If We Were In love

10 3 0
                                    

Jika saja aku tau perasaanku lebih cepat, apa kita bisa bersama?

***

JiA termenung, menghilang dalam dunianya sendiri. Ia bahkan tidak menyahut saat salah satu staff nya memanggil. Otaknya masih memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu. Saat ia melihat TaeHyun dan YooRa saling berpelukan. Hatinya masih terasa sakit dan bahkan kini menyebar ke bagian tubuhnya yang lain.

"Sajangnim.. Ada seseorang yang ingin bertemu."

"Eoh.. eoh.. siapa?"

"TaeHyun-ssi."

JiA menelan ludah lalu menghela napasnya. Ia tidak yakin apakah akan sanggup bertemu dengan TaeHyun tanpa mengeluarkan air mata ataupun melampiaskan amarahnya.

"Katakan padanya kalau aku sedang pergi."

"Ne, sajangnim."

Staff itu pergi untuk melakukan perintah JiA.

Sedangkan gadis itu masih melanjutkan pekerjaannya. Mengecek beberapa sample design yang baru saja datang hari ini. Biasanya ia akan meminta staff nya untuk melakukan pekerjaan itu, namun hari ini ia ingin melakukannya sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk mendistraksi pikirannya agar tidak terlalu terpaku pada permasalahan pribadinya. Namun sama saja. Ia gagal mendistraksi pikirannya saat ia mendengar kalau TaeHyun datang ke kantor untuk menemuinya. Ia terdiam, lalu air matanya menetes. Tangis nya pecah seketika. Ia berjongkok, menutupi wajahnya dengan kertas yang dipegangnya. Bahunya naik turun mengikuti irama tangisannya.

 Bahunya naik turun mengikuti irama tangisannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu, ponselnya bergetar. Menampilkan 1 pesan baru dari SeGun Oppa.

From : SeGun Oppa

Kau baik-baik saja? Mau ku bantu?

Ia menghapus bulir-bulir air matanya, lalu mengetikkan balasan atas pesan itu.

To : SeGun Oppa

Eung.. gomawoyo Oppa

Selang beberapa menit kemudian, JiA menyambar tas nya, lalu melangkah keluar dari ruangannya. Ia berjalan menuju halte bus terdekat dan duduk di sana. Kesedihan meliputi wajahnya. Ia menunduk lesu, memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya.

"Kenapa kau diam saja? Apa kau marah setengah mati padaku?"

Suara itu, suara yang dulu selalu membuatnya bahagia begitu mendengarnya. Suara TaeHyun kini membuat JiA tersenyum getir. Rasa sakit yang ia rasakan sama besarnya dengan perasaan cintanya pada lelaki itu. Pikirannya kacau, begitu pun hatinya.

"Sasil.. nan haetgalryeo." [Sejujurnya aku bingung] Ucap TaeHyun saat dia duduk di samping JiA. "Nan.. jinjja moreugaesseo." [Aku.. benar-benar tidak tahu]

See U LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang