23. Di Rumah

126 79 380
                                    

"Tempat ternyaman untuk pulang adalah rumah. Jadi, gue cuman mau bilang 'di rumah aja ya'."

Satu hari sudah dimana Asia tidak ingin merasakan bau comberan, lagi.

Rencananya hari ini teman-teman dari Asia akan berkunjung ke rumahnya. Mengingat hari ini merupakan hari minggu. Uh, tidak terasa minggu sudah datang kembali. Padahal, rasanya baru kemarin. Benar ya kalau sekarang ini, waktu seperti berjalan cepat.

"Assalamualaikum, Princess datang nih ke rumah Upik abu."

Salamnya memang benar tapi itu loh mengatai tuan rumahnya, ck, bukan perlakuan yang santun.

"Sana loh, jangan kesini deh kalo mau ngatain gue."

"Ih, sensian lo mah, Ya."

"Salam nya di jawab dulu, Ya." peringat Dina, yang ketika dia melihat Asia yang akan membalas cibiran Kiyara itu.

"Wa'alaikumsalam."

Mereka pun duduk bersandar pada sandaran kasur king-size, milik Asia.

Jika perempuan berkumpul, tidak akan jauh dari yang namanya bergibah. Jadi, si Ratu gibah berencana menggibah dengan memulai topik pembahasan tentang perkemahan kemarin.

"Tau gak sih? Kemarin tuh gue agak kesemsem gitu sama si Vino." ucap Kiyara, menggigit-gigit kecil boneka beruang Asia.

"Bodo amat, gak peduli gue." ucapan spontan Clarissa, yang sukses membuat Kiyara ingin menyumpah serapahi si cewek berbando biru itu.

"Sabar, orang sabar disayang Om Sehun."

"Ralat tuh, orang sabar kaya lo bukan disayang Om Sehun tapi disayang Mang Acim tuh."  sergah Dina, Mang Acim adalah orang gila yang ada di komplek perumahan Kiyara.

"Tega lo, gak Mang Acim juga kali, Kang Vino juga boleh tuh."

Mendengar Vino, Kiyara jadi tersenyum mesem. Ouh, betapa gantengnya Vino waktu ia dengan sukarela menggendongnya.

Asia menyentil jidat Kiyara dengan cukup kasar, hingga si empunya merasa kesakitan.

"Lo, kayanya kerasukan pohon beringin waktu itu deh, Ra. Ih, serem gue." Asia bergidik ngeri.

Kiyara melihat teman-temannya satu persatu, "Kalian tega." setelah itu, ia menelungkupkan tangannya dibantal.

"Lebay, lo." celetuk mereka berbarengan.

Kiyara memberenggut kesal, benar memang jika Ratu gibah itu tidak akan mungkin dapat bersatu dengan anak yang baru belajar gibah. Kan gini jadinya, si Ratu akan terbully.

Diibaratkan kaya air sama minyak yang tidak akan pernah bersatu. Sama kaya mereka anak tidak tahu diri bersatu dengan anak yang rajin bergibah. Sudahlah, Kiyara hanya perlu mengelus dadanya.

"Sa, kemaren gue gak liat lo sama Kenzie dipermainan itu. Lo, kemana?" tanya Dina.

Clarissa berdehem kecil, "Gue sama Kenzie, males ikutan kaya gitu. Jadi, kita ditenda aja berdua." balasnya.

"Huh, dasar. Gak tau tempat tuh pacarannya." Kiyara mulai kembali menimbrungi obrolan.

"Siapa juga yang pacaran? Gak, ya!" Clarissa berucap penuh dengan penekanan.

"Masa? Gak percaya tuh gue."

"Yaudah, sih." sama halnya dengan Kiyara, Clarissa juga membalasnya dengan sedikit suara yang meninggi.

"Udah deh, gak usah diperpanjang." lerai Asia, sembari mengubah posisi duduknya menjadi tiduran.

"Oh ya, bonyok lo mana, Ya?" Kiyara celingak-celinguk mencari kedua orangtua Asia.

"Udah ke Singapura mereka."

Kiyara hanya dapat menggangguk saja.

"Ke Singapura-nya barengan gak?"

"Gak, seperti biasa."

"Eh, ada yang aneh tau, setiap nyokap lo kesini gak pernah sekali pun barengan sama bokap lo. Dan, pulangnya juga gak pernah tuh barengan. Jangan-jangan ada yang disembunyiin lagi, Ya." Kiyara ini semacam detektif, karna menggebu-gebu sekali ketika membahas yang ada sangkut pautnya dengan orangtua Asia.

"Sok tau, menurut gue sih gak aneh, biasa aja."

"Tapi, ada benernya juga tuh, Ya." kali ini Clarissa mendukung asumsi Kiyara.

Mendengarnya, Asia sedikit berpikiran yang bukan-bukan. Seperti, apakah orangtuanya sudah bercerai? Atau sedang berantam saja? Namun, bisa jadi juga bukan jika orangtuanya hanya sibuk saja disana. Yang mengharuskan mereka untuk tidak selalu bersama.

'Ih, si Kiyara emang berdosa banget sih ngeracunin pikiran orang.' monolog Asia, tentunya dalam hati.

"Udah, Ya. Jangan pikir yang bukan-bukan, itukan baru asumsi belum tentu bener."

Asia menoleh pada Dina, dan mengangguk atas pernyataan Dina.

Semuanya terdiam menikmati setiap halusan angin yang menerpa wajah mereka.

Namun, Clarissa sudah duduk dibawah kasur, bersiap mengambil laptop milik Asia. Setelah, mendapatkan laptop tersebut, ia menscroll mencari drama Thailand yang sekarang ini sedang happening.

Karna lelah mencari, Clarissa kembalikan laptop tersebut kepada si pemilik.

"Lo, mah gak ada drama. Isinya cuma pdf aja, bikin juling mata gue."

"Siapa suruh buka laptop gue. Btw, lo mau nyari apaan emangnya?"

"Drama Thailand, di rumah gue udah dowload tapi lupa bawa kesini."

"Yaudah sih tinggal dowload aja di laptop gue. Apa susahnya sih?"

Seperti mendapat uang jajan lebih dari sang Ibu, Clarissa langsung mengambil alih cepat laptop Asia, bukan apa-apa takutnya Asia berubah pikiran. Jadi, ia harus bergerak dengan cepat.

Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Seperti, Clarissa yang menikmati drama Thailand dengan tenang, terbawa suasana. Sedangkan, Kiyara dengan gawainya sedang berchatingan bersama Vino.

Juga, Dina yang sudah bersiap mencoba memberikan tutorial pakai hijab dengan benar. Biasa, Youtuber dadakan yang masih mempunyai banyak paket kuota, yang sudah pasti akan mempunyai semangat lebih.

Asia, yang menjadi tuan rumah bingung harus melakukan apa. Daripada diam termenung sendirian, dia segera membuka ventilasi kaca dan duduk tenang di balkon, rumahnya.

Tak lama, Asia dikejutkan dengan suara Kiyara.

"Ah, masa gue disuruh pulang sih sama Mama. Malesin tau gak?"

"Kenapa gitu?" terdengar Dina membalas keluhan dari Kiyara.

"Gue udah nyaman disini, jadi males pulang."

Asia pun berjalan mendekat kembali pada teman-temannya.

"Ra, tempat ternyaman untuk pulang adalah rumah. Jadi, gue cuman mau bilang 'di rumah aja ya'," Asia tidak enak hati sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi Asia terpaksa berbicara seperti itu pada Kiyara.

"Bukan maksud gue ngusir lo, tapi kasian nyokap lo nungguin lo di rumah. Daripada gue, gak ada yang nungguin pulang." mencoba menjelaskan, walau nyatanya ada sedikit rasa sesak ketika mengingat itu semua. Tapi, Asia bukan perempuan lemah yang harus selalu mengaduh.

Suasana jadi agak melodramatis, mereka pun memutuskan untuk berpelukan mirip seperti teletubbies.

"Yaudah, gue pulang dulu ya." pamit Kiyara.

"Eh, gue juga mau pulang, bareng Ra." disusul oleh Clarissa yang berpamitan.

"Bareng, juga."

Mereka bertiga pun akhirnya pulang, meninggalkan Asia yang harus sendiri, lagi.

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang