63. (18+++++) Aku Benci Kamu dan Dia

235 9 2
                                    

Aku ingin melemparkan suatu benda yang bisa pecah berkeping-keping dengan bunyi keras berderak, lalu berteriak sekencang-kencangnya.

💔🖤💔

Suara alarm jam weker pukul 3 dini hari membuyarkan keheningan pagi. Surya mengulurkan lengan kanannya ke atas meja kecil yang berada di sebelah ranjang, lalu menekan tombol untuk mematikan alarm. Kesunyian kembali menyelimuti seisi ruangan.

"Aku mandi dulu, ya, Beb. Jam 4 aku udah harus sampai bandara," ucap Lucia seraya menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan hendak bangkit dari ranjang.

Surya bergegas duduk dan meraih tubuh Lucia, lalu dipeluknya dari belakang hingga Lucia kembali terduduk di ranjang. Lengan Surya terulur melingkari pinggang Lucia dan mengusap-usap pusarnya.

Lucia menoleh ke belakang.
"Yang semalam masih kurang, Beb?"

Surya menjawab dengan belaian di sekujur tubuh Lucia dan menciuminya dari bahu hingga leher, lalu ke dagu dan bibirnya. Lucia menggeser posisi duduknya hingga berhadapan dengan Surya, kemudian naik ke atas pangkuannya. Kulit tubuh mereka yang tak tertutup oleh apapun saling menempel erat. Lucia mendorong dada Surya hingga berbaring telentang, kemudian dia tundukkan wajah dan mencium bibir Surya dengan antusias disertai ayunan pinggulnya yang diawali dengan pelan, lalu kian cepat, dan semakin cepat.

"Hiiiih," desis Wulan geregetan. Dia berusaha mengontrol suara desisannya agar tak terdengar oleh siapapun meskipun sebenarnya hatinya panas menggelegak dan ingin berteriak.

Surya mengusap kening Lucia yang masih berbaring di atas ranjang. Lucia membuka kelopak matanya dengan malas. Dia melihat Surya berdiri di sebelah ranjang dengan handuk melilit di pinggangnya. Aroma sabun mandi yang segar menguar dari kulit tubuh Surya.

"Kalau kamu tinggal kerja, aku ngapain, dong, seharian di rumah sendirian?" Lucia merajuk. Ia menggeliat, lalu merentangkan kedua lengannya di atas kepala, membuat selimut yang menyelubungi tubuhnya tersingkap sebagian dan memperlihatkan dadanya yang membusung.

"Mau ikut aku ke kantor?" gurau Surya sambil mengulurkan tangannya ke arah dada Lucia.

Lucia tertawa. Ditariknya handuk Surya hingga terlepas dari pinggangnya.
"Hari ini kamu bolos aja, ya, Beb."

Wulan meremas kepala si Poni--boneka beruang yang dibelikan oleh Surya--dengan kesal.

Lucia tertawa-tawa seraya melingkarkan lengannya di leher Surya. Kedua pahanya mengapit erat pinggang Surya yang berjalan sambil menggendongnya menuju kolam renang.

Deburan air menyambut tubuh mereka berdua ketika memasuki kolam. Lucia mengulurkan tangannya ke tengkuk dan melepas ikatan atasan bikininya, lalu melemparkannya ke pinggir kolam. Kemudian ia turun dari gendongan Surya dan memasukkan seluruh tubuhnya ke dalam air. Dia raih celana renang Surya dan dia turunkan hingga lutut, lalu .... Wulan berbalik dan melemparkan si Poni ke pintu kamarnya keras-keras.

*Bug!*
Tubuh Poni terpelanting, lalu menggelinding hingga telentang di kolong ranjang. Wulan menoleh ke arah Dina yang masih terlelap di ranjang sebelah dan menarik napas lega. Dia belum siap menceritakan tentang permasalahannya dengan Surya kepada Dina.

Wulan merasa sangat geram dan muak setelah membayangkan adegan-adegan percintaan antara Surya dan Lucia yang dia reka ulang sendiri.

Tentu saja dia tidak tahu bagaimana adegan yang sesungguhnya terjadi. Namun, Wulan yakin, sangat yakin, kurang lebih yang terjadi adalah seperti yang ia bayangkan tadi. Dia sering mendengarkan cerita dari teman-temannya--terutama cerita dari Ani-- yang terbiasa melakukannya.

Dia juga pernah melihat adegan-adegan seperti itu dalam film dewasa yang dia tonton bersama teman-teman kosnya. Tak perlulah ditutup-tutupi, bisa dikatakan hampir semua perempuan dewasa yang sudah berusia 24 tahun seperti Wulan pernah menonton film seperti itu meskipun tak berkeinginan ataupun tak punya nyali untuk melakukannya dalam dunia nyata.

Cinta Tak Selalu Indah #3 (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang