17. Cenayang Halu

156 98 318
                                    

"Dia adalah Australia."

Akhirnya 3 jam sudah berlalu dan ia dapat sampai juga di kota hujan saat ini.

Asia pun segera turun dari bis yang ia naiki tadi. Setelah turun, ia merenggangkan otot-ototnya terlebih dahulu, setelahnya ia menggendong kembali barang bawaannya.

"Huh, akhirnya. Gila capek gue," kata Kiyara yang sudah berdiri di samping Asia.

"Sama, lebih tepatnya sih kesemutan gue." sahut Clarissa.

Dina berucap sambil membenarkan letak kerudungnya, "Udah yuk, kita di suruh kumpul tuh."

"Yuk, lah!" balas mereka berbarengan.

Mereka pun berjalan beriringan menuju tempat orang yang sedang berbaris rapi.

                 *BASEBALL BAT*

"Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Bagaimana kabar kalian di hari yang cerah ini?" kata Pak Bondan, memulai pembicaraan.

"WA'ALAIKUMSALAM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH. ALHAMDULILAH, SEHAT PAK."  jawab seluruh SMA Jagat Putih dengan serentak

"Alhamdulilah, sesuai yang kita rencanakan. Pada hari ini, kita akan melakukan perkemahan. Apakah kalian sudah siap?"

"Siap, Pak." jawab seluruh SMA Jagat Putih, lagi.

"Kurang semangat. Apakah kalian sudah siap?" tanya ulang Pak Bondan.

"SIAP, PAK." jawab serentak SMA Jagat Putih, yang terdengar lebih bersemangat dari sebelumnya.

"Oke, karna membuang waktu. Kita bicara saja ke dalam inti kegiatan kemah yang diselenggarakan oleh Sekolah kita,"

"Ingat kalian harus melakukan apa yang sudah direncanakan, jangan sampai ada yang melenceng dari kegiatan. Untuk itu, tolong kalian dengarkan apa kata panitia. Jangan membangkang! Sampai disini, Bapak akhiri. Sekian dan terimakasih." sambung Pak Bondan dengan diakhiri senyum tipis.

Setelah itu, mereka semua membubarkan diri. Dan membangun sebuah tanda.

Dalam satu tenda sudah ditentukan oleh pihak sekolah yaitu, terdiri dari 3 orang ataupun 4 orang.

Asia dan kawan-kawannya, mendirikan tenda di dekat bantaran sungai kecil yang ada disebelah selatan. Namun, berulang kali mereka gagal.

"Huh, huhh, gue.. gak.. bisa. Kalian.. aja.. lah." ucap Kiyara terputus-putus sambil berjalan ke dekat pohon.

"Dasar, udah nyerah duluan aja, lo." cibir Clarissa.

"Belum seberapa juga. Awas, ada hantunya tuh pohon." Asia menambahkan cibiran Clarissa.

"Yaudah sih, yang penting gue udah adem nih." kata Kiyara sembari mengipaskan tangannya ditambah lagi ia bersandar di dekat pohon beringin.

"Ih, serem gue. Baca ayat kursi Ra, kalo ada apa-apa. Kita mau ke laki-lakinya dulu minta tolong." pamit Dina, mewakili Asia dan Clarissa.

"Iya, sana-sana. Gue gak butuh ditemenin kok, orang enak disini." Kiyara mengibas-ngibaskan tangannya, mengusir mereka.

"Oke deh, bye Kiyara dan Hantu." Clarissa cekikikan dengan perkataannya itu, ia tahu kalo Kiyara itu penakut. Jadi, menakuti orang adalah kesenangan baginya.

Kiyara mendelik kesal mendengar cekikikan Clarissa itu.

"Udah lah, yuk kita minta tolong." Dina mengakhirinya dengan menarik tangan kedua temannya. Meninggalkan Kiyara.

Kiyara melihat keatas pohon, dan memainkan bibirnya dengan mencoba beberapa gaya, seperti memonyongkannya, mengemutnya dan lain sebagainya.

"Kok, gue panas dingin sih." Kiyara meraba-raba lehernya. Dan, kembali melihat atas pohon lagi. Perasaan tadi, banyak teman-temannya yang sedang mendirikan tenda. Tapi, sekarang kelihatan tidak ada satupun orang.

Mana ia merasa merinding lagi. Ia melihat lagi ke atas pohon ini, dan ada kain berwarna putih yang menjuntai ke bawah, Kiyara duduk. Spontan, Kiyara menutup matanya.

"Please, hantu! gue kata si Asia mak comblang. Jadi, gue bisa kok comblangin lo yang jomblo sama hantu yang lain." ucap Kiyara menyakinkan, yang masih memejamkan matanya.

"Lho, gimana tuh?"

"Nanti, gue bawa hantu yang lain kesini yah." Kiyara sama sekali tidak ingin membuka matanya.

"Ouh iya, hahahahhh." Clarissa tertawa terbahak-bahak dengan sikap Kiyara. Asia dan Dina pun tertawa.

Kiyara mendengar itu repleks membuka matanya, dan kesal setelah mengetahuinya.

"Kalian, sengaja nakutin gue?" kesal Kiyara yang terus menerus mendengar tawa Clarissa yang mungkin sulit untuk berhenti.

"Gak, gak. Bentar, gue, lo lucu." Clarissa menjawab tidak jelas.

"Gak jelas, lo."

"Kita awalnya mau manggil lo, kalo sekarang itu kita suruh mulai kegiatannya. Eh, taunya, lo udah ketakutan disini." jelas Dina, memang ia tidak terlalu lama tertawa.

"Kalo gitu, kenapa niat coba naruh kain putih di atas pohon."

"Hah? Kita gak naro kok, datang aja tadi pas lo ngomong 'Please, hantu!'." jawab Asia.

"Terus tadi yang putih itu?" tanya Kiyara menunjuk ke atas pohon.

"Jangan, jangan.." Clarissa mulai menunjukkan mimik wajah menakuti.

"Hantu, lari.." Kiyara sudah berlari cepat, disusul yang lain.

Asia dan yang lain, sedang mengatur nafasnya.

"Wow, amazing." takjub Dina yang melihat tempat kumpul sekolahnya yang menakjubkan.

"Wah, ih, minjem hp, Ya. Gue mau foto nih." Kiyara melupakan kejadian tadi.

"Nih." Asia memberikan handphone nya.

Dan, mereka semua berfoto ria ditengah orang berkumpul. Sampai akhirnya, ada notifikasi.

"Dari siapa nih?" tanya Clarissa, yang memang sekarang ia sedang memegang handphone nya.

"Cenayang halu?" tanya Clarissa lagi.

"Eh, coba liat. Lah, kok lo namain nih kontak 'Cenayang Halu', Ya?" tanya Kiyara sama dengan Clarissa yang bingung.

"Ouh ini, iya gue namain itu aja. Coba deh liat isi notif nya, kaya cenayang kan, tapi halu?"

"Yaudah, gak usah dinamain lah,"

"Suka bingung gue, itu nomer siapa. Daripada harus nebak orang mulu, mendingan gue namain." Asia menjawab pertanyaan Kiyara.

"Hm, iya juga sih," balas Dina.

"Lo, gak bales si pengirim pesan?" sambung Dina.

"Gak, ah."

"Siapa tau penting, Ya. Bales dulu aja." titah Dina.

Mendengar itu, Asia mengetikkan beberapa abjad dan 'sent' ia mengirimnya.

Tidak menunggu lama, si pengirim tersebut membalasnya.

"Kenapa?" tanya Clarissa, setelah melihat raut wajah Asia.

Asia menunjukkan isi notifikasinya.

|From: Cenayang Halu
Saya tau apa yang kamu butuhkan.

|To: Cenayang Halu
Apa?

|From: Cenayang Halu
Australia.

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang