Extra Chapter 2

2.1K 261 29
                                    

“Bagaimana sudah lebih baik?”

Gukie mengangguk sebelum Reina melepas selang yang tertaut pada tabung oksigen menjauh dari tubuh Gukie lalu mengemasnya kembali. “Gukie ini memang tidak sayang sama mommy.” Ucap Reina tiba-tiba.
 
“Kenapa menurutnya pada daddy saja? Kalau mommy yang bicara, Gukie tidak pernah menurut. Gukie senang sekali, mommy nya di marah daddy.” Gukie mengerjap bingung kala sang ibu mengangkat tubuhnya untuk berdiri di atas ranjang.
 
Daddy seram mommy. Daddy no
 marah-marah, mommy.” Jawabnya polos sembari menepuk-nepuk sisi pipi Reina.
 
“Mana ada ceritanya daddy mu tidak marah. Nanti kalau daddy tahu Gukie main buah naga sampai terpeleset lalu jatuh, siapa yang kena omel?”
 
Mommy cantik!” jawabnya memiringkan kepala.
 
“Benar. Jadi, akan lebih baik kalau mommy tinggal di asrama kampus saja, kan. Anaknya saja tidak sayang. Daddy nya apalagi. Mommy nya pindah saja ya.”
 
“Huh?”
 
“Nanti Gukie di urusnya sama imoo Seohee.”
 
“Tidak boleh!” cecarnya. “Tidak mau dekat-dekat imoo Seohee.”
 
Reina semakin menekuk bibirnya dengan manik iba.
 
Gukie sendiri sudah memeluk sang ibu tangan kecil Gukie menepuk bahu Reina. Pelukan tanpa paksaan itu sulit sekali di dapat dengan suka rela. Gukie pelit jika di minta. Anak itu jarang mau mencium atau memeluk cuma-cuma kalau bukan karena urusan kamar mandi dan perut kosong.
 
Iya Gukie itu sedikit unik sekaligus membingungkan. Dengan tingkah tengil nya yang sulit ter tebak. Terkadang Gukie mampu menghentikan napas Reina dalam beberapa detik. Kadang pula Gukie berubah menjadi lelehan gula cair ketika di hangatkan di waktu yang sama.
 
“Memangnya kenapa sih Gukie tidak suka kak Seohee. Dia suka daddy, tahu.” Tanya Reina penasaran sebab Gukie menunjukkan ketidak sukaannya saat pertama kali irisnya bertemu dengan Kim Seohee.
 
No! No ambil daddy Gukie!” rengek Gukie mengentak-entak satu kakinya kesal.
 
“Beritahu mommy kenapa tidak boleh?”
 
Imoo Seohee bau ketombe.” Celetuknya.
 
Reina melongo. Ia bingung harus tertawa atau bingung. Reina pikir, sikap tidak suka Gukie karena ingin melindunginya dari godaan wanita yang berusaha mencari simpati dari Jung. Tetapi pernyataan barusan berhasil menggelitik perutnya. Hingga ia menunduk menyembunyikan tawa gelinya.
 
“Oke. Mommy akan bantu supaya daddy kita tidak di ambil kak Seohee.”
 
Daddy Gukie!”
 
“Astaga. Iya-iya. Tapi kita harus buat rahasia dulu.”
 
“Rahasia itu apa?”
 
“Rahasia itu Gukie tidak boleh cerita ke daddy kalau tadi habis jatuh. Rahasia itu seperti... truk gandeng yang terparkir di depan proyek kantor daddy.
 
Gukie bersorak takjub. Anak itu mengudarakan tangan memuja imajinasinya saat memikirkan betapa kerennya supir truk gandeng, du tambah mobil berukuran besar dengan ban yang super banyak. Gukie tertarik sekali dengan jenis mobil itu.
 
Jempol kecil penuh semangat itu tertaut seperti ikatan mutlak yang tidak boleh di ingkar. “Tidak boleh bilang daddy.” Ulangnya.
 
Reina tidak berniat mengajarkan kebohongan pada sang anak. Hanya saja hari ini ia memiliki banyak tugas. Jika Jung marah maka akan banyak waktu tersita hanya untuk membujuk perangai bayi keduanya. Ia butuh setengah kecerdasan sang suami untuk membantu menyelesaikan tugas itu. Jadi Reina memohon satu kali saja, berharap kontribusi Gukie bisa menyelamatkan nya hari ini.
 
Oppa yakin tidak apa-apa menitipkan Gukie pada Ibu?”
 
Hujan mulai turun setelah makan malam selesai. Jung merangkak ke atas ranjang setelah selesai membasuh tubuh dan mengenakan celana pendeknya. Udara cukup sejuk bagi Reina tetapi tidak dengan Jung yang mudah berkeringat. Pria itu merebahkan tubuh sebentar, sebelum akhirnya menopang kepala dengan satu tangan menghadap Reina di sofa.
 
“ Jadi seperti nya tidak apa. Ibu sedang tidak ada jadwal hati itu.”
 
Reina cukup serius dengan PRnya. Wanita itu hanya bergumam tanpa melepas fokusnya dari laptop dan tumpukan soal. Sementara Jung beringsut menyalakan playstation.
 
Keduanya larut pada kegiatan masing-masing. Reina tidak terusik oleh umpatan-umpatan Jung ketika kalah memasuki bola ke gawang.
 
“Haish--- fuck!”
Setidaknya itu hanya berlaku tiga puluh lima menit sebelum suara sang anak menginterupsi keduanya.
 
Fuck itu apa, mommy?
 
Reina sontak mendongak dengan mata membulat lebar. Ia hampir tersedak ludah, sebelum matanya menyipit menyorot Jung penuh.
 
