27. Jangan Egois

122 64 506
                                    

"Gue cowok yang gak bisa janjiin cewek begitu aja."

Asia tersenyum mesem ketika sampai di dalam kamarnya. Ia merebahkan diri, lalu menepuk kecil pipi nya, seolah menyadarkan diri dari dunia halu akan Utara nya.

"Eh, gue mau cerita dong." Tiba-tiba saja Kiyara mengalihkan perhatian dua temannya, yang masih ada di dalam kamar Asia.

"Cerita apaan, Ra?" sahut Clarissa.

"Tau gak? Ada cewek yang awalnya itu nolak banget kencan, eh pulang-pulang senyum-senyum sendiri,"

"Oh, iya. Bener banget, Ra,"

"Katanya sih gak enak ninggalin tamu, eh pulangnya gak inget sama sekali tuh sama tamu," timpal Dina.

Asia mengedarkan pandangannya dan menemukan ketiga cecunguk yang berani-beraninya menggibahi dirinya, tapi ini termasuk gibah bukan sih? Jika dirinya sendiri mendengar obrolan mereka.

"Kalian nyindir gue?"

Kiyara dengan tampang tak berdosanya melihat Asia. "Ups! Ada yang kesindir ternyata,"

"Serah deh. Lo juga ngapain di rak buku gue?"

Dina menghampiri Asia sembari membawa buku non-fiksi. "Ya, tadi kita semua liat nih novel. Kok lo gak bilang sih ikutan p.o novel ini?"

Asia mengambil alih buku tersebut dan membalikkan buku untuk melihat sedikit blurb nya.

"Oh, ini. Perasaan baru kemaren gue beli nya, gak sempet gue kasih tau ya? Kalian mau tau gak kenapa?"

Mereka saling melempar pandang dengan serempak juga menganggutkan kepalanya.

Asia tersenyum miring, "Karna gue sibuk. Sibuk gue kan gak kaya kalian, buang-buang waktu. Udah ah gue mau tidur."

Kiyara segera menaiki kasur milik Asia. Jadi, mereka semua sepakat untuk tidur bersama, layaknya ikan cue yang saling berhimpitan satu sama lain.

Menurut mereka saling berhimpitan tidak masalah, yang menjadi masalah adalah ketika salah satu dari mereka ada yang tidur di lantai beralaskan karpet. Kalo hidup jangan egois, Teh, A'.

Kenyamanan juga kebersamaan lebih penting dibandingkan dengan keegoisan.

                *BASEBALL BAT*

Asia bangun dengan peluh yang bercucuran di dahinya.

Menatap langit-langit kamar dengan tatapan lelah, Asia mengusap wajahnya pelan dan menghembuskan nafas cukup panjang, memejamkan mata perlahan dengan pemikiran  mulai dipenuhi dengan mimpi yang sudah dua tahun terakhir ini selalu saja menghantuinya.

"Kenapa harus mimpi itu lagi?" lirih Asia.

Huft!Asia menyisir pandangan dan berdecak dengan kelakuan temannya yang tengah tertidur itu.

Rasanya ingin tertawa melihatnya. Lucu sekali, bagaimana tidak? Jika kepala Kiyara bukan ada di hulu ranjang lagi melainkan di ujung ranjang. Kakinya sudah mengenai wajah Clarissa, juga Clarissa yang menjadikan kaki Kiyara layaknya guling.

Asia menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, ia pun melihat jam dinding dan tidak menyangka jika sekarang pukul enam lewat. Waktunya, ia harus pergi menuju Sekolah.

Pertama ia membangunkan Dina, disusul oleh Clarissa dan yang terakhir Kiyara-- si ratu tidur--memang membangunkan Kiyara tidak mudah, membutuhkan sepeluh menit lamanya.

"Udah selesai siap-siap nya? Kalo udah, yuk kita berangkat!" ajak Asia.

"Yuk lah," sahut Kiyara.

Berjalan beriringan menuju halte bus, dan menunggu bus datang dengan secup teh. Ya! Mereka memutuskan untuk menaiki bus ketimbang kendaraan pribadi.

Kata Clarissa sih, "Mengurangi polusi udara."

               *BASEBALL BAT*

Asia dengan lainnya masuk ke kelas dengan candaan Kiyara juga celotehan Clarissa.

Tepat ketika melewati keberadaan Utara di depan kelas, Asia langsung memalingkan mukanya.

"Cie, cie, yang udah kencan mah beda,"  goda Kiyara.

"Awas ah, gue mau ke luar dulu,"

Utara dan temannya hanya terkekeh kecil menanggapi Asia.

"Emang lo udah kencan, Tar?"

"Udah, dia. Dan yang paling gue gak suka sama si Utara lo tau gak Vin?" tanya Rasen.

"Apaan, Sen?" si kepo akut sudah mendekati Rasen, sampai-sampai Rasen mendorong kasar Vino.

"Kalo kepo gak deket-deket juga kali Vin. Nih, lo mau tau kan?" tanya Rasen yang diangguki Vino, "Di akhir kencannya dia bilang gini, 'Selalu inget momen ini, kalo nanti gue gak ada di samping lo', sableng kan dia masa ngomong gitu sama si Asia." Rasen meniru gaya Utara sembari di akhiri dengan cemoohan.

"Sableng lo, Tar," Vino juga sama mengatai Utara.

Utara kesal bukan kepalang, ia pikir bercerita pada Rasen,  tidak akan ia ceritakan lagi pada yang lainnya, tapi ya gitu si mulut ember mana bisa tidak menceritakan lagi.

"Gue gak mau aja jadi cowok yang janjiin cewek begitu aja, nyatanya nanti dia bakal kecewa," jelas Utara menepuk bahu Vino.

Vino mengerti, ia menepuk bahu Utara balik. "Gapapa Tar, lo ngomong gitu sama si Asia. Toh, Asia juga masih bisa malu-malu. Menurut gue, si Asia suka sama lo, Tar. Nyatain aja perasaan lo, Tar."

Utara meneliti setiap raut wajah dari mereka berempat, yang menjadi pertimbangannya adalah Daffin yang sedari tadi sama sekali tidak menyahut obrolan mereka. Eh, kan si Daffin emang gitu, Tar. Lupa gue punya temen macam gaang katincak.

"Iya nanti gue nyatain perasaan gue."

"Gue ke belakang." Daffin sudah beranjak dari duduknya bersiap meninggalkan mereka.

Utara menoleh pada Vino, seolah mengerti Vino mengedikkan bahunya. Sama seperti Vino, Rasen juga Kenzie melakukan hal yang sama.

                   *BASEBALL BAT*

Asia memejamkan mata merasakan setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya. Ia memang ada di sini, namun entah pemikirannya ada dimana-mana, menerawang jauh akan kejadian yang mengenai kembarannya itu.

"Boleh duduk?" dikagetkan oleh suara bariton laki-laki. Asia pun membuka matanya dan mengiyakan pertanyaan Daffin, laki-laki tersebut.

"Duduk aja, kenapa ke sini, Daf?"

"Gue boleh nanya?" Bukannya menjawab, Daffin memilih untuk bertanya balik.

Asia mengerutkan dahinya, karna tumben sekali seorang Daffin akan bertanya padanya.

"Boleh, mau nanya apa?"

"Gue mau nanya kalo si A sama si B laki-laki yang berteman, dan si C adalah perempuan. Diantara si A dan si B sama-sama suka sama si C, apa lebih baik si B ngalah aja?"

Wow! Asia berdecak kagum dengan perkataan Daffin perihal suka, juga Daffin yang berucap lebih dari sepuluh kata.

"Ekhem," Asia berdehem untuk menghilangkan kekagumannya.

"Menurut gue sih kalo si B suka sama si C kenapa gak diperjuangin aja, kenapa juga harus ngalah."

"Tapi, kalo si C sukanya sama si A?" tanya Daffin lagi.

"Yah, B harus ngalah dong, apalagi C nya suka sama A. Si B jangan egois buat maksain si C suka sama si B. Soalnya rasa suka gak bisa dipaksain begitu aja." jawab Asia penuh dengan keyakinan.

"Oke." Daffin pun berjalan menjauhi Asia.

"Etdah, gak bilang makasih gitu? Tadi aja ngomongnya panjang, sekarang irit banget. Bener ya, orang itu bisa berubah kapan aja." monolog Asia, mengangguk-angguk kecil.

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang