Extra Chapter 1

2K 266 44
                                    


Dentingan timer dari pemanggang menaikkan sudut bibir Reina kala aroma roti panggang bawang putih hasil eksekusinya berhasil membuatnya menelan ludah sendiri. Ia membuka sarung tangan anti panas sebelum memotong beberapa bagian untuk memudahkan putra kecilnya yang baru saja datang menghampiri sembari berlari dengan langkah kecil dari pintu utama.

"Mommy!!!!!!!" serunya namun terdengar seperti aduan.

Gukie dan kaki kecil menjijit di samping Reina. Reina mengerjap lambat kala mendapati Gukie mengenakan kupluk milik Jung yang hampir menutupi seluruh wajah. Belum lagi Gukie menolak mengenakan celana--- anak itu memilih mengenakan popok serta kaos pendek berwarna coklat muda bermotif jerapah setelah mandi.

Ini benar-benar meningkatkan kadar kelucuan Gukie. Di tambah kupluk sang Ayah menyimpan pipi gembilnya.

"Tunggu disitu dulu, mommy lagi pegang piring panas." peringat Reina lembut sebelum meletakkan piringan oven di atas pencucian--- lalu menghampiri sang anak yang tengah merengek menjinjit kan kaki gelisah di atas pijakan. "Ada apa? Tidak jadi menunggu daddy." Reina menyentuh penutup kepala Gukie. "Gukie, pakai ini memangnya tidak panas, bisa melihat tidak?" tanya Reina penasaran.

Reina hendak menaikkan kupluk tersebut, tetapi Gukie melarang anak itu bilang "Nanti kalau di buka daddy tidak kaget, Mommy." Gukie lantas mendongak membuktikan bahwa masih dapat melihat dari bawah walau wajahnya tertutup penuh.

"Mommy!!!! Kakinya di gigit semut!!!" adunya lagi.

Dengan sedikit menarik napas panjang Reina mengangkat Gukie dalam gendongan, membawa putranya duduk di pinggir ranjang. Rasa gatal serta kemerahan yang membengkakkan kaki membuat Gukie memajukan bibir sebab susah berkonsentrasi menunggu sang ayah.

"Untung bukan pantat yang di gigit." Celetuk Reina membuat Gukie mendongak tinggi agar dapat melihat ibunya dari bawah lagi.

"Pakai celana ya." Tawar Reina dan di angguki Gukie tanpa ragu. Tak ingin jika anggota keluarga semut lain diam-diam menyelinap naik ke atas popoknya lalu menggigit kulit pantatnya.

"Daddy masih jauh tidak, mom."

"Hmm---sepertinya sebentar lagi. Masih mau menunggu diluar?" Gukie menggeleng ia meraih pedang mainannya. Lalu mengangkat tangan ke udara.

"Gukie mau terbang mom..." pintanya melompat-lompat.

"Mommy tidak kuat, Gukie. Terbangnya nanti tunggu daddy saja. Sekarang mau makan bread buatan mommy?"

Gukie menekuk bibirnya. Reina masih dapat melihat itu dari tangan yang terlipat di depan dada. Anak itu selalu begini jika apa yang ia ingin tidak di dapat.

Jika bersama Jung atau Kakek tentu saja akan langsung terlaksana. Terbang seperti spiderman. Menunggang kuda seperti koboi. Menyusun piramida lalu di tebas dengan pedang. Minta di dorong kencang-kencang saat main sepeda juga. Gukie itu extreme. Menguras kesabaran Reina, apalagi jika anak itu tiba-tiba menusuk punggungnya. Reina harus siap berpura-pura pingsan.

Gukie melahap makanannya dengan baik. Gukie adalah alasan mengapa Reina akhirnya rajin bereksperimen banyak resep dari internet. Selain ingin memastikan gizi yang Gukie dapat cukup terpenuhi. Reina juga ingin Gukie menerima apa yang putranya makan hasil olahan tangan sendiri.

Setelah memastikan anaknya cukup aman untuk di tinggal Reina pamit untuk membersihkan diri.

Sejak usianya hampir mencapai empat tahun anak itu mulai pandai mengerti pesan Reina seperti ; tunggu sampai mommy datang kalau Gukie ingin sesuatu. Tetap berada disini sampai mommy selesai mandi.

Gukie patuh. Ia bermain di sofa tengah sembari menyusun mainan yang ia tumpahkan dari kotak pelastik pemyimpanan, tentu dengan susu cokelat dingin yang ia minta sebelum sang ibu pergi ke dalam bilik.

Gukie berpesan jangan lama-lama ia takut haus lagi karena anak itu berniat membasmi monster-monster dengan pedang nya. Bahkan Gukie lupa lima menit yang lalu ia bilang ingin menunggu Jung pulang di depan teras dan malah berakhir di gigit semut.

"Ingat ya. Kalau jatuh karena Gukie melompat dari kursi. Mommy akan bilang daddy anaknya yang tidak mau menurut."

"Tidak nakal kok." Mata bulat penuh binar sambil mengibas kedua tangan seolah meyakinkan sang ibu jika ia hanya akan menyusun mobil-mobilan berbaris panjang seperti sedang macet perjalanan. Tentu saja wajah tegas Jung agak menakutkan bagi Gukie.

Menghabiskan beberapa menit untuk mandi. Reina menatap dirinya sendiri di depan cermin setelah memadamkan mesin pengering rambut.

Ia menggigit tipis bibir bawahnya. Tidak pernah terpikir bahwa ia membersihkan diri hanya untuk menyambut kepulangan suami. Reina tidak tahu sejak kapan ia jadi sering memikirkan kesenangan Jung. Melihat Jung belakangan ini bekerja sangat keras Reina jadi ingin berpenampilan rapi dan segar saat Jung pulang.

Rasanya menikah kembali bukan hanya merubah naluri ke ibuan yang hadir saat Reina memiliki Gukie.

Tetapi...

Husband Baby and Lil WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang