That Day

33 3 0
                                    


Jam makan siang. Seperti biasa, restoran mulai dipenuhi oleh pelanggan yang kelaparan. Awalnya hanya 3 atau 4 meja yang terisi, semakin lama jumlah pelanggan semakin bertambah. Hanya tersisa satu meja, itu pun karena meja tersebut sudah di reservasi sebelumnya, sehingga tidak ada pelanggan yang menempatinya.

Suara alat-alat masak beradu di bagian dapur. Pelayan silih berganti masuk dan keluar meneriakkan pesanan baru maupun mengambil pesanan yang sudah siap dibawa ke pelanggan.

Tak berbeda jauh dari dapur, bar sushi juga cukup sibuk. Kotak-kotak berisi bahan isian sushi berjajar di sana. Masing-masing isinya diambil silih berganti untuk diletakkan di atas nasi sushi, kemudian digulung dan dipotong sesuai standarnya masing-masing. Setelah tersusun rapi di atas piring, Koki Lee maupun TaeHyun membunyikan bel yang ada di meja sebagai tanda pesanan siap diantar. JaeWoo maupun JiSoo dengan sigap mengambil pesanan yang sudah siap dan mengantarkannnya ke meja yang tepat.

Akhir-akhir ini memang restoran selalu ramai, mungkin karena ada beberapa promo yang diadakan oleh restoran. Juga beberapa menu baru yang diluncurkan oleh restoran yang mungkin menjadi salah satu pengundang pelanggan baru maupun lama untuk datang berkunjung.

Kesibukan itu mulai sedikit reda ketika jarum jam pendek menunjuk angka 3. Beberapa pegawai memanfaatkannya sebagai waktu istirahat, YooRa salah satunya. Ia pergi ke bagian belakang restoran dan duduk di kursi yang tersedia di teras belakang. Hanya ada satu meja yang diapit oleh dua kursi di sana.

Teras belakang biasa digunakan pegawai untuk beristirahat maupun pegawai laki-laki yang ingin merokok. Letaknya yang menghadap gang kecil dan sempit, serta jarang dilalui orang-orang membuat tempat itu nyaman untuk dijadikan sebagai tempat beristirahat sejenak dari hiruk pikuk dapur.

YooRa menyeruput ocha panas dari gelas yang dipegangnya. Sesekali tangannya memijat-mijat pelipis kepalanya pelan. Migrain memang seringkali menyerangnya di saat yang tidak tepat. Pada saat-saat seperti itu, hot ocha selalu berhasil menyembuhkannya. Memang efeknya tidak langsung dirasakan, butuh waktu beberapa menit untuk menyingkirkan migrain itu.

"Kau lelah?" tanya TaeHyun yang tiba-tiba datang dari arah dapur.

Laki-laki itu membawa sebuah kotak, seperti kotak bekal makan siang.

"Lumayan." Jawab YooRa santai. Tapi tangannya masih intens memijat-mijat pelipisnya.

"Kenapa? Pusing?"

YooRa mengangguk, lalu tanpa aba-aba tangan TaeHyun meraih satu tangan YooRa. Gadis itu reflek terkejut, tak tahu apa yang sedang terjadi saat itu. Tangan itu memijat bagian antara ibu jari dan jari telunjuk YooRa.

"Katanya ini bisa menyembuhkan migrain."

Lelaki itu dengan serius melakukan hal yang entah didapatnya dari mana. Ia masih memijat-mijat bagian itu sambil sesekali bertanya "Sudah baikan?" ketika YooRa menggeleng, ia akan melanjutkan aktivitasnya itu.

"Sudah membaik kok. Terimakasih."

TaeHyun tersenyum, membuka kotak makan siangnya. Menyumpit sepotong telur gulung lalu mengarahkannya ke depan mulut YooRa.

"Makanlah." Katanya mempersilakan. "Kamu migrain karena belum makan. Makan ini dulu." TaeHyun sedikit memaksa.

YooRa membuka mulutnya dan melahap telur gulung itu. "Waahh lezatnya."

"Jelas lah. Siapa dulu chefnya?"

TaeHyun menyombongkan diri. Sementara YooRa yang tak tahan langsung memukul pelan lengan TaeHyun, membuat keduanya tertawa bersama.

«««

Menjelang malam, restoran semakin ramai.

TaeHyun sangat sibuk dengan aktivitasnya di bar sushi, karena para pelanggan lebih banyak memesan sushi daripada menu lainnya. Ia bahkan tak sempat beristirahat untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang sudah mulai mengering sejak senja tadi.

See U LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang