4. Sungguh Sulit Menghindarimu

272 12 2
                                    

Aku tak bisa memilikimu.
Namun, selalu berdekatan denganmu.
Sebenarnya bukan ini yang kumau.

MINGGU KE-43

Senin malam

🏵

"Mas, ini pilihan jadwal sesuai level Mas Surya. Ada yang Selasa dan Kamis jam 4.30. Senin, Rabu, Jumat jam 6. Dan Senin sampai Jumat jam 7.30 malam. Mau pilih yang mana?" tanya Ani sambil menunjukkan daftar kelas kepada Surya.

"Senin, Rabu, Jumat aja. Selesainya pas dua bulan, kan," jawab Surya.

"Iya. Tepatnya delapan minggu selesai. Oke, kumasukkan ke daftar kelas, ya," kata Ani seraya menuliskan nama Surya di daftar kelas yang sudah dipilihnya.

"Mulai Senin depan, ya, Mas," lanjut Ani.

Surya mengangguk.

"Mau bayar tunai atau pakai kartu?" tanya Ani.

"Debit aja," jawab Surya seraya mengeluarkan sebuah kartu dari dompet dan menyerahkannya kepada Ani. Ani menggesek kartu itu di EDC, lalu mengembalikannya kepada Surya.

"Eh, iya. Bentar, ya, Mas. Ternyata nota yang kosong habis. Aku minta buku nota yang baru ke Wulan dulu, ya. Dia masih sholat Isya di mushola," ucap Ani.

"Wulan jam segini belum pulang?" tanya Surya dengan heran.

"Belum. Pulang jam 9. Dia selama libur kuliah masuk malam," jawab Ani sambil merapikan kertas-kertas dan alat tulis di hadapannya. Sekarang sudah pukul 20.50. Sebentar lagi kelas terakhir bubar dan kantor akan ditutup.

"Selama dua bulan berturut-turut dia masuk malam terus?" tanya Surya lagi.

"Iya. Dia sendiri yang mau. Buat gantiin yang selama kuliah dia selalu masuk pagi dan Sabtu juga dapat ijin kuliah, kan," jawab Ani.

Surya menatap lorong yang menuju ke arah belakang kantor. Tak lama kemudian dia melihat Wulan berjalan mendekati front desk.

"Jadi daftar kursus, Mas?" Wulan menyapa dengan ramah.

"Iya," jawab Surya sambil tersenyum.

"Minta buku nota baru dong, Lan," sela Ani.

"Terakhir nomer berapa, tuh?" tanya Wulan.

Ani memeriksa tumpukan buku nota di bawah meja, lalu menjawab, "575."

"Oh, oke. Mas, aku permisi bentar, ya," pamit Wulan kepada Surya.

Surya mengangguk. Ditatapnya Wulan yang berjalan kembali ke arah belakang kantor hingga menghilang di tikungan lorong, lalu menoleh ke arah Ani.
"Kalau aku ganti jadwal yang tiap hari jam 7.30, bisa?" tanya Surya.

"Bisa sih. Tapi, satu levelnya empat minggu udah selesai, Mas"

"Iya, gapapa. Malah bisa ikut dua level, kan," sahut Surya.

"Sip. Kupindahin ke kelas yang Senin sampai Jumat, jam 7.30 sampai 9, ya, Mas." Ani memastikan.

Surya mengangguk.
"Iya. Makasih."

Wulan sudah kembali ke front desk dan menyodorkan buku nota yang diminta oleh Ani.

"Aku matiin komputer-komputer di ruang multi media, ya, An," ucap Wulan yang lalu beranjak ke sebuah ruangan di sebelah front desk

Ani mengangguk dan segera mengisi selembar nota untuk Surya. Sebentar lagi lorong kantor dan area front desk akan ramai oleh para murid yang keluar dari kelas mereka.

"Ini notanya, Mas. Makasih, ya," kata Ani.

"Terima kasih kembali," jawab Surya yang kemudian terdiam sejenak, menimbang-nimbang dalam benaknya.

"Mmm ... nanti kalian pulang ke kos gimana? Ada yang jemput?" tanya Surya.

Ani tertawa kecil.
"Kami punya banyak supir, Mas. Bentar lagi mereka keluar kelas."

"Maksudnya?"

"Nanti pasti ada murid yang nawarin kami tumpangan pulang." Ani menjelaskan sambil nyengir.

Surya tersenyum geli.
"Meskipun aku belum resmi jadi murid, aku boleh menawarkan diri jadi supir kalian malam ini?" tanya Surya.

"Wah, tentu boleh," jawab Ani sambil tertawa, "itung-itung latihan untuk dua bulan ke depan, ya, Mas. Siap-siap aja karena kami jarang langsung pulang ke kos. Ada yang minta mampir makanlah, mampir Gelael-lah, nonton-lah ... banyak maunya," gurau Ani.

Senyum Wulan mengembang ketika berjalan menghampiri mereka berdua yang sedang tertawa-tawa. Rupanya hang out malam minggu lalu, menonton konser Jamrud bersama, sudah mengakrabkan Ani dengan Surya.

"Lan, kita punya supir baru," kata Ani diiringi tawa renyahnya.

"Siapa?"

Ani mengulurkan kedua lengannya ke arah Surya yang sedang tersenyum lebar.

"Kok bisa?" tanya Wulan heran.

"Mulai minggu depan Mas Surya kursus tiap hari jam setengah 8. So, bakalan jadi supir tetapmu selama dua bulan. Kalau aku sama Dina, kan, gantian sif malamnya. Kamu full dua bulan, kan." Ani menjelaskan dengan tawa berderai, lalu menekan bel di samping komputer yang menandai waktu berakhirnya kelas.

Suara bel kelas yang nyaring berdering memenuhi telinga Wulan, seiring dengan seulas senyum manis di bibir Wulan yang perlahan berubah menjadi senyum kecut. Kadang hidup memang sebercanda ini.

💋💋💋

Sungguh berat perjuangan Wulan untuk melupakan Surya.
Sabar, ya, Wulan. Kamu pasti bisa.
Semangat!

Eh, tapi beneran bisa, gak, sih?
Ikuti terus ceritanya, ya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.

Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘

16/4/2021 (10.30)

Cinta Tak Selalu Indah #3 (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang