16. Insident Di Bis

164 115 670
                                    

"Sekarang kita latihan duduk dulu di bis, nanti baru kita duduk berdua di pelaminan."

Asia menjadi tim pemandu kemah saat ini. Ia pun sekarang sedang mengabsen seluruh nama temannya.

"Bumi Azkara," panggil Asia, lalu disusul dengan cowok tinggi semampai menghampiri Asia.

"Iya Kak, saya." kata Bumi, si cowok tinggi.

"Kamu, kelas 10 IPA 3 ya?" tanya Asia yang diangguki Bumi.

"Nah, disini tanda tangannya." tunjuk Asia pada sebuah kolom tanda tangan.

"Sudah?"

"Sudah, Kak."

"Yaudah, kamu naik bis nomer 4 ya. Tepatnya ada di sebelah barat." jelas Asia.

"Oke. Thanks, Kak."

Asia hanya menggangguk dan berlanjut mengabsen yang lain. Hingga akhirnya 'Utara' yang Asia sebutkan.

Utara langsung bertanya, "Gue, di bis berapa, Ya?"

"Bis nomer 13, noh yang ada di samping bis nomer 4."

Utara mendengar itu lantas akan meninggalkan Asia.

"Eh, bentar." tahan Asia.

"Apalagi, Ya?"

"Tanda tangan dulu, Marfuah."

Utara memicingkan matanya. "Lo, segitu ngefans nya, sampai mau minta tanda tangan gue juga."

"Ge'er banget lo, bukan gue yang minta tanda tangan."

"Gengsi? Bilang aja kali, Ya." Utara menggoda Asia dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Gak ya. Ini tuh buat data, kalo lo ilang bisa dicari." jawab Asia walaupun setengah berbohong.

"Hm, yaudah lah. Sini, mahal nih tanda tangan."

Asia memberikan buku agenda tersebut, "Artis juga gak pelit tanda tangan, masa lo anak SMA yang masih minta duit sama orang tua, medit tanda tangan."

"Serah lo deh, Ya."

Melihat Utara sudah pergi berjalan menuju bis, ia langsung melanjutkan kegiatannya.

*BASEBALL BAT*

"Huh, akhirnya selesai juga." ucap Asia dengan lega.

Ia pun beralih melihat agenda tersebut, untuk melihat ia akan menaiki bis nomer ke berapa.

"13," gumam Asia.

Asia pun berjalan dan menaiki bis dengan bernomer 13. Sebelum itu,

"Hai, Kak. Duduk sini yuk!" ajak salah satu adik kelasnya.

"Sorry, gue gak mau."

"Sini aja, Kak." Adik kelas tersebut semakin lama semakin menarik tangan Asia.

Asia melepaskan tangannya dari pergelangan tangan adik kelasnya tersebut. "Lo itu preman jalanan apa anak sekolahan sih? Maksa jadi orang."

"Liat, gue bawa senjata nih. Mau di pukul sama tongkat baseball kesayangan gue?" tanya Asia menaikkin suaranya.

"Eh, enggak Kak." ucap si Adik kelas tersebut sembari berlari cepat.

"Dasar, emang gue gak bawa senjata gue apa." dumel Asia, sambil menaiki bis.

Dan, Asia melihat kursi-kursi itu telah terisi penuh dan hanya tersisa satu kursi baris ke sepuluh dari depan dikubu kanan. Dia melihat ada seorang laki-laki disamping kursi kosong itu, yang membelakanginya.

"Asia, sini." seru Kiyara.

Asia pun menghampiri Kiyara. Sesampainya, ia menaikkan sebelah alisnya bermaksud bertanya 'apa?'

"Duduk sini, kita bertiga aja." kata Kiyara, lalu ia menggeser posisi duduknya dan Dina pun sama halnya seperti Kiyara.

"Gak usah, gue masih ada tempat duduk lain kok."

"Bener? Sini aja deh, udah." ucap Dina

"Gak usah." Asia masih dengan pendiriannya.

"Owh, yaudah," lalu Kiyara bertanya, "terus lo duduk dimana?"

"Asia duduk sama gue." kata Utara yang duduk tepat tiga kursi di belakang Kiyara. Ternyata tadi yang membelakangi Asia adalah Utara.

"Lo mau, Ya? Oke gitu?" tanya Kiyara yang kurang yakin.

Asia mengangguk, menyatukan jari telunjuk dengan ibu jari membentuk kata isyarat 'Ok'.

Asia menghampiri Utara yang sudah berdiri.

"Lo mau dipojok apa dipinggir?" tanya Utara.

"Lo duluan aja, mau dimana?"

"Lo dulu aja."

"Hadeh, debat mulu dah. Duduk, duduk aja kali." sahut Vino yang duduk di kursi samping Utara.

"Nyahut mulu lo, cewek itu harus diperlakukan dengan istimewa, emang lo, yang di istimewakan itu--"

"Itu, apa?"

"Ikan teri."

"Kurang asem, lo."

"Bodo."

Asia membuang nafasnya kasar, langsung ia duduk di kursi sebelah pojok.

Utara yang melihat itu segera duduk di samping Asia.

"Sekarang kita latihan duduk dulu di bis, nanti baru kita duduk berdua di pelaminan."

"Emang gue mau ke pelaminan sama lo? Ogah ya gue, jauh kali ke pelaminan sama lo. Mimpi aja gak ke sampaian lo ke pelaminan sama gue."

Utara mendengar itu, "Kapan gue gak dapat jawaban nyesek, Ya?"

The Baseball Bat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang