Epilogue

2.1K 293 84
                                    


“Hari ini mau di jemput?”

Reina menggeleng, melirik panggilan videonya sebentar lalu kembali mengerjakan tugas kuliahnya di perpustakaan.

“Tidak usah. Hari ini pulang cepat. Aku akan sampai rumah sebelum jam delapan.” Jawabnya tenang. “Kalian sedang apa?”

“Gukie minta berenang.”

Reina menghentikan aktivitasnya sejenak, memperhatikan Gukie dari ponselnya sedang mengayunkan kaki di atas pelampung.

Ice cream lagi?” tanya Reina kemudian saat Gukie memamerkan apa yang ia bawa di tangannya. “Udara sore mulai dingin dan oppa memberikan Gukie ice?”

“Dia menangis.”

“Itu karena kau tidak---,”

Daddy ayo lagi, dolong wush wush...” Reina menghela ringan tetapi juga ikut menaikkan sudut bibir ketika Jung mendominasi sang anak. Memberi pengertian bahwa mereka akan selesai dalam waktu lima menit. Ya apalagi jika bukan karena Reina mendelik jengkel ala ibu-ibu dari layar plasmanya.

“Dia bilang apa?”

“Gukie minta di dorong seperti orang naik papan selancar.”

“Jangan!” larang Reina. “Gukie! Dengar mommy! Nanti kalau pelampungnya terbalik terus tercebur Gukie bisa di makan paus.”

Di seberang sana Gukie mengerjap meminta penjelasan dengan lugu dari sang Ayah.
Jung terpaksa mengangguk. Gukie sudah mengerti apa itu paus dan hewan laut lainnya. Reina suka menakut-nakuti hewan itu agar Gukie tidak terlalu lama bermain air.


Imun tubuh Gukie itu tidak seperti anak normal pada umumnya. Anak itu gampang sakit.

Pernah satu kali ia melarang Jung datang---karena Jung membawa anak anjing untuk teman main Gukie. Bermain seharian membuat Gukie tiba-tiba pingsan. Dan berakhir tidur dengan selang oksigen karena napasnya tak beraturan.

 Reina tahu, sangat tahu kalau anaknya sangat aktif. Kadang terlalu aktif sampai Reina khawatir sendiri. Berbeda dengan Jung yang lebih suka menuruti semua keinginan anak. Reina justru hidup lebih tertata. Segala waktunya di batasi agar sang anak tak sering kambuh dan lebih terbiasa melakukan hal tanpa berlebihan.

Bicara tentang merawat Gukie. Setelah dua tahun keduanya bercerai. Mereka sepakat tetap merawat Gukie bersama. Reina mengambil jadwal kuliah di sore hari karena ia harus menunggu Jung datang usai bekerja.

Mereka juga tidak tinggal bersama. Jung mengambil unit berjarak dua puluh meter dari tempat Reina saat ini. Agar tidak lebih lama memakan waktu perjalanan.

Malam ini , setelah Reina kembali dari kampus, tentu langkahnya langsung mencari keberadaan sang anak. Biasanya setiap kali pulang kuliah Reina selalu mendapati Gukie telah tertidur.

Tapi saat ini Reina tidak menemukan sang anak disana. Suasana rumah sangat tenang lalu Reina pikir mungkin Gukie ada di kamar satunya, kamar berisi kebutuhan medis khusus.

 Baru saja Reina hendak meraih knop pintu, Jung lebih dulu keluar dari kamar itu.

“Ada apa?” Jika berurusan dengan kamar ini Reina selalu was-was sendiri. Padahal sudah satu minggu Gukie sudah jarang masuk ke dalam kamar ini.

Jung membuka maskernya. “Gukie makan sosis. Lalu tersedak.”

Reina bernapas lega mengayunkan kepalanya naik turun, setidaknya itu bukan sesuatu yang perlu di khawatirkan.

Hidup Gukie memang akan selalu berdampingan dengan alat pembantu napas agar ia tetap hidup. Tersedak makanan bukan sesuatu yang akan membuat Gukie sekarat tetapi anak itu tetap butuh bantuan agar napasnya kembali stabil.

Husband Baby and Lil WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang