32. Yakinin Aja!

84 27 1.7K
                                    

"Kita harus punya keyakinan, walau gue tau kenyataan lebih besar dari keyakinan."

Sepanjang Asia menceritakan masa lalunya, Kiyara, Dina juga Clarissa menyimak itu semua dengan baik. Sesekali, mereka bertanya jika ada hal yang tidak di mengerti. Sampai akhirnya, Asia menyelesaikan cerita masa lalunya itu.

"Jadi, gitu,"

"Jadi, lo Sekolah di tempat kita buat nyelidikin kejadian itu?"

"Iya, Ra. Maaf ya kalian," Asia menyesali perbuatannya itu. Kenapa ia tidak dari awal saja mengakuinya pada temannya itu? Penyesalan datangnya di akhir memang benar adanya.

"Gapapa kok, yang penting sekarang udah lo ceritain semuanya,"

Betapa beruntungnya ia memiliki sahabat sebaik mereka semua? Uh, takdir Sang Pencipta memang tak dapat terduga, Asia bersyukur karna di saat ia terpuruk dengan keadaannya disitu Tuhan menciptakan kehangatan melalui sahabat-sahabatnya.

Asia tersenyum, lagi-lagi ia mengucapkan syukur kepada Tuhan.

"Kalian sahabat terbaik gue,"

"Tau kok gue,"

Mereka bertiga terkikik dengan tingkah percaya diri seorang Kiyara Mahardika.

"Nyari petunjuk, yuk? Siapa tau nanti lebih mudah,"

"Jangan dulu!"

"Loh, emang kenapa, Ra?"

"Ya, mending kita pesen makan dulu, yuk!" ajakan Kiyara, tidak menghiraukan pertanyaan Clarissa.

"Yeh, lo mah gemblung,"

Di zaman sekarang ini sangat mudah bukan, jika kita ingin memesan makanan. Untuk itu, Asia hanya mengandalkan ponsel pintarnya. Dan, Kiyara lah si pemesan yang memesan makanannya.

Sembari menunggu makanan yang dipesankan oleh Kiyara, mereka semua sibuk bercerita, menceritakan kisah cinta yang mereka semua alami. Sebenarnya, hanya Clarissa saja yang menceritakan kisah cintanya itu, karna mereka semua belum pernah berpacaran kecuali pendekatan.

Mungkin sekitar 10 menit lamanya, Bapak Kurir datang membawa sekotak pizza. Asia pun membayarnya dengan fitur bawaan aplikasi.

Tanpa berbasa-basi, Asia langsung menyajikan sekotak pizza itu. Makan berjamaah rasanya tidak komplit, jika tidak di temani dengan obrolan dan candaan. Oleh karna itu, sesekali Kiyara melontarkan obrolannya.

"Gue takut gak bisa nemuin dalangnya," celetuk Asia, menghembuskan nafas lalu membuangnya secara perlahan.

Pizza potongan kedua segera di lahap oleh Kiyara. Perempuan itu mengunyah sambil memandang wajah Asia. Seolah di wajah Asia terdapat objek yang menakjubkan. "Lo harus yakin, Ya. Gue tau keyakinan lebih besar dari kenyataan, tapi setidaknya kita harus punya keyakinan dulu,"

"Wiss, lo kok tiba-tiba bijak sih? Tapi, iya sih gue juga setuju," Dina memberikan ibu jari sebagai apresiasinya.

"Bijak 'kan gue?"

"Ye, sombong! Dari mbah google aja kok bangga?"

"Nyelekit banget sih, omongan lo, Sa?"

Asia menghiraukan perdebatan itu, ia izin untuk keluar kamar menuju kamar sebelah- kamar pribadi Australia- yang lainnya ikut bangkit dan mengakhiri perdebatannya.

*BASEBALL BAT*

Menurut Asia mencari sesuatu sebagai petunjuk, sepertinya lebih sulit di banding memecahkan soal fisika.

Semua laci sudah di buka dan di ubek-ubeknya dengan jemari lentik Asia juga temannya. Tapi, hasilnya tak kunjung juga di temukan. Beberapa kali, Asia mengeluarkan decakan frustasinya.

"Pusing gue, nyari barang buat petunjuk aja kok susah banget sih,"

"Yah, lo sabar dong! kalo gini lo bukan Asia si cermat tapi Asia si putus asa. Berusaha dong! Semoga aja kita nemu petunjuk, makanya jangan ngeluh mulu lo," sembur Kiyara, masih dengan posisinya- menungging melihat kolong kasur, entahlah ia sedang mencari apa.

"Lo juga Ra, lagi nyari apa lagi?" seru Clarissa.

Drrtt

"Gue ke belakang dulu," tanpa melihat respon temannya, Asia segera beranjak pergi keluar.

Di sisi lain, Kiyara menyembulkan kepalanya. "Hah, gue? ADUH.." pekik Kiyara, mengusap pucuk kepalanya yang terbentur penyangga kasur.

"Hati-hati, Ra, sampe segitunya lo.
Emang lo lagi nyari apa sih?" Clarissa mengulangi pertanyaannya.

"Nih, iket rambut," tunjuk Kiyara pada barang yang ada dalam gengamannya itu.

"Dasar!"

"Lah, emang apa salahnya, Sa? Kok lo kesel gitu sih,"

"Yah, pikir lah sendiri. Kita semua lagi nyari petunjuk, eh lo malah ke enak 'kan nyari iket rambut,"

"Lo kok jadi nyolot sih? Gue 'kan capek, dari tadi nyari tuh petunjuk gak ketemu-ketemu,"

"Sama aja lo, gampang nyerah kaya si Asia. Tadi aja ngatain Asia, sekarang lo sendiri yang capek. Gue jadi ragu, Asia yang putus asa apa lo sih yang putus asa?" Clarissa menyorot mata Kiyara akan kekesalan, sama halnya seperti Kiyara.

Sedangkan, Asia dan Dina hanya menatap mereka dengan pemikiran sebuah tanya. Mereka kenapa? Mungkin dalam benak mereka bertanya seperti itu.

"Clarissa, Kiyara, kalian kenapa?" tegur Dina, memisahkan sorot mata mereka yang saling pandang itu.

"Clarissa, lo kenapa?" Berbeda dengan Dina, Asia malah bertanya pada Clarissa.

"Gue, hiks.."

"Eh, lo, lo kenapa nangis?" tanya Kiyara dengan sedikit khawatir, walaupun ia terkesan bodo amat, bukan berarti ia akan mengacuhkan Clarissa begitu saja. Apalagi, tadi ia sedang berselisih dengannya.

"GUE BREAK DULU SAMA KENZIE," teriak nyaring Clarissa, memekakkan telinga ketiga orang yang ada di dalam ruangan yang sama.

"Gue break dulu sama Kenzie," Kiyara mengulanginya dengan sedikit cibiran, "Terus kenapa lo marah sama gue, Bambang?" lanjutnya kesal.

"Gak tau gue juga, Ra," Clarissa menggaruk tengkuknya sebagai pelampiasan ketidak tahuannya.

"Kalo lo bukan sahabat gue, udah gue gibeng juga lo, Sa,"

"Maaf ya, Ra,"

"Gak!"

"Maaf dong, Ra!"

"Iya gue maafin, tapi-"

"Yaelah, ada tapinya," Clarissa menyesal telah melampiaskan kekesalannya pada Kiyara. Ia juga bingung, kenapa harus Kiyara coba yang menjadi pelampiasannya? Apa karena Kiyara memiliki sifat yang absurd Clarissa menggelengkan pemikirannya itu.

"Tapinya apa, Ra?" desak Clarissa.

"Tapi, lo traktir gue makan satu bulan penuh," Kiyara memamerkan gigi kelincinya.

"Lo mau bikin gue bangkrut apa?" Bukan karna apa-apa, masalahnya Kiyara itu kalau di traktir makan tidak tahu tempatnya. Bisa di bilang boros.

Sebelum Kiyara membalasnya, Asia sudah mengangkat sebelah tangannya, seolah berkata berhenti.

"Mau dilanjutin nyari petunjuk lagi, apa mau berhenti aja?" tanya Asia, ia tidak masalah jika mereka bertiga tidak membantunya, toh Asia juga akan menyerah saja melakukan ini semua, kata Papanya, Asia boleh menyerah untuk tidak meneruskan penyelidikan. Asia juga bingung, kenapa Papanya dapat berbicara seperti itu.

"LANJUT!" Jawab mereka dengan serentak.

Asia tersenyum dan menganggut, mungkin menyerah bukan caranya, tapi maju terus untuk mencapai tujuan- mencari dalangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang