Aku cinta semua yang ada di diri kamu.
Matamu, hidungmu, terutama bibirmu.
Aku cinta cantikmu yang apa adanya.💖
"Mas Surya!" seru Wulan seraya menutup wajahnya dengan tabloid yang dipegangnya.
Surya tertawa dan berjalan cepat memasuki kamarnya lalu menutup pintunya. Beberapa menit kemudian Surya keluar dari kamar sudah berpakaian lengkap dengan senyuman lebar di wajahnya. Dia henyakkan tubuhnya di sebelah Wulan yang spontan bergeser menjauh. Surya tertawa dan mengulurkan lengannya ke bahu Wulan, merangkulnya, lalu mencium pipinya.
"Maaf, Sayang," rayu Surya, "kebiasaan kalau mandi, ganti bajunya di kamar."
Wulan mendengkus kesal. Entah ada apa dengan para lelaki ini. Adik-adik lelakinya juga sering keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang terlilit di pinggang seperti Surya. Mereka beralasan tak mau pakaiannya basah dan repot memakainya di kamar mandi. Padahal banyak perempuan yang, toh, bisa melakukannya dengan sukses.
"Kan, udah pernah lihat juga pas Mas Surya berenang. Nggak pakai baju juga." Surya masih mencoba membela diri.
"Ya, tapi, kan ... duh! Kan, pake celana renang!" gerutu Wulan, "ini cuma pake handuk. Pasti, kan, nggak pake .... Ah! Nggak tega lanjutin ngomongnya!"
Surya bukannya kesal mendengar gerutuan Wulan, tetapi malah semakin terbahak.
"Nggak pake apa?" godanya."Udah! Udah! Aku mau sholat isya dulu buat ngebersihin pikiranku!" kata Wulan sambil bangkit berdiri dan meraih tasnya yang berisi mukena dengan menahan tawa. Diletakkannya tas itu di atas tempat tidur Surya, kemudian masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya. Di dalam kamar mandi dia menyalakan keran air, lalu tertawa. Surya memang selalu membuatnya tertawa. Rasanya dia jarang bisa berlama-lama marah kepada Surya.
Setelah berwudhu, Wulan keluar dari kamar mandi dan bersirobok pandang dengan Surya, lalu spontan kembali tertawa. Cepat-cepat dia masuk ke kamar Surya dan menutup pintunya, kemudian menenangkan diri dan memakai mukenanya. Sekarang dia selalu membawa mukena saat pergi ke rumah Surya dan terbiasa menumpang sholat di kamarnya tanpa perlu ijin lagi. Dalam sebulan terakhir ini, dua hingga tiga kali seminggu Surya mengajaknya ke rumah ini. Sepulang kuliah, sepulang malam mingguan, atau melewatkan hari Minggu seharian bersama Surya.
"Sini, Sayang." Surya mengulurkan tangannya ketika melihat Wulan keluar dari kamarnya seusai sholat.
Wulan berjalan mendekat dan duduk di sebelah Surya yang sedang berbaring di atas sofa. Surya meraih bahu Wulan dan menarik tubuhnya mendekat.
"Masa mau baring berdua?" Wulan mencoba mengelak dan bergeser menjauh.
"Iya. Gapapa, kan? Mas cuma pengin peluk kamu. Nggak ngapa-ngapain. Janji."
Wulan mengalah dan membiarkan lengan Surya menariknya hingga berbaring berhadapan. Disusupkannya wajah ke dada Surya. Terasa hangat dan nyaman.
"Beneran, ya! Cuma peluk!" kata Wulan."Iya. Sama cium," jawab Surya seraya menahan tawa.
Wulan tertawa dan mencubit lengan Surya, lalu berbalik memunggunginya.
"Cari film yang bagus, Mas."Surya menekan tombol remote televisi, mencari saluran-saluran yang menayangkan film dan memilih salah satunya. Diletakkannya remote kembali ke atas meja dan melingkarkan lengan kirinya di perut Wulan. Lengan kanannya diselipkan di bawah kepala Wulan seraya mengusap-usap kening Wulan dengan perasaan sayang. Sesekali diciumnya pipi dan leher Wulan yang membuat Wulan menggeliat geli dan mencubit lengan Surya. Bukan karena Wulan tidak suka Surya menciumnya. Bukan. Namun, perempuan kadang harus menjaga citra dan berpura-pura tak mau padahal sebenarnya dalam hati melompat-lompat kegirangan. Begitulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Selalu Indah #3 (18+)
Romance💜 Cinta yang terhalang perbedaan keyakinan, terbentur restu orang tua, dan terganggu oleh mantan tunangan yang berkali-kali datang mengajak balikan 💜 Selamat membaca 🤗 WARNING (18+) Bakalan ada ADEGAN MESRA di beberapa episodenya. Jadi YANG MASI...