17. DUET BARENGAN

231 8 0
                                    

🏙️🏙️🏙️

Tanpa mereka sadari seseorang dari balik pintu menangkap gambar mereka sembari tertawa licik.

"Bisa jadi hot news ini mah."

Paparazzi tersebut langsung pergi sesaat setelah mengambil foto mereka berdua.

Hmm kira-kira siapa dia?

Vanya langsung ngejauhin mukanya dari Ezha. "Gimana? Lo udah paham kan?" tanya Vanya.

"Untuk kunci dasar gue udah paham. Cuma untuk tangga nada gue masih sedikit bingung," ucap Ezha.

Vanya mengambil salah satu kursi dan duduk menghadap ke arah Ezha. "Ya udah ntar bisa di asah lagi kali. Lo masih punya banyak waktu buat belajar," ucap Vanya.

"Lo belajar musik dari siapa Nya? Kayaknya lo paham bener teknik musik," ucap Ezha memutar kursinya menghadap ke arah Vanya.

Tangan Vanya meraih salah satu gitar dan memangkunya. "Gue belajar dari Bokap gue. Sewaktu masih kecil Bokap gue ngajarin gue banyak tentang musik," ucap Vanya.

"Eumm--oh ya Nya gue boleh nanya sesuatu nggak sama lo?" tanya Ezha menatap lurus ke arah mata Vanya.

"Iya? Mau nanya apaan?" sahut Vanya dengan mata yang menatap balik ke arah Ezha.

"Semalam waktu gue dateng kok gue nggak ngeliat Bokap lo? Dia di mana?" tanya Ezha.

Vanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan Ezha. "Bokap gue sama Nyokap gue udah pisahan sejak gue masih umur 10 tahun," jawab Vanya.

"Pisahan? Maksudnya? Cerai gitu?" tanya Ezha hati-hati.

Vanya menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Ezha. "Ya gitu lah," jawab Vanya.

"Ee--sorry Nya. Gue nggak ada maksud sama sekali untuk nanya soal itu. Maaf kalau pertanyaan gue sedikit menyinggung," ucap Ezha melembutkan suaranya dengan mata yang masih menatap ke arah Vanya.

Vanya menatap ke arah Ezha sembari tersenyum tipis. "It's okay Zha. Lo nggak perlu minta maaf sama gue," ucap Vanya.

"Lo--nggak tau apa alasan mereka pisahan?" tanya Ezha menyilangkan kedua tangannya di dada.

Vanya menggelengkan kepalanya tanpa menoleh ke arah Ezha. "Sampe sekarang gue maupun Abang gue nggak pernah tau apa alasan mereka pisahan. Setiap di tanya Bunda gue nggak mau jawab. Selalu ngalihin pembicaraan. Ya udah makanya gue sama Abang gue nggak mau lagi nanya soal itu," jawab Vanya.

"Tapi lo masih komunikasi kan sama Bokap lo?" tanya Ezha.

"Masih kok Zha. Sering banget malahan. Bahkan dia biayai kehidupan gue sama Abang gue. Sekolah gue dia yang nanggung. Katanya ntar kalau gue mau kuliah tinggal bilang mau di mana. Di dalam negeri atau luar negeri," jawab Vanya.

"Syukurlah. Setidaknya Bokap lo masih mau bertanggung jawab untuk kalian berdua," ucap Ezha.

"Bokap gue itu kayak lo Zha. Dia blasteran," ucap Vanya menatap ke arah Ezha sembari memetik senar gitar.

"Blasteran? Oh ya? Blasteran apa?" tanya Ezha.

"Amerika-Indonesia," jawab Vanya.

BE MINE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang