13. Utara Gombal

159 143 291
                                    

"Lo asalnya dari Bogor, gue asalnya dari Bandung. Bogor-Bandung kan satu Provinsi, kalo kita itu satu hati."

Utara kali ini sedang mencari Bunda nya, yang tidak kelihatan daritadi. Padahal sebentar lagi, ia akan berangkat sekolah.

"Mana sih, Bunda gue?"

"Ilang mulu dah perasaan. Gak dicariin, nanti ada nongol. Giliran dicariin, ilang gak tau kemana. Lama-lama kek jelangkung, Bunda gue."

Gerutu Utara sepanjang jalan menuruni anak tangga, rumahnya.

"Bunda," panggil Utara.

"Eh, ketemu." ujar Utara lagi, ketika melihat Bundanya yang sedang duduk lesehan diantara rerumputan, rumah belakang Utara.

"Ada apa Ut?"

"Jangan Ut, Bunda!" peringat Utara.

"Kenapa atuh Ut, kan bagus kalo Bunda panggil kamu teh Ut. Beda-beda, gimana gitu." kata Eila, meniru nada perkataan dalam sebuah iklan air minum kemasan.

"Beda apanya Bunda? udah akh, Utara kesini cuman mau pamit sekolah." Utara menyalimi tangan Bundanya.

"Yaudah sana, yang pinter sekolahnya, Ut."

"Jangan Ut, Bunda! Takut disangka Utan atuh. Nanti di plesetin deh jadi Orang Utan."

"Gak nyambung atuh, dasar kamu." Eila menggelengkan kepala tidak mengerti pikiran anaknya ini.

Utara hanya mendengus kesal, lalu ia pun berjalan ke luar rumah. Setelah itu, ia menaiki dan melajukan motornya menuju Sekolah.

                   *BASEBALL BAT*

Asia dan tiga temannya sedang berghibah ria. Disini sudah tentu, Kiyara lah yang paling semangat diantara yang lainnya.

"Kalian, sekolah kita ada anak baru lagi." kata Kiyara memberitahukan.

"Maksudnya?" tanya Asia, tidak begitu mengerti maksud dari Kiyara.

"Ih, gue ulangin lagi nih," Kiyara memberi jeda, "Tadi tuh, gue ketemu anak baru."

Clarissa menaikkan alisnya, "Anak baru lagi?" tanyanya.

Kiyara menganggukan kepalanya.

"Aneh, anak baru mulu perasaan." ucap Dina menimpalinya.

"Eh, kita ghibah yuk?" ajak Kiyara, memamerkan senyumnya.

Asia memutar bola matanya malas, "Daritadi kita bukan ghibah?"

"Bukan," jawab Kiyara dengan cepat.

"Terus?"

"Tadi tuh kita cuma ngomong doang, sayang."

"Terserah, lo aja lah."

Kiyara lagi-lagi memamerkan senyumnya, "Gitu dong, Ya. Kita mulai ghibah nya yuk!"

"Hm." balas mereka bertiga secara bersamaan.

"Mari kita berdo'a dulu, berdo'a mulai," Kiyara menyatukan dan mengangkat tangannya di depan dada, bermaksud memimpin doa.

"Kenapa mesti ngedo'a dulu?" heran Dina.

Kiyara yang sudah berucap basmallah, langsung mengalihkan perhatiannya pada Dina. "Yakan supaya dosa kita sedikit berkurang, Na."

"Bisa aja loh, Ra." celetuk Clarissa.

"Iya dong." setelah itu, mereka berempat berdoa, yang dipimpin oleh Kiyara. Sebenarnya disini hanya Kiyara lah yang berdoa, sedangkan yang lainnya hanya berucap, "Aamiin."

Setelah selesai berdoa, Utara dan Vino datang menghampiri meja Asia, diikuti oleh teman Utara yang lainnya.

"Lagi ngomongin Aa Vino kan?" tanya Vino penuh percaya diri, sembari merubah posisinya menjadi duduk bersila di ubin lantai.

"Ge'er banget! Kita kalo ngomongin lo, harus mikir seribu seratus kali tau," balas Kiyara.

"Banyak amat, Yang?"

"Yakan takut tuh kita di gentayangin,"

"Emang Aa Vino udah mati apa?"

"Iya." sahut mereka berbarengan.

"Kalian emang tega." ucap Vino mendramatis.

"Ish, udah deh. Gak penting ngomongin lo, Vin." ujar Clarissa, lalu ia berucap kembali, "Oh iya, bukannya bentar lagi, bakal ada acara tahunan ya?"

Mereka semua mengalihkan atensinya pada Clarissa. 

"Iya, tiga hari lagi nih acara tahunan." jawab Asia.

"Demi apa, kok gue gak tau?" tanya Kiyara dengan hebohnya.

Mereka segera menunjukkan pengumuman acara tahunan di grup WhatsApp sekolah melalui handphone mereka.

Melihat itu Kiyara membuka handphone nya dan langsung cengengesan.

"Maaf gak ada kuota, jadi kagak tau."

"Pantes." balas Dina.

Asia yang sudah membaca keselurahan pengumuman tersebut, berkata, "Acara tahunan kita ke Bogor, biasa kemah."

"Yah, deket dong." Kiyara memajukkan bibirnya beberapa senti.

"Gapapa dong, yang penting selamat sampai tujuan. Lagi pula kota asalnya Asia ini." kata Dina.

"Baru tau gue, kalo Asia dari Bogor." celetuk Vino.

Utara yang mendengar itu, menganguk-angukkan kepala.
"Ya, lo asalnya dari Bogor--

"Iya, emang kenapa?" tanya Asia, memotong perkataan Utara.

"Bentar ada lanjutannya nih, Ya." Utara memastikan Asia mendengar ucapannya dulu, setelah itu ia berucap kembali, "Lo asalnya dari Bogor, gue asalnya dari Bandung. Bogor-Bandung kan satu Provinsi, kalo kita satu hati, Ya."

"Aduh, Babang Utara gombal nih," celetuk Rasen.

Asia memalingkan wajahnya dari pandangan Utara. Walaupun ia tidak suka terhadap Utara, tapi jika seorang perempuan di gombali oleh laki-laki tentunya ia akan merasa malu juga.

Utara yang melihat Asia seperti itu, berkata kembali, "Huft capek mau belajar seharian."

Asia kali ini hanya dapat memutar bola matanya dengan malas, "Sana bolos aja, biar cepat keluar dari Sekolah."

"Tapi tenang aja gue gak ada capeknya kok ngangenin lo, Ya." lanjut Utara.

"Masa?"

"Iya."

"Oh, gak penting."

"Aduh, Babang Utara balasan gombalannya kok gini sih bikin sakit hati."  Vino menimpalinya, sembari menekan ulu hatinya.

"Udah deh gak usah gombalin teman gue, tuh liat pipinya udah kaya panci gosong aja." Kiyara menunjuk pipi Asia.

Clarissa mendengar itu lantas menimpalinya, "Tomat busuk kali, bukan panci gosong."

Kiyara menggaruk tengkuknya. "Nah iya, maksud gue itu."

"Asia!"

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang