertawa.

"Di kos nyucinya pakai tangan atau mesin, Sayang?" tanya Surya.

"Pakai tangan. Biasanya aku nyuci Minggu, tapi ...."Wulan tersipu, "sekarang Sabtu-Minggu selalu nginap di sini, jadi nyuciku Senin sore sepulang kerja."

"Dicuci di sini aja tiap Sabtu pagi, sorenya udah kering," kata Surya.

"Sabtu pagi, kan, aku kerja. Mana sempat ngurusin cucian, Mas."

"Masukkan ke mesin cuci, ntar Mas yang jemurin."

Wulan tertawa.
"Ada daleman juga. Malulah."

"Memangnya kenapa?" sahut Surya sambil tertawa, "toh, Mas udah sering lihat sampai ke dalemannya daleman.

Wulan mencubit lengan Surya sambil terbahak. Surya merengkuh kedua sisi wajah Wulan dan mendekatkannya ke wajahnya, lalu mencium bibirnya. Digulingkannya tubuh Wulan yang menelungkup di atasnya hingga berganti posisi, Surya yang sekarang berada di atas tubuh Wulan. Surya menghujani bibir Wulan dengan ciuman-ciuman yang kuat selama belasan menit hingga Wulan mendorong wajah Surya menjauh. Surya menempelkan hidungnya ke hidung Wulan sambil memberi kesempatan mereka berdua untuk mengambil napas.

"Aku cinta kamu. Sangat mencintai kamu," bisik Surya mesra.

Wulan mengulurkan lengannya ke tengkuk Surya, lalu mengusap-usapnya dengan penuh perasaan cinta. Surya kembali mendekatkan bibirnya ke bibir Wulan dan menciumnya dengan lebih kuat dari sebelumnya.

"Mas ...." ucap Wulan di sela-sela ciuman mereka.

"Hmmm ...."

"Aku ... tetep ... nyuci ... di ... kos ... aja ... ya ...."

Surya melepaskan ciumannya, lalu menatap Wulan dengan heran.
"Kenapa?"

"Aku, kan, langganan nyetrika ke Mbak Yah. Ntar repot kalau nyucinya di sini, nyetrikanya di sana."

Surya tertawa dan menggulingkan tubuhnya hingga berbaring di sebelah Wulan.
"Kalau diajak sayang-sayangan selalu yang dipikirin soal lain-lain. Kali ini malah mikirin cucian."

Wulan tertawa.

"Lagipula, kamu itu lucu. Masa nyuci sendiri mau, tapi nyetrika dikasihkan ke orang," kata Surya.

"Kalau nyuci, kan, tinggal kurendam pakai air sabun satu jam. Abis itu tinggal kucek-kucek dikit, trus bilas, jemur," jawab Wulan sambil tertawa. "Nyetrika yang males banget."

"Kenapa nggak sekalian Mbak Yah yang nyuci dan nyetrikain?" tanya Surya. "Dia cuma terima jasa setrika?"

"Enggak, sih. Tapi, jadinya mahal bayarnya kalau semua kuserahin ke dia. Nyetrika aja cuma baju kerja sama baju pergi. Yang baju rumahan kulipat doang."

"Ya, udah. Gimana enaknya aja. Nyuci di sini boleh, nyuci di kos juga gapapa," kata Surya sambil mendekatkan wajahnya. "Sekarang udah bisa dicium lagi?"

Wulan tertawa. Dipagutnya bibir Surya dan memutar lidahnya, memilin lidah Surya, lalu diisapnya kuat-kuat, kemudian dia lepaskan secara mendadak.

"Aku mandi dulu, ya, Mas. Udah hampir jam 6," kata Wulan sambil bangkit dan melangkah ke arah lemari. Tadi malam dia sudah mengeluarkan pakaian-pakaiannya dari tas bepergiannya dan menyusunnya di rak tengah yang disisihkan oleh Surya untuknya. Diambilnya sebuah kaus lengan pendek, celana pendek, dan pakaian dalam.

Surya yang sedang terhanyut oleh ciuman Wulan tertegun, lalu tertawa.  Dia kemudian berdiri dan memeluk Wulan dari belakang.
"Perlu tambahan rak, nggak? Nanti Mas singkirkan pakaian yang jarang dipakai ke kamar sebelah biar kamu ada tambahan rak kosong."

"Enggak, Mas. Aku hanya ninggalin satu-dua pakaian rumah aja," jawab Wulan sambil berbalik, menatap Surya, "eh, sama baju kerja atau baju pergi satu-dua juga."

"Oke."

"Ya, udah, sekarang lepasin. Aku mau mandi."
Wulan tertawa dan mendorong tubuh Surya menjauh, tetapi Surya malah mempererat pelukannya. Wulan mencubit pinggang Surya hingga Surya mengaduh.

"Oke. Mandi dulu, sana. Mas bikinin kopi," kata Surya sambil melepaskan pelukannya. Wulan tertawa sambil membawa pakaiannya masuk ke dalam kamar mandi. Surya melirik jam weker di atas meja. Pukul 6 kurang 15 menit. Dia akan membuat kopi untuk mereka berdua, kemudian akan kembali ke lantai atas untuk berlutut di meja kecil yang berada di ujung tangga. Dia selalu mengucapkan doa Malaikat Tuhan pada pukul 6 pagi di sana.

Surya hendak melangkah menuruni tangga ketika interkom rumahnya berbunyi.

"Ya, Mas Yatno ...."

"Ada Mbak Lucia datang, Mas." Terdengar jawaban Yatno dengan suara pelan, seolah berbicara dengan telapak tangan ditutupkan di depan mulutnya.

💋💋💋

Hai hai hai
Apa kabar teman-teman pembacaku?
Semoga semuanya sehat, ya 🤗

Selalu berpikiran positif dan bahagia agar imun terjaga.
Ngga usah terlalu dibawa perasaan soal kedatangan Mbak Lucia pagi ini ke rumah Mas Surya.

Ikuti terus kelanjutan ceritanya ya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.

Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love.
😘

26/6/2021 (10.00)

Cinta Tak Selalu Indah #3 (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang