Someone You Loved

23 2 0
                                    

"YAA!! Bagaimana bisa kau masih sekolah di sini?"

"Eung.. harusnya kau pindah ke sekolah khusus orang cacat saja!"

Sekelompok gadis berseragam sekolah menengah bergerombol, lebih tepatnya menyudutkan salah satu gadis seusianya. Beberapa dari mereka bergantian mendorong pundak gadis itu dan mengucapkan kata-kata kasar.

"YAA!!" gadis yang terpojok itu berteriak. "Apa salahnya sekolah di sekolah ini? Bukankah semua sekolah sama hah?!!"

"YAA Cheon YooRi." Salah satu gadis kasar itu mendorong YooRi sekali lagi, hingga punggungnya menempel di dinding. "Kau harusnya sadar diri. Bagaimana mungkin orang cacat seperti mu bersekolah di sekolah normal seperti ini?!"

YooRi, gadis itu mulai mengepalkan kedua tangannya. Ia mendorong gadis di depannya itu dengan sekuat tenaga, mencoba lepas dari kungkungan mereka.

"Yaa.. pegang dia."

"Ne MiJoo-ya."

Dalam sekejap gadis-gadis itu sudah memegang erat tangan YooRi, membuatnya meronta. MiJoo yang ada di hadapannya terlihat sangat marah atas perlakuan YooRi sebelumnya. Gadis-gadis itu lalu membawa YooRi ke kamar mandi yang tidak jauh dari sana dan menguncinya.

Sekuat tenaga YooRi menggedor pintu kamar mandi, berharap ada seseorang yang akan mendengar dan membantunya keluar dari sana. Gadis itu masih terus-menerus menggedor pintu kamar mandi itu hingga air matanya perlahan keluar. Ia mulai kesal, lebih kepada dirinya sendiri.

"Apa ada orang di sana?" ia berteriak. "TOLOOONG!!!"

BRAK BRAK BRAK

Suara gedoran pintu itu terdengar sangat keras, tapi tidak ada seorang pun yang datang dan membantunya keluar. 

YooRi menangis sejadinya. Ia terduduk menyandar di pintu kamar mandi yang masih terkunci itu. Meratapi dirinya, meratapi keadaannya yang tidak lagi sempurna.

«««

"YooRi-ya. Kau baik-baik saja?" YooRa menatap adiknya yang terlihat murung.

"Nuna.. aku ingin bisa berjalan normal lagi." Jawabnya lesu.

"YooRi-ya.. eonni tahu ini berat. Bersabarlah saat Appa sudah punya cukup uang nanti, kita bisa mengoperasi kaki mu."

"Sekarang atau pun nanti sama saja." Air mata mulai mengalir membasahi wajah cantiknya. "Ba-bagaimana jika aku tidak bisa dioperasi? Atau kaki ku tetap tidak bisa sembuh setelah operasi?"

"YooRi-ya kau bicara apa?" YooRa terlihat sedikit kesal mendengar kata-kata itu.

"Eonni tahu? Memikirkannya saja membuat hatiku sakit. Aku yang seperti ini hanya akan menjadi beban untuk kalian.."

YooRa menarik adiknya ke dalam dekapannya. Ia mengusap lembut punggung adiknya itu. Mencoba membuatnya tenang dan tidak putus harapan. 

Dalam dekapan itu, YooRi mulai terisak. Bahunya naik turun mengikuti irama tangisnya.

"Eonni akan selalu ada bersamamu. Eonni akan selalu melindungimu. Jangan khawatir."

Di sore hari yang cerah itu, mereka pulang ke rumahnya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Sisa-sisa tangis mereka masih jelas terlihat meski keduanya mencoba menutupi hal itu.

«««

"Yang namanya teman wajar saja jika mereka saling bercanda. Adakalanya juga sakit hati satu sama lain. Toh nantinya kalian akan kembali berteman lagi."

See U LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang