Secara teori, cinta tanpa syarat terlihat mudah.
Namun, kenyataannya sangat tak mudah dilakukan.💓💓
Wulan berdiri dengan gamang. Surya mengusap pipinya, lalu kembali memeluknya. Hati Wulan terasa hangat. Perasaan pahit yang dia rasakan selama beberapa hari ke belakang pelan-pelan menyurut, tapi ia tak ingin terlalu larut dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Surya.
"Aku mau ganti baju," ucapnya datar. Rencana Wulan untuk tidak berganti pakaian gagal karena celana panjang yang dipakainya basah.
Surya mengangguk sambil melepaskan pelukannya.
"Mas juga mau cuci muka dan gosok gigi sebentar. Abis itu mau masak nasi buat sahur."Wulan melirik sikat gigi yang teronggok di tong sampah sebelum cepat-cepat melangkah menuju kamar Surya dan mengambil gaun tidurnya dari lemari. Setelah itu, dia menutup pintu kamar dan mengganti pakaiannya di balik pintu, lalu termenung menatap seisi kamar.
Wulan melihatvlampu kamar sudah dimatikan dan digantikan oleh cahaya temaram dari lampu meja. Ranjang masih tertata rapi seolah menunggu mereka berdua berbaring di atasnya. Alat-alat tulis dan buku-buku tersusun di atas meja kerja Surya, termasuk beberapa buku kiriman dari Mas Eka. Tampaknya Surya menyempatkan membaca buku-buku itu satu per satu setiap kali dia punya waktu luang.
Wulan membuka pintu kamar Surya dan menatap sekeliling ruangan di luar kamar. Pandangannya tertumbuk kepada sofa di seberang kamar, lalu menatap pintu kamar tidur tamu, kemudian kembali menoleh ke ranjang Surya. Wulan meraih tasnya dari atas sofa dan berjalan menghampiri pintu kamar tidur tamu. Dari ketiga tempat yang dia bayangkan sebagai lokasi bercinta Surya bersama Lucia, tampaknya kamar tidur tamu yang memiliki kemungkinan paling kecil untuk mereka berdua gunakan.
Wulan meletakkan tasnya di atas nakas, lalu duduk di tepi ranjang. Ditatapnya selimut yang masih terlipat rapi dan dua buah bantal yang dahulu sering dia pakai bersama Surya. Apakah Surya dan Lucia pernah memakainya juga? Wulan berusaha keras menepis semua bayangan tentang mereka berdua, lalu berbaring dan menarik selimut rapat-rapat menutupi tubuhnya dari ujung kaki hingga leher. Dia memejamkan mata dan berusaha untuk tidur, tetapi tak bisa. Pikirannya mengembara kemana-mana.
Sekitar lima belas menit kemudian pintu kamar terbuka, lalu Surya berbaring di sebelahnya dan memeluknya erat-erat dengan napas memburu.
"Mas tadi nyari kamu ke sekeliling rumah. Sampai nanya Mas Yatno siapa tahu kamu keluar gerbang," ucap Surya seraya mencium kening Wulan.Wulan hanya diam tak menjawab. Nada suara Surya menyiratkan perasaan lega. Rupanya tadi dia mencari-cari Wulan dengan panik. Mungkin dia khawatir Wulan meninggalkan rumahnya malam-malam tanpa pamit atau malah berbuat nekad.
Perasaan Wulan mendua antara iba dan kecewa.Dia merasakan hasrat yang kuat untuk membalas pelukan Surya dengan lebih erat untuk menenangkan hati kekasihnya. Namun, bayangan-bayangan masa lalu Surya yang melintas membuat dia membatalkan niatnya. Pasti dahulu Surya juga pernah mengkhawatirkan Lucia, memeluknya seperti ini, lalu mereka bermesraan yang berlanjut hingga .... Arrgh!
Wulan kembali merasa kesal dan marah. Spontan dia berbalik dan berbaring membelakangi Surya. Matanya memanas, ingin rasanya dia menangis, tetapi hatinya menolak. Dia berusaha menepis pemikiran tentang masa lalu Surya. Untuk apa dia membuang waktu menangisi hal-hal yang sudah berlalu dan mengingat hal-hal yang menyakitkan? Seharusnya dia mensyukuri semua hal baik dalam hubungannya bersama Surya.
"Maafkan aku, ya, Sayang," ucap Surya pelan menyerupai bisikan. "Aku udah ngecewain kamu."
"Jangan tinggalin aku, ya ...." bisik Surya lagi.
Wulan merasa terenyuh. Jujur saja, dia juga tidak sanggup meninggalkan Surya yang telah melakukan banyak pengorbanan untuknya. Sejak awal, Surya sudah menerima syarat yang dia ajukan. Perjuangan yang harus Surya lalui untuk masa depan mereka masih sangat panjang. Selama ini Surya selalu berusaha memenuhi semua keinginan Wulan dan selalu mengalah. Sekarang masa lalunya yang bagi Wulan tak sempurna terungkap. Apakah Wulan tak mau berkorban sekali ini saja? Tak bisakah dia menekan ego dan mengikis sedikit prinsipnya demi membalas semua kebaikan Surya kepadanya?
Wulan berbalik menghadap Surya dan menatap wajah kekasihnya yang terlihat murung.
"Nggak ada yang perlu dimaafin. Mas nggak salah apa-apa sama aku. Aku nggak akan ninggalin Mas," ucap Wulan seraya memaksakan senyuman.Surya membalas senyuman Wulan dengan canggung, masih setengah tak percaya bahwa Wulan bisa melupakan kekecewaannya dengan semudah itu.
Wulan memahami keraguan Surya. Dia ulurkan lengan kanannya ke dagu Surya, lalu mengusap-usapnya.
"Kenapa nggak dicukur, Mas?" tanya Wulan untuk menghilangkan kecanggungan di antara mereka."Besok pas mandi, ya. Kemarin nggak sempat cukur," jawab Surya.
"Kok, nggak sempat kenapa? Sibuk apa?"
"Sibuk mikirin kamu sampai nggak nyenyak tidur, nggak selera makan, nggak pengin ngapa-ngapain."
Wulan tersipu. Jawaban Surya sudah dia duga, tetapi tetap saja saat mendengarnya dia tak dapat menahan kemunculan rona di pipinya.
"Temani Mas masak nasi, yuk, Sayang," ajak Surya.
Wulan menatap heran.
"Tadi belum jadi masak nasi?""Belum. Tadi panik nyariin kamu. Udah mikir yang enggak-enggak."
Wulan tersenyum geli. Dia kemudian menggeser wajahnya mendekat dan mencium bibir Surya yang tampak terkejut sejenak, lalu membalas ciumannya dengan mesra. Sudah lebih dari setengah bulan bibir mereka berdua tak saling bertemu karena telah bersepakat selama bulan puasa kemesraan mereka hanya sebatas pelukan dan ciuman di pipi atau kening saja.
Wulan menarik bibirnya menjauh dengan ragu, lalu kembali mencium Surya selama beberapa detik sebelum dia lepaskan lagi. Sekilas bayangan Lucia melintas saat dia dan Surya berciuman. Masih banyak pertanyaan dan keingintahuan di benaknya tentang masa lalu Surya. Namun, Wulan tak akan menanyakannya sekarang. Dia menepiskannya sejenak agar tak merusak suasana hatinya yang sudah mulai cerah
Surya mengusap-usap pipi Wulan, lalu mengecup ujung hidungnya.
"Aku cinta kamu. Cuma kamu yang ada di hatiku. Aku ingin kamu percaya itu," ucap Surya lembut."Aku percaya," jawab Wulan. Ungkapan cinta dari Surya masih menimbulkan desiran di hatinya. Malam ini Wulan meyakini bahwa mempertahankan hubungannya dengan Surya adalah keputusan yang benar.
💋💋💋
Cinta seharusnya bisa menerima apa adanya dengan segala masa lalunya.
Toh, semua yang dilakukan Surya dengan Lucia sudah lama berlalu.
Tak akan terulang lagi.Eh, benarkah begitu?
Ikuti terus kelanjutan ceritanya ya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love.
😘16/3/2022 (18.45)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Selalu Indah #3 (18+)
Romance💜 Cinta yang terhalang perbedaan keyakinan, terbentur restu orang tua, dan terganggu oleh mantan tunangan yang berkali-kali datang mengajak balikan 💜 Selamat membaca 🤗 WARNING (18+) Bakalan ada ADEGAN MESRA di beberapa episodenya. Jadi YANG MASI...