Saling melempar tatap seolah bergumam dalam kepala masing-masing.
 
Sejak kapan anak itu ada disana.
 
M-mommy sedang belajar, Gukie. Coba tanya daddy.” Lempar Reina .
 
Jung menggigit bibir bawahnya ragu kala sang anak berjongkok di hadapannya. Jantungnya mendadak bergemuruh takut memilah pengertian seperti apa agar mudah di pahami.
 
“Hm itu---artinya kotoran pupu. Pokoknya jorok. Bau.”
 
Setidaknya Jung bisa bernapas lega mendapati Gukie terjingat geli. Anak itu paling anti dengan kotoran dan sensitif pada bau. Ia bisa muntah hanya perkara bau sabun mandi. Gukie akan selalu marah jika Jung membohonginya. Jung kadang kala cukup sering mengerjai Gukie. Ia bilang akan main air tetapi nyatanya malah membersihkan kadang anjing. Dan membuat Gukie memajukan bibir seharian. Jung berterima kasih atas kelebihan Gukie yang satu itu, paling tidak dosanya kali ini terbebas.
 
“Bagaimana membaca dongengnya, sudah selesai” Tanya Jung mengalihkan pembicaraan. Mengusap kepala Gukie kala anak itu menggoyangkan kepala.
 
“Nenek ketiduran.”
 
“Lalu kenapa tidak ikut tidur?”
 
“Petirnya bikin terkejut, daddy. Dada Ukie sakit, kaget.” Jelas Gukie. Tangan kecil itu mengusap-usap dadanya seperti orang tua.
 
Jung membaringkan anaknya di atas pangkuan lalu mengecup, menggigit gemas pipi bantal Gukie dengan bibirnya sampai Gukie terkekeh keras. Pipi gembil itu menjadi korban kegemasan Jung. Aroma bedak tabur yang menempel di pipi sang anak menghilangkan berat bahunya.
 
Barang kali Jung ingin memiliki satu lagi yang usil dan aktifnya seperti ini. Tetapi di satu sisi ia takut jika yang satu itu akan menanggung kesalahannya di masa lalu sama seperti Gukie.
 
Setiap anak itu special. Penderitaan Gukie akibat ulahnya di masa lalu. Hanya saja di waktu yang sama Jung memiliki alasan mengapa ia banyak meninggalkan pikiran kolotnya dulu.
 
Kehadiran Gukie dimata orang lain mungkin terlihat menyedihkan. Banyak orang yang iba dengan fakta bahwa anak mereka tidak normal.
 
Daripada kata tersiksa, Jung maupun Reina berjanji jika mereka mampu mengubah kesedihan menjadi kejutan dari Gukie.
 
Jika tidak ada Gukie tidak ada alasan mengapa pada akhirnya Reina memberi satu kesempatan Jung untuk memperbaiki apa yang sempat pria itu tumbangkan.
 
“Hah... sedap sekali, daddy mau makan lagi...” jeda Jung mengambil napas dalam-dalam sebelum menyerang sang anak lagi berkali-kali.
 
Aroma khas tanah dari hujan yang masuk dari celah pintu balkon, sengaja Reina buka sedikit memberi satu pemandangan yang sangat ingin Reina nikmati setiap detiknya. Senda gurau malam ini telah Reina abadikan di dalam archive plasma pipihnya.
 
“Aduh... aduh sudah, dad! kepala Gukie sakit!” teriaknya.
 
“Mana lihat sini. Daddy makan pipinya bukan kepala.”
 
“Ada ini... di sini.” Anak itu menunjuk belakang kepalanya. “Tapi jangan lihat. Soalnya rahasia.”
 
Satu alis Jung naik tampak berpikir. “Rahasia apa?”
 
“Rahasia jangan bilang-bilang, dong.”
 
Jung menarik sudut bibirnya tipis. “Siapa yang mengajari main rahasia? Mommy ya?”
 
Mommy sayang...” sahutnya menaiki ranjang dan berbaring telentang.
 
Bibir Jung membulat seperti O sembari menggoyangkan kepala menanggapi Gukie. Tetapi tidak pada tatapannya yang telah mengunci degup jantung Reina di balik buku paketnya.
 
“Sebaiknya Gukie tidur sekarang, ya. Ini sudah malam. Besok kita main rahasia-rahasia dengan daddy juga.”
 
Reina menggigit bibir bawahnya. Ia tak berani mengeluarkan kepala dari balik buku paket atau sekedar berkata selamat tidur untuk sang putra. Suaranya semakin tercekat saat Jung berkata. “Pantas saja kau lebih pendiam malam ini, Rey.”
 
“Ayo diskusikan kau ingin gaya dicintai yang bagaimana.”
 

 
 

-Tamat-


aku tidak pandai membuat kata penutup yang baik. Intinya aku terima kasih sekali banyak-banyak untuk para pembaca lama ataupun pembaca baru yang telah suka rela meninggalkan vote dan komen.

Harapan ku setelah ini tentu ingin buat cerita yang meledak lagi seperti era Istri kecilku tetapi disini, bukan di Youtube.

Jika masih ingin membaca kelanjutan kehidupan sehari-hari keluarga Jung terlepas dari masalah Gukie,

kalian bisa order dalam versi Ebook saja,

tentunya berisi konten [M] dan Hard.

Bagi yang berminat aku akan drop link G-form di IG @min_zeeyonachi akhir bulan ini.

Bocoran harga berkisar dari 25rb—30rbu aja. Jadi kamu bisa nabung dari sekerang. 😗😗😗

|Kenang-kenangan dari Gukie|

Husband Baby and Lil WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang