45. JANGAN SENTUH SAHABAT GUE!

126 2 0
                                    

🌃🌃🌃

"Bangsat," ucap Ezha.

"Dia berulah," ucap Vanya.

"Di sekolah ini cuma gue sama temen-temen gue yang punya kartu kayak gini. Nggak ada siapa pun di sekolah ini yang punya kartu ini," ucap Ezha.

"So?" ucap Vanya.

"Dia nyuri kartu ini dari gue dan temen-temen gue," ucap Ezha.

Vanya cuma tersenyum sinis memandang benda di tangannya tadi lalu meremas kartu tersebut sampe nggak berbentuk sama sekali.

"Kita liat aja," ucap Vanya.

"Untuk pertama kali murid sekolah ini dapetin red card."

"Pasti dia lagi dalam bahaya."

"Seseorang pasti lagi ngincar dia."

"Kira-kira siapa yang ngirim red card itu ke dia?"

"Nggak tau. Kalian tau sendiri kan kalau orang yang dapet red card berarti dia pernah bikin masalah."

"Lagi juga Vanya kan sekarang lagi bahan pembicaraan satu sekolahan."

"Bisa aja sih yang ngirim itu ke dia orang yang mungkin nggak suka sama dia. Maybe."

"Tapi kan red card itu bukannya cuma squad Ezha aja yang punya? Kenapa orang lain bisa punya?"

Ezha tersenyum kecil ke arah orang-orang yang sejak tadi membicarakan soal red card tersebut.

"Udah pasti dia nyuri itu dari gue ataupun temen-temen gue," ucap Ezha.

"Mustahil banget Zha. Setau kita cuma squad lo doang yang pegang red card."

"Ternyata dia pencuri handal juga. Bisa nyuri itu dari gue," ucap Ezha.

"Zha," panggil Vanya.

Ezha kembali menolehkan kepalanya ke arah Vanya lalu tersenyum miring. "Kayaknya kita punya pemikiran yang sama," ucap Ezha.

"Kayaknya gitu," ucap Vanya.

"Lo ada rencana?" tanya Ezha.

"Masih gue fikirin. Gue cuma mau liat sejauh apa dia mau ngusik gue. Gue orangnya nggak suka ngusik. Sekali gue di usik ke ujung dunia sekalipun bakalan gue cari," ucap Vanya.

"Mending kita ke kantin bahas soal ini ke yang lain. Siapa tau aja di antara mereka tau sesuatu," ucap Ezha.

"Siapa pun lo yang ngirim ini gue tau lo ada di sekolah ini dan mungkin lagi merhatiin gue. Tapi satu peringatan gue." Vanya mengedarkan pandangannya ke seluruh murid yang sedang berkerumun lalu tersenyum remeh. "Hati-hati. Lo nggak tau lagi mainin siapa," ucap Vanya.

"Ayo Nya," ucap Ezha.

Ezha langsung narik tangan Vanya ke arah kantin. Ezha yakin. Mungkin orang yang ngirim ini orang yang sama waktu jatuhin pot bunga untuk Vanya.

BE MINE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang