33.

1.6K 243 7
                                    


"Aaa...." Cindy nyuapin Bimo lagi untuk yang ketiga kalinya. Tapi Bimo menahannya. "Udah May, kenyang banget tuhh liatt."

"Satu suap lagi ya? Abis itu minum obatnya." ujar Cindy. Bimo nurut.

Keuwuan itu disaksikan langsung oleh keempat sahabatnya Bimo. Hendri sama Tio sih udah mau muntah pelangi aja liat yang uwu-uwu gini. Maklumlah kaum jones. Arka sama Riyan juga greget banget liatnya. Bukan soal mereka yang uwuphobia, tapi karna Bimo selalu manggil Cindy adalah Maya.

"Bim, kata lo kemaren ada cewek yang gak lo kenal kesini?" celetuk Arka.

"Nah iya tuh. Sapa deh? Lo gak kenal Bim?" tanya Hendri, penasaran. Biasa, kalo soal cewek, dia yang paling ngegas.

"Hm ... Lupa." jawab Bimo. Soalnya waktu kejadian hari 'itu' dia jadi shock berat. Sampe pingsan 3 hari.

"Ciri-cirinya aja deh, gimana?" kata Riyan.

"Udah deh, Yan. Lagian Bimo gak boleh banyak pikiran tau. Ntar dia nambah pusing kepalanya. Ya kan Bim?" Cindy mengelapi bagian bibir Bimo yang bekas makan.

Bimo masih berpikir. Lalu menjentikkan jarinya. "Gua inget! Cewe itu rambutnya sebahu, terus punya dimple di pipi kiri. Manis sih, terus pendek juga badannya. Kira-kira seketeknya Riyan lah."

"Bukannya dia juga yang dateng kesini pas pertama gua sadar? Yang kalian panggil Maya, Maya, gitu. Gua baru tau kalian punya temen baru yang namanya Maya juga. Gua kira cuman pacar gua doang disini yang namanya Maya." ucap Bimo, seraya nyomot apel yang ada dinakas.

"ASTAGA MAYA?!" teriak Riyan heboh. Terus lari keluar dari ruang inap Bimo dan jalan pulang ke kosan.

Arka, Hendri sama Tio juga ikutan panik. Udah mereka duga sih kalo yang dateng hari itu tuh Maya alias adeknya Riyan. Riyan sendiri lupa kalo waktu itu nyuruh Maya buat kerumah sakit.

"Lah kenapa tuh si Riyan? Lupa matiin kompor apa gimana?" kata Bimo, sambil makanin apel.

Arka menatap Bimo sama Cindy tak suka. Gatel pengen ngomong yang sebenernya dan nyeritain yang sedetail-detailnya tentang hubungan sahabatnya sama si Maya yang asli. Tapi tuh cewek ular malah nempelin Bimo terus. Kaya sekarang aja, si Cindy lagi duduk disamping ranjang terus sambil ngelus-ngelusin tangan Bimo.

"Yang, itu bunga dari siapa?" tunjuk Cindy ke nakas yang ada bunga tulip berwarna biru diatasnya.

"Kata dokter sih dari cewek yang namanya Maya." Bimo ngendikin bahunya.

Cindy menatap tak suka pada bunga tulip itu. "Yang, aku pulang bentar ya? Aku lupa ada tugas yang harus diprint buat besok."

"Mau dianter nggak? Dri, tolong dong anterin cewe gu-"

"Eh, eh, nggak usah. Gak apa-apa kok, aku bisa sendiri." cegat Cindy.

"Yaudah hati-hati, naik grab aja ya." ujar Bimo.

Setelah mengelus lengan Bimo, terus Cindy ngambil tasnya dan mengetik sesuatu diponsel.

You
Kita ketemuan di cafe 88

You
Sekarang juga!

You
Sampe ga dateng, gw bikin bimo ga bisa inget lo lagi selamanya😃

Balik lagi dengan Bimo sama yang lainnya. Kini Arka sedang berusaha untuk ngomong sama Bimo. Buat temennya itu ngembaliin memorinya lagi. Ada rasa kasihan dalam diri Arka pada Maya. Cewek itu tingkahnya sangat mirip dengan adik kandungnya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Cerewet, ceria, manja dengan kakaknya. Apalagi setelah Maya yang tak sengaja disakiti hatinya oleh cowok yang dia sayang. Arka gak rela ngeliat cewek itu nangis.

"Bim, jadi lo sama sekali ngga inget sama cewe itu?" tanya Arka, pelan.

"Cewek? Siapa?" Bimo berbalik tanya. Sibuk bermain ponsel barunya dan menscroll timeline instagram.

Arka menghela nafas, "itu, adeknya Riyan. Lo yakin gak kenal? Atau ... Lo cuman pura-pura ga kenal sama dia..?"

Bimo mengalihkan fokusnya dari hp, menggantinya menatap sahabatnya dari sma.

"Ya bisa aja kan, lo pura-pura gitu misalnya? Atau gak ada yang ngancem lo. Ya kan?"

Bimo tertawa seolah ucapan Arka adalah lelucon. "Hahaha.. Apaan. Lo kebanyakan nonton sinetron pintu taubat kali."

"Gua kan koma hampir setaun anjir. Ya wajar kalo gua ga inget sebelumnya. Lo mau ngingetin gimana-gimana juga percuma kali, Ka. Gua ga inget. Kepala gua pusing." final Bimo.

Arka masih belum percaya. Iya sih tadinya percaya-percaya aja sama Bimo yang 'katanya' amnesia soal siapa Maya. Tapi, pas pertama Maya kesini, Arka ngamatin perubahan ekspresi Bimo pas tau kehadiran cewek itu. Sesekali juga Arka melihat ekspresi teduh dimata Bimo ketika melirik Maya. Berbeda ketika dia menatap Cindy.

"Nih ya Bim, lo pacaran sama Cindy tuh kepaksa kali. Karna bokap dia yang minta lo buat pacaran sama anaknya. Cindy ngemis-ngemis cinta lo anjir. Lo lupa, bro?"

"Sebelum lo ngalamin kecelakaan parah ini. Lo pernah cerita, kalo lo lagi deket sama cewe. Katanya anak kediri, ya kan? Lo ngasih tau gua fotonya. DAN ITU MAYA BIM! MAYA ADEKNYA RIYAN! Lo lupa juga?!" Bimo mengendikkan bahunya.

"Hp, hp lo! Semuanya, saksi itu ada di hp lo yang lama. Tapi gua ga tau hp lo itu dimana, sejak kecelakaan gua gak ada ditempat. Lo kecelakaan sama Cindy, dan dia cuman lecet-lecet doang."

Bimo acuh. Sama sekali tak menggubris ucapan temennya yang dari tadi ngocehin soal percintaannya Bimo. Alhasil terlalu capek sama ucapannya Arka, Bimo malah menyumpal telinganya dengan earphone.

Bimo tersenyum ketika lagu stitches terputar. Seseorang berkata, dia sangat menyukai lagu itu. Apalagi yang nyanyi adalah Bimo.

Ternyata susah jika harus berpura-pura menyembunyikan rasa. Ketika kita sudah ditahap mencintai orang itu.

Berawal dari chat, dan membuat nyaman satu sama lain. Berakhir dengan serumit ini ketika pertama bertemu.

Keduanya saling mencintai satu sama lain. Tapi ada satu penghalang, tembok kokoh ditengah-tengah mereka. Apa mereka bisa menghancurkan tembok pemisah itu? Atau membiarkannya, dan berjalan masing-masing? Tanpa harus saling mencari lagi?

BOT ; HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang