Kamar itu masih sama kaya terakhir kali Bimo kesini. Dipenuhi foto-foto idol korea yang Bimo juga hafal siapa saja nama-namanya. Disana juga banyak polaroid dirinya dengan Maya. Gak nyangka udah selama ini mereka ngelawatin hubungan.Maya masih terlelap diatas kasurnya dengan selimut menutupi tubuhnya. Bimo terkekeh kala tak sengaja menangkap foto Haechan NCT di meja belajar gadis tersebut. Ia mengambilnya untuk melihat lebih dekat. Mengingat pertama kali dirinya mengenal Maya.
"May, kayanya lo harus berterima kasih sama orang yang ngasih nomor bot gue ke elo." Kekehnya. "Kalo ga ngasih, mungkin kita ga bakalan kenal sampe sekarang kan?"
Bimo menaruh kembali foto tersebut. Matanya kepada Maya kembali. Ia mengambil duduk disebelah gadis tersebut.
Bimo menghembuskan nafasnya. "Maaf May, aku gak tau diri nampakin diri didepan kamu lagi."
"Semoga yang sudah hancur bisa direkatkan kembali ya?" ucap Bimo, memandangi wajah Maya yang begitu tenang ketika tertidur.
Karena ulahnya Maya jadi seperti ini. Maya benar-benar hancur karenanya. Bimo mengingkarkan janjinya untuk menjaga gadis itu.
"Sampai kapanpun aku tetep sayang kamu, May.."
_____
"Hnggg..." Maya meregangkan otot-ototnya yang terasa sangat kaku. Ia mengucek kedua matanya.
"Yan? Lo ngapain tidur disini anjir?" Maya menarik tangan kirinya yang berada digenggaman cowok yang tengah duduk dikursi samping ranjang itu.
"YANN... GUE LAPERRR...!!" teriak Maya sembari menggoyang-goyangkan badan orang itu.
"Apasih Dek berisik banget??" pintu terbuka menampilkan Riyan yang memakai celemek berwarna biru muda sambil membawa spatula ditangannya.
"Lah?" Maya mengerutkan keningnya, heran. "Ini siapa?" tanyanya.
"May?" suara familiar itu membuat Maya refleks menengok ke sumber suara.
Mata gadis itu terbelalak. Ia mengucek matanya beberapakali. Lalu menetralkan kembali ekspresinya. "Lo siapa?" tanya Maya.
"Aku? Bimo, May. Aku mau ngomong--"
"Bimo yang gue kenal udah mati. Lo siapa?" ujar Maya sekali lagi. Sedangkan Riyan sudah ngacir keluar dari depan pintu, bukan urusan dirinya kali ini jadi Riyan gak bakal ikut campur kecuali terjadi sesuatu sama adiknya.
"May, maafin aku.." Bimo meraih kedua tangan Maya.
"LO SIAPA?! GUE GAK KENAL!!" teriak Maya. Bimo merengkuh badan gadis itu. Didekapnya.
Air mata Maya berhasil menetes beriringan dengan pukulan didada Bimo oleh Maya. "Brengsek!" ujar gadis itu, menumpahkan emosinya.
"Pukul aja, luapin. Asal maafin aku." balas Bimo mengelus rambut gadis itu.
Gadis itu terisak didada Bimo. "Maaf, gue cuman bisa bilang gitu May. Gue ada alasan sendiri buat ninggalin lo hari itu. Gue tau gue salah, ada orang lain yang harus gue tolong May."
"Gue disini, perasaan gue masih sama. Lo gak perlu minta gue buat kembali juga gue bakal kembali dengan sendirinya, karna lo rumah gue. Gue sayang sama elo, tapi gue juga harus nolongin Cindy, May."
"Gue capek Bim.. Gue capek!" bentak Maya. Gadis itu meneteskan air matanya kembali.
Perlahan kedua tangan gadis itu terulur membalas pelukan dari laki-laki dihadapannya. Bimo adalah luka sekaligus penenang terhebat Maya.
"Gue gak tau harus apa lagi buat lo maafin gue. Gue tulus sama lo, May. Gue bakalan ngejauh kalo lo yang minta."
Bimo menengadahkan kepalanya. "Lo rumah bagi gue, ga ada yang bisa ngegantiin lo dihidup gue.."
