22| Dream's

3.3K 458 158
                                    

Tidak ada yang salah sebenarnya. Reina hanya ingin diri dan nyawa yang berada didalam perutnya baik-baik saja. Maka dari itu, Reina memilih untuk menutup rasa cemburu yang mengganggu dibenaknya dan membiarkan semua terlihat normal seperti biasa. 

Persis yang seperti Jung bilang. Reina sangat suka akan tempat yang saat ini ia pijaki. Hotel berbentuk resort bernuansa perkemahan dan menyatu dengan alam. Setidaknya disini dia dapat melupakan rasa yang mengusik hatinya sejak kemarin.

Jung telah berpamitan untuk meeting sepuluh menit yang lalu. Meninggalkannya yang masih enggan membuka mata. Alih-alih ingin melanjutkan meringkuk didalam selimut hangat. Reina lantas membersihkan diri manakala rungunya menangkap kekehan dua bocah dihalaman depan yang tengah bergelut diatas rerumputan bersama seekor anak anjing.

Reina menarik tirai jendela keatas agar dapat melihat lebih jelas kegiatan dua anak tersebut. Mata biru dari kedua bocah berumur tiga tahun itu membuktikan bahwa mereka bukan berasal dari negara yang sama.

Satu buah pisang ia telan habis, bersama dua anak mungil itu menghilang dibalik kamar resort yang mereka tempati. Reina menundukkan kepala mengulum senyum memikirkan, apa akan semenyenangkan itu jika sosok didalam perutnya ini telah menyapa dunia. Reina berharap begitu, berharap Jung memeberikan hidup yang layak untuk anak mereka.

Aroma lavender menyapa penciumannya, kala Reina membuka pintu. Sengaja ia hirup dalam, menyapu pandang pada kebun bunga yang bergoyang satu arah, sesaat Reina mendapati perasaannya jauh lebih baik, secepat itu. 

Jangan lupakan, Reina itu akan menjadi seorang ibu beberapa bulan lagi. Tidak ada ibu yang ingin anaknya merasakan apa yang ibunya rasakan. Reina berusaha menepis rasa egoisnya, dengan menuruti perkataan Jung sebelum berangkat tadi; jangan memikirkan apapun yang membuatmu merasa buruk, sayang. Kita datang kesini untuk baby moon. Anak kita harus bahagia, dia akan bahagia jika ibunya juga merasa bahagia. 

Reina tentu tak ingin sama seperti ibunya. Pun tak mau anaknya bernasib sama seperti apa yang ia rasakan dulu. Tak juga mau menjadikan Yeonbi sebagai alasan berpikir sempit dan menuntut semua perhatian dari Jung.

Satu jam berdiam diri mengusap perutnya yang sedikit tak enak, Reina memilih melangkahkan tungkainya mengelilingi setapak untuk menyapa bunga-bunga bermekaran serentak. 

"Hai… apa kau salah satu penerima voucher launching?" tanya seseorang hadir dari balik punggung saat wanita itu memberikan makan ikan hias.

Reina berdiri memberi senyum, kemudian lekas mengangguk. "Iya." jawabnya masih tak memutus pandang pada ikan-ikan lucu yang berenang mengitari selokan.

"Kau suka konsepnya?" tanya pria itu lagi. 

"100 dari 10 , penilaian untuk konsep kolam ikan unik, bagaimana kalian medapatkan ide ini menjadikan rumah ikan ditempat pembuangan?" ungkap wanita itu jujur, mengundang kekehan pria tersebut.

"Aku dan kakakku sangat suka hal diluar ekspetasi orang-orang." Reina mengerjab lambat, penuturan itu membuat Reina menoleh. Pria yang sejak tadi menyapa rupanya pemilik resort ini.

"Kalian terlalu genius, Jang—Seokhan." ujar Reina membaca name tag yang menggatung pada leher pemuda itu.

Membiarkan suasana bergeming Reina mengambil kesempatan untuk tak melewati barang satu detik, menghirup dalam beberapa kali aroma bunga-bunga yang terus mengudara bersama angin yang berhembus. Suara air mengalir dari sungai kecil juga benar-benar meredakan rasa tak enak diperutnya. Kalau Jung memiliki rumah disini Reina jamin dia akan betah. 

"Salah satu value dari resort. Kami memberi apa yang tamu butuhkan tanpa diminta." Seokhan mendorong satu baki yang ia bawa, setelah membawa Reina masuk kedalam kafe. "Semua ini untukmu nona."

Husband Baby and Lil WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang