8. Prioritas Asia

277 226 308
                                    

"Berawal dari solidaritas, lama-lama bisa jadi prioritas gak sih?"

Setelah terjadinya insiden balapan, Asia dan Utara beberapa hari ini semakin dekat. Dimana ada Asia yang sedang menghukum murid nakal, maka disitu ada Utara.

Ya, kenakalan yang Utara miliki, ia memanfaatkannya untuk selalu bertemu dan bersama Asia. Namanya juga Utara kan, ia pasti akan memanfaatkan apa saja.

Seperti sekarang ini, mereka berdua berada di Kantin sekolah. Tidak, mereka tidak berdua saja, tapi ada juga teman-teman Utara dan Asia.

Vino tengah bertopang dagu, memperhatikan Utara yang masih makan sembari bermain gadjet."Di liat-liat lo ganteng juga ya, Tar."

"Gue tau kok, gue ganteng. Tapi gak lo juga kali yang ngomong, berasa homo gue," jawab Utara masih dengan gadjet nya.

"Iya, lo kan mau nya di bilang ganteng sama Neng Asia kan? Ngaku lo!!"

"Gue mah orang nya kagak gengsian Vin, jadi yaiyalah gue mau di bilang ganteng sama calon ibu dari anak-anak gue nanti."

"Huh, dasar. Udah ngomong anak-anak aja lo, sadar diri woy baso aja masih ngutang juga." Vino melemparkan kulit kacang tepat mengenai jidat Utara.

"Lah, Vin. Utara mah masih mending ngutang baso, daripada lo permen lima ratusan aja masih ngutang ke bok Imus, gak sadar diri lo?" ucap Rasen menimpali yang sejak tadi mendegarkan ucapan Utara dengan Vino.

"Persen-persen, jangan buka aib gue dong, tadi kan kita dah sepakat buka aib nya si Utara, kok lo malah buka aib gue sih," Vino misuh-misuh tidak jelas.

Vino benarkan, tadi mereka sudah sepakat untuk membuka seluruh aib Utara di depan Asia. Tujuannya satu, agar Asia tambah ilfeel dan menjauhi Utara. Dan jadilah, Utara harus mengejar Asia dengan extra lebih keras lagi. Tapi kok malah ia yang dibuka aib nya. Bener ya, kata orang 'sentaja makan tuan' tuh emang ada.

"Kan bener Vin yang Rasen bilang, kalo lo masih punya utang tuh sama bok Imus," sahut Kenzie.

"Heh Kentaki! kenapa sih lo malah belain si Persen, mendingan lo belain nih pangeran berkuda hitam," ujar Vino sembari menyugarkan rambutnya ke belakang.

"Hoekk, gaya lo," Kiyara bergidik tidak suka.

"Ayang Kiya, jangan gitu dong! Aa Vino kan tersinggung,"

"Bodo amat!"

"Dah lah, Vin sana lo bayarin makanan kita!" titah Rasen.

"Lah, kok gue sih. Lo pada dong, gue kan kagak punya uang Cok," Vino mengeluarkan isi dompetnya yang memang hanya berisi kartu-kartu. Entahlah kartu-kartu apa yang dimiliki Vino.

Kenzie menjitak kepala Vino. "Heh, inget! sekarang ini jadwal lo yang bayarin,"

"Udah, biar gue aja yang bayarin," ucap Asia sembari mengeluarkan uang dalam saku seragamnya.

"Gak usah, Ya." Daffin memberikan uang yang dimilikinya kepada Asia.

"Eh, gue juga punya kok Daf," Asia menolak uang pemberian Daffin.

"Gue aja, Ya."

"Enggak Daf, gue aja. Sebagai bentuk solidaritas gue," Asia beranjak dari duduk nya, dan segera membayar makanan mereka semua ke stan kantin.

Vino yang menyaksikan itu, menimpalinya. "Berawal dari solidaritas, lama-lama bisa jadi prioritas gak sih?"

"Lo kenapa nanyain itu, Jamiun?" tanya Rasen.

"Kali aja si Utara mau dijadiin prioritas sama Neng Asia, ya kan Tar?" kata Vino.

Utara mengangguk dengan mantap. "Iya, gue mau jadi prioritas Asia nih."

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang