Abaikan typo yaa!!🙆💗
"Gak gitu maksud gue May!"
"Lo dengerin dulu!"
Riyan menangkap tangan adiknya setelah memasuki pekarangan rumahnya. Dia membawa adiknya duduk di kursi depan rumah. "Dengerin. Gue tuh kakak kandung lo, gue khawatir sama adiknya sendiri emang salah?"
"Ck, cara lo ngomong tadi salah, Yan. Omongan lo jahat." ucap Maya. Air matanya menetes.
"Iya sorry kalo soal itu. Gue kelepasan. Gue takut lo kenapa-napa. Apalagi akhir-akhir ini hubungan lo sama dia lagi nggak baik-baik aja. Gue seneng liat lo seneng, tapi gue juga sakit liat lo sakit."
"Lo adek gue satu-satunya, gue gak rela liat lo disakitin terus sama dia May."
"Udah tau kan Bimo orangnya gimana? Dia cuman main-main doang May. Harusnya gue larang waktu itu, tapi gue gak tega liat lo yang ternyata seseneng itu ketemu dia."
Maya termenung. Diam beberapa menit, lalu Riyan dikejutkan dengan pelukan adiknya. "Gue minta maaf Kak." ucap Maya sembari mengelus punggung kakaknya.
"Maaf selama ini nyusahin lo mulu." lirihnya.
"Harusnya gue nurut apa kata lo waktu itu buat nyerah sama Bimo. Gue egois ya?" Maya tersedu-sedu hingga bahunya bergetar.
"Gue jadi adek gak bisa diatur banget ya, Yan? Gue terlalu nyusahin elo kan? Harusnya gue tinggal dikampung aja sama Mama--"
Riyan mengusap surai hitam adiknya itu. "Sstt.. Gak boleh gitu. Lo adek gue yang paling berharga. Hidup gue sepi ga ada elo. Udah jangan nangis elaah. Air mata lo tuh ga pantes buat nangisin dia. Mending kita ngemall aja?"
"Gue traktir semua yang adik kesayangan gue ini mau deh. Udah ya jangan nangis? Maskara lo luntur noh entar kuntilanak insecure liatnya."
"SIALANN!!!" umpat Maya. Riyan memekik kala kakinya ditendang dengan sengaja oleh Maya.
-
Paginya Maya terbangun dengan ceria ia membuka gorden lalu mengambil handuknya. Setengah jam kemudia ia kembali dari kamar mandi lalu memakai pakaiannya untuk ke kampus. Kali ini ia akan menjadi Maya yang berbeda dari sebelumnya. Maya yang lemah itu sudah tidak ada, berganti Maya yang tangguh dan kuat.
Riyan yang sedang sarapan pun membelalakan matanya kala melihat penampilan adiknya yang sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya ini. Dia memakai dress tanpa lengan dan make up yang lebih mencolok dari Maya yang sebelumnya. Sekarang Maya berbeda.
"Dek, lo apa-apaan pake baju gitu ke kampus?" tanya Riyan. Menatap tak suka.
"Please Yan, sekali-kali kek." Maya menatap jengan sang kakak.
Riyan menghela nafas. Gara-gara Bimo, adiknya ini jadi berubah. Maya yang lugu udah hilang. "Yaudah. Masuk mobil gih."
Didalam perjalanan suasananya hening. Tapi Maya sih bodo amat, dia cuman main hp aja dari tadi.
"Move on ya?"
"Hah?" Maya mengalihkan fokusnya pada benda pipih tersebut.
"Gue mau lo move on, dek. Gue gak mau lo sakit hati lagi. Sorry kalo kesannya gue terlalu posesif selama ini sama elo. Gue udah temenan sama Bimo dari awal maba. Gue tau seluk beluknya dia. Dia kayanya masih belum move on dari Cindy. Dan gak segampang itu buat move on dari cinta pertama tuh. Apalagi mereka putus gara-gara ldr dan Cindy yang deket sama cowok lain di Jakarta. Lo tau kan Bimo sesayang itu sama Cindy. Mereka berdua gak bisa dipisahin. Gue sebagai kakak elo, gue gak terima adik gue disakitin terus-terusan. Gue gak suka adik gue dijadiin mainan doang."