23| Healing and Allergy

3.6K 441 157
                                    

Bukan cerita sad ending. Bilang ini barengan agar tetap enjoy sampai partnya terselesaikan.

Mohon maaf lahir batin zeeyow ku 🙏

.

.

Kyu Reina

Aku menghampiri Jung yang telah menghabiskan lima menitnya untuk menyalakan api pada tumpukan kayu untuk penghangat kami.

Meski matahari dengan terik menyorot di atas kepala, akan tetapi temperatur nyaris rendah memberi kesejukan di area pinggir air terjun. 

"Anginnya terlalu kencang. Jadi susah menyala." ujar Jung tampak akan menyerah. "Dipeluk saja biar hangat, mau?"

Aku tercengang. Kenapa harus bertanya? Tentu saja bukan ranahku untuk menolak penawaran menggiurkan seperti itu. Tempat yang sangat ku sukai saat ini adalah wangi ketiak Jung dan bersembunyi di dalam dekapan lebarnya.

"Coba satu kali lagi. Aku bantu menghalau anginnya." kataku memberi solusi.

Melebarkan baju tebal yang ku pakai memunggungi air terjun yang jaraknya delapan meter di belakang. Terlalu jauh memang, justru kayunya akan lembab dihujani embun dari percikan air yang jatuh kepermukaan batu jika kami memaksa menghidupkan api di jarak dekat.

Dan berhasil. 

Kulihat Jung mulai mengeluarkan beberapa cemilan dari ransel yang kami siapkan sebelum memilih menghabiskan waktu untuk mendaki perbukitan dan mencari spot rahasia yang digadang-gadangkan oleh Seokhan. Spot indah rahasia yang harus dilalui menggunakan peta petualangan pengunjung. 

Kami sengaja mengambil kesempatan ini untuk membangun kedekatan lebih sebagai sepasang insan yang saling membutuhkan. Jung bilang ingin membuat moment lebih banyak denganku. Membuat lebih banyak kenangan di dalam ingatan. Lalu merekamnya menjadi vlog pendek,  yang dapat diputar ulang jika sedang rindu.

"Airnya terlalu dingin, sayang. Kau bisa flu---jangan terlalu lama merendam kakimu." aku hanya mengangguk untuk menanggapi kekhawatiran Jung.

Aku suka berada disini, ingin berlama-lama di tempat ini. Suara aliran air begitu tenang menyambang rungu. Ditambah aroma hutan benar-benar menyegarkan rongga dada. Kicauan burung menemani siang kami. 

Aku harus mengucapkan banyak terima kasih dan memberikan hadiah pada kesayanganku. Dia rela menambah beban di pundak untuk mempersilahkanku bergelayut di punggungnya.

Ku hampiri Jung yang sedang menyiapkan susu coklat hangat dan duduk diatas tikar kemah.

"Sudah mulai lapar?" tanyanya. 

"Aku suka disini, oppa." 

"Apa yang paling kau sukai disini?" sahut Jung ingin tahu.

"Masih sama." kataku, kuletakan bokong disamping Jung. " Aku selalu suka deru air dari sungai. Masih sangat suka deru pantai yang menabrak karang. Tapi aku tidak terlalu suka danau, terlalu tenang. Menurutku sepi sekali." 

"Tidak akan sepi jika duduknya berdua denganku." aku terkekeh rendah menerima susu coklat buatan Jung, meniupnya beberapa kali sebelum meneguk hati-hati untuk menghangatkan perut.

"Benar... oppa itu…" jeda ku beberapa detik. "Oppa adalah bagian yang ku letakkan di dalam semestaku." 

Jung meletakan gelas kertasnya di atas batu, lalu mengusap rambutku sesekali menepuknya pelan dan mengecup puncak kepalaku.

"Oh---ya." katanya sebagai respon. Aku suka caranya menanggapi obrolan kami. "Aku baru tahu Rey-ya ku memiliki semesta sendiri. Bagaimana bentuknya?"

Husband Baby and Lil WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang