Sebelumnyaa...Bimo menghembuskan nafasnya, perlahan dengan pasti menatap polsek surabaya dengan rasa kecewa. Seorang kakak bukannya harus menjaga adiknya? Bimo merasa gagal akan hal itu. Apalagi dirinya yang sama sekali belum pernah merasakan kedekatan dengan si adik.
Adik kecilnya yang dulu sangat penurut dan manja itu sudah menginjak dewasa. Jujur Bimo sangat menyalahkan diri sendiri akan hal yang terjadi diantara mereka berdua. Bimo tak pernah ingin diistimewakan atau diprioritaskan oleh orang tuanya.
Bimo jadi ingat dulu saat dirinya sedang berulang tahun yang ke 8 tahun, sedangkan Marcell saat itu berumur 7 tahun. Hari itu Bimo tengah merayakan hari ulang tahunnya hanya dengan kedua orang tua, sedangkan Marcell memilih main dengan teman sebayanya yang waktu itu masih dikampung. Adiknya itu berkelahi dengan anak tetangga karena urusan kelereng dan berakhir Marcell yang menangis. Padahal orang tua mereka melarang Marcell untuk main karena Bimo sedang merayakan ulang tahunnya, tapi anak itu bandel. Pulang-pulang Marcell menangis. Bimo yang melihat adiknya menangis merasa tak tega, dia pun memberikan kue ulang tahun rainbow cake pada Marcell. Lalu memakannya bersama.
Jelas Bimo sangat perduli padanya. Tapi entah kenapa Marcell tiba-tiba saja berubah. Sedangkan Bimo tak pernah meminta agar orang tuanya membeda-bedakan dirinya dengan Marcell. Bimo tak mau. Pernah waktu itu harusnya Bimo yang menjadi juara satu umum pas SD, tapi Bimo malah mengisinya dengan asal-asalan supaya Marcell menjadi juara dikelasnya yang saat itu kelas 5 sedangka Bimo kelas 6. Sampai pulang-pulang Bimo dimarahi habis-habisan. Bimo tak mempersalahkan itu, mungkin seperti itu cara agar Marcell bisa bahagia dengan orang tuanya yang berganti membanggakan Marcell.
Polisi itu menggiring salah satu tahanan dengan baju biru dongker yang tak lain adalah Marcell. Lalu adik kandung Bimo itu duduk didepan Kakaknya. "Kenapa." ujarnya.
"Cell, gue sama Maya ngga ada hub-"
"Gue gak peduli. Mau lo ada hubungan sama dia kek, atau kaga. Gue udah gak peduli. Lo ngerti ga? Lo dateng kesini cuman buat ngomongin itu mending lo pergi temuin dia." ujar cowok yang lebih muda dari Bimo itu terlihat tidak perduli dengan keadaan diluar sana.
"Lo lupa? Gue deketin dia cuman biar ngerebut kebahagiaan lo doang."
"Emang gue sempet suka sama dia. Tapi pas tau lo lagi deket juga sama dia gue makin semangat buat ngerebut apa yang lo punya hahaha. Dan sekarang? Gue udah lepasin semuanya. Gue tau, lo juga pantes bahagia Kak."
Mata Bimo hampir mau keluar. Tadi Marcell manggil dia 'Kakak'??
"Lo--Makasih! Gue tau lo baik Dek," Bimo langsung berhambur memeluk adik kecilnya itu dengan penuh rasa bahagia.
Kaya seolah semua bebannya terlepas begitu aja. "Lo tau, gue selalu pengen ngerasain gimana punya adek. Gue gak pernah sedikitpun ada kemauan mau nyingkirin elo Cell. Gue sayang sama semua keluarga gue." ujar lelaki itu, terisak.
"Saudara Marcell, waktu anda sudah habis." ujar Pak Polisi yang dari tadi berdiri disebelah kursi Marcell.
"Gue bakal bilangin ke orang tua Maya buat cabut gugatan lo," ujar Bimo sebelum beranjak pergi dengan ukiran senyum yang terlihat sangat tulus.
***
Bimo sampai dirumahnya. Rumah orang tua kandungnya. Disana sudah ada kedua orang tuanya dan juga Bunda telah menunggu sedari tadi didepan rumah dengan tiga koper besar dan mobil avanja hitam yang terparkir disana. Seperti bersiap untuk berpergian.
"Bimo?" manik mata Mamanya terpancar lalu merangkul pundak anaknya. "Kamu darimana?"
"Ketemu Adek Ma," ujar anak pertamanya itu.