15. Sick

185 123 262
                                    

"Sakit adalah cara Tuhan untuk menegur hambanya dari kekeliruan."

Badan Asia, semakin dingin. Utara sudah beberapa kali menggosokkan telapak tangannya dan disatukan ke tangan Asia untuk menyalurkan kehangatan. Tapi, kondisi Asia semakin lama bertambah dingin.

Hujan pun semakin deras.

Utara langsung berdiri dan berjalan sedikit ke depan. Tak berselang lama ada taksi yang melintas. Ia memberhentikan taksi tersebut, dengan berdiri ditengah jalan.

Sopir taksi itu langsung keluar dan mengerutkan dahinya. "Aya naon, Jang?¹"

"Bisa nganterkeun abdi teu, Pak?²"

Sopir taksi tersebut seperti tengah berpikir, lalu mengangguk.

Setelah mendapat persetujuan dari Bapak Taksi, Utara langsung saja menggendong Asia ala bridal style. Motornya, ia tinggalkan di halte bus.

Beberapa saat kemudian, ia sampai dirumah Asia. Dari tadi ia sudah memencet bel, namun belum ada juga yang keluar. Akhirnya, ia memutuskan membawa Asia kerumahnya.

Sesampainya, Eila datang dengan raut bertanya.

"Kenapa itu Asia, Tar? Kamu juga ini, kok basah?" tanya Eila.

"Ini Bun, kayanya Asia kedinginan deh."

"Yaudah bawa sana ke kamar tamu. Bunda mau buat bubur dulu."

Utara menggangguk, lantas berjalan menuju kamar tamu.

Setelah itu, ia menidurkan badan Asia di kasur king-size. Sesudahnya, ia ke kamarnya dahulu untuk membersihkan badannya.

Tidak lama, Eila datang dengan membawa alat kompresan dan bubur hangat.

Ia mengompres Asia dengan telaten. Setiap 3 menit sekali, ia mengganti kain pembebat yang dibasahi dengan air dingin.

Hingga datanglah Utara dengan badan yang tampak lebih segar dari sebelumnya.

"Sini Bun, biar Utara aja." Utara langsung mengambil alih tempat Bundanya.

"Yaudah, kamu suapin Asia bubur ya! Bunda mau tidur dulu, udah ngantuk soalnya."

"Iya Bun, Bunda tidur aja." kata Utara, sembari mengecek keadaan suhu badan Asia.

Eila berbalik menuju pintu keluar, sebelum ia berbalik kembali.

"Utara, kalo udah ngantuk tidur di kamar sendiri. Gak baik anak cewek berduan sama anak cowok." kata Eila.

"Iya, Bun." Utara fokus kembali pada Asia.

"Ouh iya, kalo ada apa-apa kabarin Bunda."

"Iya, Bun."

"Awas, jangan macam-macam kamu sama Asia. Nanti, Bunda potong uang jajan kamu, kalo ada apa-apa."

"Iya, Bun."

Setelah itu, Eila benar-benar keluar dari kamar tamu.

Utara membenarkan rambut Asia, yang terlihat kusut.

Ia membangunkan Asia, untuk disuapinya bubur yang tadi sempat Eila buat.

Menit berikutnya Asia bangun dan hanya menerima suapan dari Utara, tanpa membuka matanya. Asia memang sudah terbiasa seperti ini jika dirumahnya. Ia pikir ini juga rumahnya, dan yang  menyuapinya  adalah bi Marsih.

Setelah menyuapi Asia, Utara mengambil kain pembebat yang sudah lumanya kering, lalu ia celupkan pada air dingin. Dan, ditaruh kembali di jidat Asia. Berulang kali, ia melakukan seperti itu.

Sampai akhirnya, ia merasa badan Asia tidak sedingin dan sepanas seperti tadi. Ia pun memutuskan untuk pergi tidur.

Sebelum ia memutuskan untuk tidur, ia memastikan Asia sudah terlelap tidur dengan tenang.
     
                *BASEBALL BAT*

Matahari sudah terbit di ufuk timur.

Asia  membuka matanya perlahan. Sinar matahari yang masuk dari celah jendela menyilaukan matanya.     

Ia pun bangun, dan merenggangkan tubuhnya terlebih dahulu.

Sesudahnya, Asia baru menyadari jika ini bukan lah kamarnya.

"Ini, kamar siapa?" monolog Asia di dalam hati.

Tak lama pintu kamar tersebut terbuka, dan muncul lah Eila dari balik pintu.

Eila langsung menempelkan tangannya pada dahi Asia. "Alhamdulilah, udah mendingan."

"Ouh iya, Utara mana?" lanjut Eila, menanyakan Utara.

"Utara?" Asia mengulangi perkataan Eila, lalu ia pun menggelengkan kepala.

"Kemana yah Utara? Bunda udah liat di kamarnya tapi gak ada. Dasar anak itu."

"Asia kamu mandi aja, pake air hangat jangan dingin!" sambung Eila.

"Iya, Bunda," Asia memberikan jeda sebentar, "Bunda, makasih." kata Asia tulus.

"Iya, sama-sama. Lagian bukan Bunda yang nolongin kamu, tapi Utara."

"Utara? yaudah deh, nanti gue bilang makasih sama dia." batin Asia.

Asia pun melangkahkan kakinya, menuju kamar mandi yang ada di kamar yang ia tempati ini.

Sambil menunggu Asia, Eila duduk di balkon melihat tanaman hiasnya.

"ASTAGFIRULLAH." teriak Asia.

Eila dikagetkan dengan suara Asia, ia langsung menyusul Asia ke kamar mandi. Dan betapa kagetnya, sampai-sampai ia menepok jidatnya.

"Utara, kamu ngapain disini?" tanya Eila. Yah, Utara ada di kamar mandi ini yang sedang memejamkan matanya, sambil merintih.

"Dingin, Bunda." lirih Utara.

Asia melihat itu langsung memapah Utara dan memindahkan badan Utara di kasur king-size. Dan mulai lah, Asia yang merawat Utara.

"Gantian sakit, hadeh." Eila menepok jidatnya lagi.

**

¹ Ada apa, Nak?

² Dapat mengantarkan saya tidak, Pak?

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang