5. Dihukum

338 278 415
                                    

"Justru orang yang ngeselin kaya gue, orangnya ngangenin."

Asia dengan fokusnya membaca deretan abjad yang menjadi rangkaian kata dari sebuah kalimat panjang.

"Sshhh.." ringisan kecil yang keluar dari mulut Asia. Mendadak konsentrasi dan fokus Asia hilang. Ia berbalik kebelakang dan menemukan sesuatu yang sempat mengenai punggungnya.

"Kalian, punya siapa nih?" repleks Asia sambil mengangkat tinggi-tinggi tempat tipe-x. Ya, sesuatu tersebut adalah sebuah tipe-x.

Seketika semua pasang mata yang ada di kelas menoleh ke arah Asia, lalu saling pandang satu sama lain dan menggelengkan kepala.

Asia mengerutkan dahinya. Kalo semua yang ada di kelas enggak ada yang tau, terus ini ulah siapa? pikir Asia.

"Gue." kata yang keluar dari seseorang tanpa beban.

Ia langsung saja menoleh pada asal suara. "Lo, ngeselin banget sih." tunjuk Asia setelah mengetahui si pelaku.

"Justru orang yang ngeselin kaya gue, orangnya ngangenin. Kalo gak percaya, nanti juga lo ngerasain kangennya ketemu gue."

"Ngangenin, halu mu mas." sungut Asia kesal.

"Asia, dan kamu? Oh ternyata kamu lagi Utara." tegur bu Hanni menggelengkan kepala, tidak habis pikir. Ia melihat Utara tadi di kelas sebelah (tempat mengajarnya sebelum ke sini) membuat keributan, alhasil nama Utara tercatat di buku Bp. Ternyata, ia baru tahu kalau tadi yang bersama pak Bondan adalah Utara.

"Asia, Utara ada apa ini? Kenapa dengan kamu Asia?" tanya bu Hanni.

Asia menegang, ia tidak menyadari bahwa sedari tadi bu Hanni melihatnya. Asia sekarang ini hanya dapat beristighfar. "Astaghfirullah, lupa gue ada bu Hanni."

Utara, beda lagi. Ia dengan santainya menjawab. "Biasa bu, ini nih tadi saya ngelemparin tipe-x buat manggil Asia. Tapi mungkin dia repleks bu, jadi ya gini." jujur Utara.

"Kalian ini mengganggu yang lainnya saja. Kalian keluar dari jam pelajaran saya dan bersihkan perpustakaan." titah bu Hanni dengan tegas.

"Sial!"
"Yes, berhasil."

               *BASEBALL BAT*

"Ya, tunggu dong!" sudah sekian kalinya Utara berucap seperti itu, namun balasan tak kunjung ia dengar dari lawan bicaranya.

"Ya, lo marah?"

"Ya, jawab gue!" kesel juga lah di cuekin terus-terusan, langsung saja ia mencekal tangan Asia yang bebas. Otomatis Asia menghentikan langkahnya.

"Gak, gue gak marah kok." ketus Asia.

"Kalo lo, gak marah? Kenapa jawabnya ketus gitu?" bingung Utara.

"Gue bilang enggak, ya Enggak. Lepasin tangan gue." ujar Asia  penuh penekanan di kata 'Enggak'.

"Owh, oke." Utara melepaskan tangan Asia dari cekalannya, daripada tambah ketus kan berabe.

Setelah itu, Asia berjalan kembali dengan langkah seperti tadi. Mendahului Utara. Belum juga genap sepuluh langkah, Asia merasakan tangannya di cekal kembali.

"Tar, please! Lepasin tangan gue." pinta Asia, nada nya tidak seketus tadi.

"Asia."

"Please, Tar!" Gue pengen cepet-cepet ke Perpus."

"Asia, itu."

"Huftt. TAR, LEPASIN GAK?" Asia melepaskan tangannya dengan kasar dari cekalan tersebut, lalu ia berbalik dan melayangkan tangannya pada pipi Uta-

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang