Satu tahun bukan waktu yang sebentar, bukan juga waktu yang lama.
Yang pasti, satu tahun akan berlalu dengan cepat tanpa terasa.❤❤❤
Minggu Pagi
"Bentar, Mas." Wulan bangkit dari ranjangnya dan menjawab panggilan Surya dari luar pintu kamar tidur tamu.
"Mau kopi?" tanya Surya ketika Wulan membuka pintu kamar.
"Mau," jawab Wulan seraya keluar dan kembali menutup pintu kamarnya.
"Sasa udah bangun?" tanya Surya.
"Abis subuhan tadi tidur lagi," jawab Wulan sambil tertawa geli. "Kalian ini bisa-bisanya begadang main PS sampai jam 2."
Kemarin setelah menjemput Sasa di agen bus, mereka makan siang, lalu Surya mengajak Sasa berkunjung ke rumahnya.
"Mau mampir ke rumah Mas Surya, Sa? Nanti malam setelah nonton baru pulang ke kosnya Mbak Wulan. Besok kujemput lagi, kita nyari sarapan, sekalian kalau mau ke mana lagi."
"Boleh,' jawab Sasa.
Ternyata Sasa dan Surya lebih cocok daripada yang Wulan kira. Sejak siang hingga sore menjelang Magrib, Wulan menghabiskan waktunya sendirian di sofa dengan membaca novel karena Sasa dan Surya sibuk bermain Play Station. Kemudian setelah Isya mereka bertiga keluar rumah untuk makan malam dan menonton, diakhiri dengan batalnya rencana Sasa untuk menginap di kos Wulan karena Sasa dan Surya masih bersemangat melanjutkan pertandingan mereka hingga dini hari.
Surya tertawa dan meraih bahu Wulan, mengajaknya berjalan ke arah kamar tidurnya. Ditutupnya pintu kamar sebagian dan menarik Wulan bersembunyi di belakang pintu.
Wulan tertawa.
"Katanya ngajak ngopi, malah mojok di sini."Surya tersenyum lebar dan memeluk erat tubuh Wulan.
"Aku kangen meluk kamu. Dari kemarin siang nggak bisa peluk karena ada Sasa.""Kayak gini kok mau pergi liburan 10 hari," sahut Wulan.
"Kita nikah aja, yuk. Biar kamu bisa ikut ke Surabaya," kata Surya sambil tersenyum.
"Memangnya Mas berani ngelamar aku ke Ayah?" tanya Wulan sambil tersenyum geli.
"Berani, sih. Tapi ...."
"Tapi belum siap menepati janji?" kata Wulan menyambung ucapan Surya.
Surya mencium kening Wulan dan diam tak menjawab. Dipeluknya Wulan erat-erat, teringat pembicaraannya dengan Wulan sekitar 1,5 bulan yang lalu di perjalanan pulang dari Jogja.
"Mas, aku bilang sama Ayah, mau kasih waktu ke Mas Surya satu tahun," kata Wulan, "menurutku itu waktu yang cukup. Nggak terlalu cepat, nggak terlalu lama."
Ketika itu Surya mengiyakan ucapan Wulan. Rasanya waktu satu tahun cukup adil bagi mereka berdua.
Surya mengulurkan tangan kanannya ke dagu Wulan dan mengangkat wajah Wulan agar menengadah menatapnya.
"Aku masih punya waktu setengah tahun lagi, kan?"Wulan mengangguk dan melingkarkan kedua lengannya di leher Surya.
"Itu tenggang waktu dariku. Satu tahun. Kalau Mas bisa memenuhinya lebih cepat, aku juga lebih senang. Asalkan jangan minta mundur aja.""Trus kalau lebih cepat dari satu tahun, mau langsung dilamar?" tanya Surya menggoda Wulan.
"Mmm ...." Wulan tersipu, bingung harus menjawab apa.
Terus terang saja, dia belum terpikir sama sekali tentang pernikahan. Dia sangat mencintai Surya, itu benar. Namun membayangkan dirinya menjadi istri seseorang saat ini masih jauh dari bayangannya. Di antara teman-teman akrabnya, hanya Tina yang sudah menikah. Rasanya kadar kedewasaan Tina dan Surya melampaui Wulan dan teman-temannya yang masih asyik bergaul dan berganti-ganti pacar. Tina dan Surya sudah berani memantabkan diri untuk bertunangan dengan pasangannya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Selalu Indah #3 (18+)
Romance💜 Cinta yang terhalang perbedaan keyakinan, terbentur restu orang tua, dan terganggu oleh mantan tunangan yang berkali-kali datang mengajak balikan 💜 Selamat membaca 🤗 WARNING (18+) Bakalan ada ADEGAN MESRA di beberapa episodenya. Jadi YANG MASI...