4. Ketemu Lagi

383 307 481
                                    

"Arti kata mungkin, dapat terjadi bukan?"

Asia sepanjang jalan hanya menggerutu perihal Utara. Ia disini hanya mempersalahkan kata 'Hansip' siapa juga sih yang mau dibilang seperti itu. Toh, Asia membawa tongkat baseball kan ada alasannya, bukan semata untuk formalitas.

"Gue heran deh, masa bawa tongkat baseball dibilangnya hansip, awas aja ya loh biang onar, nyebelin, nyusahin, brengs- pokoknya semua kata-kata jelek yang ada di dunia ini." Gerutu Asia.

XI Mipa-1. Sebuah keterangan nama kelas yang terukir pada papan kecil, diawal pintu masuk.

Asia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kelas tersebut dengan wajah datar. Asia pun segera duduk dibangkunya, barisan ketiga didekat jendela yang langsung mengarah ke lapangan utama.

"Ya, lo kenapa?" Tanya Dina teman sebangkunya, dengan nama lengkap Azkadina Abinaya. Perempuan yang menggunakan hijab ini merupakan teman yang akan menyadari lebih awal tentang kondisi teman-temannya, dapat dibilang pengertian.

Cewek yang duduk di depan jajaran kursi Asia menimpalinya, "Iya, lo kenapa? tiba-tiba datang, muka udah ditekuk kaya triplek jalanan aja." Kiyara Mahardika, si mak comblang SMA Jagat Putih yang asal ceplos, sialnya lagi merupakan salah satu teman dekat Asia.

Asia menghela napas guna meminimalisir kemarahannya. "Gue tuh ya, ketemu anak baru yang sumpahnya ngeselin. Malah ngatain gue kaya hansip lagi."

"Hhehe, udah lah gak usah dianggap. Si Rissa mana, gak barengan sama lo?" ucap Dina.

Lalu diarah pintu terlihat seorang cewek masuk dengan khas poni curly nya.

"Panjang umur tuh anak." tunjuk Kiyara pada Rissa. Lebih tepatnya Clarissa Elvina Kalandra, teman dekat Asia yang kebetulan juga merupakan keanggotaan Osis sama seperti dirinya dan tadi Rissa juga berjaga di depan gerbang.

"Apa tunjuk-tunjuk gue, lo?"

"Tuh, si Dina nanyain katanya 'mana si upil badak'. Ya gue tunjuk lo lah."

"Heleh, gue juga denger kali dia gak ngomong gitu." Rissa memberengut kesal, segera saja ia duduk disamping Kiyara.

"Kalo denger kenapa nanya atuh neng Rissa?" Imbuh Kiyara.

"Ya, kan gu--

"Kalian udah lah, gue ini lagi kesel jangan nambah bete juga dong." kesal Asia dengan bibir yang sedikit dimajukan.

"Iya Ya, maaf deh. Emang lo lagi kesel sama siapa sih dari tadi?" tanya Kiyara.

"Itu tuh si anak baru yang namanya Tora, Kue tart, Gitar, apa Tawar gak tau akh gue lupa." jawabnya dengan asal.

"Utara, Ya. U-T-A-R-A, Utara. Jauh banget sih sama yang lo bilang. Pelupa lo, juara umum kok gini sih." ujar Rissa.

"Wajar lah gue kan manusia, lagian gue denger namanya aja sekilas. Lebih jelasnya, gue gak mau ketemu dia lagi. Titik gak pake koma apalagi tanda tanya."

"Kalo mungkin nanti lo ketemu lagi, gimana?" ucap Rissa.

"Big no!!"

"Ya kan mungkin, Asia."

"Arti kata mungkin, dapat terjadi bukan?"

Kiyara menimpali dengan bermaksud untuk menengahi, "Si Utara ya, iya dia emang ngeselin tapi jangan salah Ya, dia itu perfect."

"Perfect, apanya?" lirihnya agak meragukan, karena Asia malas membahas tentang ke perfect an si dedemit Utara. Ia segera mengalihkan pembicaraan, "Disini emang udah pada kenal Utara ya?"

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang