65. Penyesalan yang Mendalam

88 9 3
                                    

Seandainya aku tahu masa laluku akan menghalangi masa depanku, aku tak akan melakukan hal itu.

💜💜

Kamis Malam

"Wulan besok berangkat kuliah, nggak?" tanya Dea sambil menggeser kursinya sehingga membentuk barisan yang saling berhadapan dengan keempat temannya--Surya, Tina, Putra, dan Adrian.

"Mmm ... aku belum tahu. Nanti aku tanyain, ya." Surya menjawab pertanyaan Dea seraya menoleh ke arah Tina untuk mengalihkan pembicaraan tentang tugas kuliah mereka agar Dea tidak bertanya lebih lanjut.

"Yang diperluin apa aja, Tin? Biar besok kusiapin sama Putra," tanya Surya kepada Tina.

"Ya ... palingan dokumen pengiriman, warehousing, pemesanan kontainer selama tiga bulan. Itu aja. Eh, sekalian kalian jelasin ke kami prosesnya dari awal sampai ke soal negosiasi harganya dan perhitungan pajaknya, ya," kata Tina sambil menatap Surya dan Putra bergantian.

"Jelasinnya besok kalau udah ada Wulan sekalian aja, biar nggak bolak-balik nerangin," kata Putra.

"Entar Wulan bisa dijelasin privat sama Surya. Sambil cayang-cayangan. Iya, kan ...." gurau Dea sembari mencolek bahu Surya.

Surya tersenyum masam di antara derai tawa teman-temannya. Entah apakah setelah malam ini dia masih bisa sayang-sayangan dengan Wulan atau tidak, dia tak tahu. Hingga kini Wulan belum menghubunginya. Itu berarti Wulan masih marah dan kecewa kepadanya.

"Ya, udah, gitu aja, ya. Besok kita berdua nyiapin dokumen-dokumennya," ucap Putra seraya menepuk bahu Surya.

"Eh, oke ... oke ...." jawab Surya sedikit tergeragap.

Dia tadi mengikuti diskusi bersama teman-temannya dengan setengah hati. Diliriknya arloji yang berada di pergelangan tangan kanannya. Pukul 9.20. Tadi kuliah mereka selesai pada pukul 9 tepat. Setelah itu, mereka tetap berada di kelas untuk membahas tugas kelompok. Seperti biasa, Wulan mereka catat menjadi anggota kelompok meskipun malam ini dia tidak hadir di kelas.

"Kalau gitu diskusi malam ini kita akhiri saja, ya. Kita lanjutin besok lagi setelah bahan-bahannya ada. Udah hampir setengah 10 soalnya," usul Tina yang langsung diiyakan oleh teman-temannya.

Surya menarik napas lega.

'Wulan sudah pulang ke kos atau belum, ya?' Surya bertanya-tanya dalam hati. Segera ia bereskan buku dan alat tulisnya, lalu keluar kelas beriringan dengan teman-temannya menuju area parkir. Mereka saling melambai dan berpamitan sebelum naik ke kendaraan masing-masing.

Surya menyalakan mesin mobilnya dan mengendarainya keluar gerbang kampus menuju arah kos Wulan. Kemarin malam dan malam sebelumnya dia juga melewati kos Wulan sebelum pulang. Dia berharap melihat Wulan secara tak sengaja di depan kosnya, lalu mungkin ia akan memberanikan diri untuk mampir. Namun, hingga malam ini, harapan itu tak terjadi.

Di depan paviliun Wulan ia berhenti sejenak, menimbang-nimbang untuk mampir dan menemui Wulan, tapi kemudian ia memutuskan untuk pulang. Di sepanjang perjalanan pulang Surya merasa gamang dan menyesal, teringat kemarahan Wulan yang meledak saat dia mengakui masa lalunya bersama Lucia.

Dia tak menyesal pernah menjalin cinta bahkan sempat bertunangan dengan Lucia. Bagaimanapun dahulu dia pernah sangat mencintai Lucia dengan tulus selama bertahun-tahun. Surya hanya menyesali dirinya yang terlena dan tak bisa menahan diri hingga kebablasan hanya karena menganggap hubungan mereka sangat kuat dan pasti akan berujung pada pernikahan. Ketika melakukannya dulu, dia sama sekali tak pernah menyangka bahwa mereka berdua akan berpisah. Ternyata yang terjadi, hubungan cinta antara Lucia dan Surya kemudian kandas, lalu Surya menjalin hubungan baru dengan Wulan. Masa lalunya menjadi ganjalan bagi masa depannya.

Cinta Tak Selalu Indah #3 (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang