"Hasil mungkin tak dapat mengukur sebuah prestasi, namun proses adalah hal yang perlu di realisasikan."
Permainan terus berlanjut, tidak terhalangi oleh keadaan Utara yang masih agak bau kotoran juga masih basah oleh air comberan.
Sekarang, memasuki permainan yang ketiga. Permainan menuju akhir, Utara dan Asia pun berjalan beriringan menuju posko yang sudah ditempatkan sebagai stand permainan ketiga.
"Tar!"
"Hm?"
"Gue berharap, sekarang lo dapet tong yang isinya air ya! Please, jangan kecap ataupun tanah!" kata Asia, memohon. Tadi, permainannya memang sempat dijelaskan dahulu setelah menyelesaikan permainan kedua.
Permohonan dari Asia membuat Utara menolehkan pandangan seutuhnya pada Asia.
"Gue gak janji tapi setidaknya gue bakal berusaha." kata Utara penuh keyakinan, diakhiri dengan mengacak gemas rambut Asia.
Asia yang di acak rambutnya hanya memberenggut kesal.
Permainan ketiga yang di rencanakan SMA Jagat Putih ini, tidak terlalu menyusahkan dan tidak terlalu memudahkan pula.
Permainannya adalah seorang perwakilan harus memilih sebuah kotak yang berisi nomor 1 hingga 3. Kotak yang sudah diberi warna hitam, jadi kalian tidak akan tahu dari isi kotak tersebut.
Dimana nomor-nomor tersebut juga berdampak sekali pada tong yang sudah tergantung di atas badan mereka masing-masing.
Nomor tersebut pun sudah disesuaikan, yaitu jika nomor 1 berpasangan dengan tong yang berisi air, tong kecap bernomoran 2, juga nomor 3 yang berisikan tong tanah.
Bisa dibayangakan bukan? Jika Utara salah memilih kotak dan mendapatkan tong yang berisikan kecap ataupun tanah, ish tidak sekali itu pasti akan membuatnya semakin kotor dan juga berbau tak sedap.
Kali ini Asia berharap, semoga Utara dapat memilih dengan benar juga mendapatkan tong berisi air. Setidaknya, untuk sedikit membersihkan badannya itu.
"Oke, sekarang waktunya kalian pilih ya! Ingin yang mana nih kotaknya?" tanya Pak Arif selaku penanggung jawab permainan ketiga ini.
Vino, sebagai cowok yang menggantikan posisi Kiyara memilih kotak yang ada disisi kanan. Oh ya, Vino bersepakat menjadi tim Kiyara tadi, karna tidak sampai hati bukan? jika perempuan harus masuk ke dalam selokan seperti tadi.
Kini, giliran Rasen yang memilih, ia sudah sepakat dengan Dina untuk memilih kotak yang ada di sebelah kiri.
Utara? Ia hanya dapat berdo'a saja, ketika harus berpihak pada kotak yang ada ditengah.
Sesudah itu, Pak Arif membuka kotak satu persatu. Ketika sudah, ia berbicara kembali, "Ditangan Bapak sudah ada nomor yang kalian pilih tentunya. Bapak sebutkan satu persatu, yang pertama Vino kamu mendapat nomor 3,"
Mendengarnya Rasen langsung tertawa terbahak-bahak karna Vino akan disiram oleh tong berisi tanah.
"Rasain tuh, Vin. Untung gue gak berpasangan sama lo."
Vino memberenggut kesal, tanpa memperdulikan tawa Rasen, ia sudah menepatkan diri didekat tong yang berisi tanah tersebut.
Byurr!!
Suara deburan tanah terdengar, mengenai badan Vino.
Kiyara berdecak melihat Vino yang nampak kotor itu.
Pak Arif melihat itu hanya tersenyum simpul, "Kita lanjutkan saja ya, Rasen dan Utara kalian mendapatkan nomor..., bentar Bapak haus mau minum dulu,"
Asia rasanya kesal harus menunggu Pak Arif minum dahulu. Tidak tahu apa ia itu ingin segera tahu bagaimana dengan nasib Utara.
"Dengan nomor, 1 dan 2."
Shit! Satu umpatan yang melengkapi ketidakadilan untuk Utara. Bagaimana bisa, Utara selalu saja mendapatkan yang tidak beruntung.
Asia menatap nanar Utara, cowok yang sekarang sudah siap akan disiram oleh kecap tersebut.
Secepat kilat secepat itu pula badan Utara sudah dipenuhi oleh kecap manis, yang sekarang ini sudah bercampur dengan air comberan.
'Ish, menjijikan!' gumam Asia dalam hati.
Daripada memikirkan itu, Asia sekarang berjalan bersama Utara, lagi. Untuk menuju permainan keempat, tidak lupa ia mengambil kartu bernomor 16.
Asia berdo'a semoga permainan kali ini Utara dapat keberuntungan.
Posko yang dituju oleh Utara dan Asia pun sudah terlihat.
Sesampainya ditempat, Bu Chika--penanggung jawab permainan keempat, tersenyum lebar pada mereka berdua.
"Bagaimana dengan permainannya? Seru tidak?"
"Seru, Bu." sebenarnya Asia ingin menjawab, 'gak seru tapi dongkol' namun ia sadar bagaimana kita harus bersikap sopan pada guru.
"Pasti dong, sekarang permainan kita gak pemain utama terus yang main, jadi kamu ya Asia yang main," Bu Chika, mengambil wadah berisi makanan yang sudah hancur, "Nah, disini Asia harus pilih ingin digendong oleh Utara atau ingin memakan hasil makanan yang sudah di kunyah oleh teman kamu yang tadi?"
Astagfirullah, harus Asia akui kalau tadi ia seharusnya mendoakan keberuntungannya juga, bukan hanya Utara. Kan jadinya seperti ini, ia harus memilih yang jelas-jelas tidak ada yang baiknya sama sekali.
Pikir saja, jika digendong Utara, pasti Asia tidak akan tahan dengan bau yang berasal dari baju Utara. Seperti tadi, ia berjalan bersisian dengan Utara saja rasanya ingin muntah. Apalagi, ia akan digendong oleh Utara, bisa-bisa ia pingsan dijalan.
Namun, balik lagi jika Asia memilih makan bekas kunyahan dari teman yang Asia tidak tahu itu siapa, pasti itu terasa menjijikan lebih dari Utara yang disiram oleh kecap.
Berpuluh-puluh detik Asia memikirkan untuk digendong oleh Utara atau memakan bekas kunyahan orang lain?
Huft! Asia menghela nafas dan dihembuskannya secara perlahan, "Saya pilih digendong Utara, Bu." setengah sadar ia mengucapkan itu.
Utara juga merasa kasihan pada Asia, tapi gimana lagi Utara juga tidak dapat berbuat apa-apa.
"Naik, Ya!" titah Utara, ia berjongkok untuk memudahkan Asia untuk digendongnya.
Secara perlahan Asia mendekat dan berhasil untuk digendong Utara.
"Semangat Utara dan Asia, ini nomor 10 nya." Bu Chika menyerahkan kartu bernomoran 10.
"Ingat! Hasil mungkin tak dapat mengukur sebuah prestasi, namun proses adalah hal yang perlu di realisasikan." ucap terakhir Bu Chika, sebelum Utara dan Asia benar-benar berjalan meniggalkan Bu Chika.
Utara pun memutuskan untuk mengakhiri permainan ini.
Jalannya menanjak untuk kembali ke daerah perkemahan, Utara akui badan Asia memang sedikit berat, jadi ia berjalan cukup pelan.
Berbanding terbalik dengan Utara yang harus berjalan kecil menggendong Asia, si cewek yang ada dalam gendongan tersebut sekarang sedang menahan nafas dengan cara mengapit hidungnya, tidak ingin menghirup bau yang susah sekali untuk Asia jelaskan.
Tepat ketika 25 menit Asia memukul bahu Utara, secara spontan Utara melepaskan gendongannya.
"Kenapa?"
Asia tidak menjawab ia dengan cepat menghampiri semak-semak, dan..
Hoek.. Hoek..
Asia memuntahkan seluruh isi makanan dalam tubuhnya, sesudah selesai ia mendongak ke atas langit..
"GUE GAK MAU DI GENDONG UTARA LAGI, NYIKSA TAU GAK? POKOKNYA STOP, GUE ASIA CHARITY BASKARA NYERAH DENGAN ADANYA BAU SELOKAN."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baseball Bat Girl
Novela JuvenilAsia Charity Baskara, yang terkenal dengan jabatannya sebagai Ketua Osis SMA Jagat Putih. Jangan lupa pada ciri khasnya yang selalu membawa tongkat baseball, menambah kesan jutek. Tapi, ciri khas yang dimiliki Asia membuat murid SMA Jagat Putih jad...