Secuplik keseharian keluarga Jung.

2K 155 28
                                    

Sepenggal lembaran Reina ketika mengurus keluarga kecilnya.

Siang ini di muali dari sang suami yang belakangan terlihat sangat senang saat di urusi setelah resmi menikah kembali. Pria itu mulai sering meminta istrinya untuk memasak, dan kini Jung menginginkan sesuatu yang hangat-hangat.

Padahal, Jung tahu Reina tak sepandai itu dalam meracik rempah. Tetapi entah kenapa ia suka melihat Reina menggunakan appron berwarna kuning muda sambil berkata ; mari kita lihat apa yang bisa ku buat untuk suami manja ku.

"Yang hangat ya, selimut kuah?"

Jung sukses mendengus kekehan ringan dengan kedua mata masih tertutup rapat. Kesadarannya belum sepenuhnya kembali setelah ketiduran bersama Gguki saat main balok susun.

Reina mulai menyelami dapur, ia mlihat video masak dan sesekali mengecek dada ayam rebus yang akan ia buat cream soup. Ini bukan makanan spesial sebetulnya. Tetapi jika Jung yang meminta Reina akan buat yang terbaik.

Reina menarik fokusnya sejenak, Jung telah pindah dari kursi makannya, bersama Gguki yang baru tiba, mereka duduk di depan lemari pendingin tanpa kaus, serta mata sembab dan rambut tak tentu arah sambil mengunyah anggur dengan tenang.

"Ggu haus, mommy." Adunya ketika Reina berjongkok untuk mencium pipi bantal sang anak.

"Air putih Gguki sudah kosong, oppa." lempar Reina pada Jung.

"Hm!" gumam Jung setengah sadar. "Aku pusing, Rey." seraknya lesu. pundaknya pun ikut layu ketika harus terpaksa bangun mengambil botol robot milik sang anak dan mengisinya dengan air putih.

"Masih pusing?" Jung mengangguk manja. Memasang wajah lemasnya di hadapan Reina. "Sebelum mabuk kenapa tidak berpikir kalau efeknya akan pusing. Oh---aku tahu!" Serunya menjeda. "Mungkin saja oppa minumnya kurang banyak dan harusnya tidak pulang."

"Sayang, bukan begitu." Jung segera meraih pinggul istrinya setelah disindir.  Jung semalam memang mengetuk pintu di pukul empat dini hari, ia pergi untuk mabuk bersama Taekhyung dan Seokjin lalu berakhir lupa waktu.

"Jangan aneh-aneh! Gguki disini."

"Kau marah, kan!"

"Kenapa aku harus marah?"

Jung mengerjap lambat, kepalanya sedikit berat pada bagian belakang ketika dia memaksa berpikir.  "Karena aku mabuk dan pulang pagi."

"Oh itu saja."

"Memang salahnya ada banyak, mom?"

"Apa Oppa merasa ada kesalahan lain?"

Jung menelan ludahnya. Reina pintar memutar pertanyaan hingga Jung merasa was-was. Pria itu menjauh dari Reina sembari mengingat apa yang baru telah ia lakukan sampai Reina menjebaknya seperti ini.

"Tidak ingat, sayang." Ujarnya dengan hati-hati.

"Tidak apa-apa. Nanti saat sudah ingat, oppa tetap boleh mengulangnya. Aku tidak masalah jika kau mau pergi minum lagi."

Jung tersenyum menggigit bibir bawahnya sambil merunduk. Ia hendak memutar pipi sang istri untuk menghadiahi kecupan kecil. Tetapi keberadaan Gguki tentu tidak semudah itu memberikan sang Ayah akses untuk menebar kemesraan di ruang makan.

Gguki datang membawa buah terong berukuran jumbo, lalu mengayunkannya ke bokong sang Ibu hingga Reina mengaduh terkejut.

"Aduh, Ggu. Mommy nya sakit. Kenapa di pukul." tanyanya tanpa meninggikan suara.

Bukannya merasa bersalah Gguki lantas tertawa terpingkal, lalu mengulangnya lagi dengan ayunan pelan dengan tinju kecil.

"Daddy sering pukul-pukul pantat mommy begini kalau sedang jalan." ujar Ggukie memeragakan kebiasaan Jung membuntuti Reina hanya untuk menjadikan bokongnya samsak dadakan.

Husband Baby and Lil WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang