Maya memasukan jemarinya kedalam saku hoodie berwarna hijau lumut pacarnya. Mereka berdua menaiki motor klx Bimo. Bertujuan ke hutan pinus. Mumpung weekends juga.Ga tau kenapa Bimo ngotot mau ngajak Maya kesana. Mungkin pacarnya itu lagi setres dan butuh liburan juga.
Rasanya pacaran tiga bulan lebih ini, banyak banget rintangannya. Pahit manis sudah dilalui. Bahkan mungkin sebelum pacaran pun mereka sudah melalui banyaknya rintangan.
Tak ada yang sia-sia dalam namanya usaha. Mungkin ini memang takdir. Dulu Maya cuman iseng doang chat bot roleplayer dikirim teman onlinenya, dan dengan tiba-tiba cowok dibalik bot itu mengajaknya pacaran. Sampai dia tau semua tentang permainan Marcell.
Tuhan itu terlalu baik sampai bisa mempertemukan dua insan yang awalnya cuman iseng sampai dipertemukan dengan keadaan yang sangat rumit dan saling mencintai sampai saat ini.
Maya tersenyum hangat. Namun luntur ketika melihat raut Bimo yang hanya datar sembari memandang kosong kearah Maya.
"Kenapa? Apa capek? Duduk dulu yuk?" Maya menggenggam lengan Bimo. Menuntunnya untuk ke kursi yang tersedia disana.
Genggaman itu langsung ditepis. "Gue ga ada banyak waktu May."
"Gue cuman mau bilang.. Kita putus." ujar Bimo dengan ekspresinya yang datar.
Maya mengerutkan alisnya. Jantungnya seolah berhenti berdegup. Seolah dunia juga ikut berhenti seketika. Cewek dengan rambut tergerai itu tertawa dengan posisi rukuk juga memegangi perutnya.
Sedangkan Bimo masih berdiri didepannya sembari memandangnya datar. "Gue serius." ujar cowok itu.
Maya menegakkan badannya, masih tertawa. "Pfffttt.. Gak lucu kamu Bim, aku udah tau kali. Pasti kamu cuman mau ngeprank aku kan karena besok kita anniv?"
"Ihh basi banget tau, mendingan kita rayain jalan-jalan atau makan bareng gitu. Kalo ini mah cewek-cewek juga udah pada tau kalii. Lucu banget kamu Bim," ujar Maya, masih terkekeh.
"Gue serius Maya!" bentak Bimo. Membuat cewek itu membulatkan matanya.
Dada Maya sesak. Baru kali ini Bimo membentaknya. Bahkan baru kali ini Maya dibentak. Riyan sama Papanya aja gak pernah kaya gitu. Mata Maya berkaca-kaca.
"Tapi.. Kenapa..?" tanya Maya dengan suara yang pelan.
"Bosen." ujar Bimo.
"Gue gak bisa nganterin lo, gue pulang duluan." ujarnya lagi. Lalu pergi dari hadapan Maya. Meninggalkan cewek itu sendirian.
Badan Maya lemas. Seolah kakinya tidak bisa diajak berjalan. Bagaimana Maya bisa pulang? Sedangkan Bimo saja sudah berlalu dari sana. Tempatnya pun sepi, sama sekali tak ada orang. Ini tempat yang selalu mereka singgahi saat sedang libur.
"BIMO BANGSAT!!" teriak Maya. Perlahan air matanya menetes.
Hatinya bertanya. Apa dia benar-benar bosan?
Apa Maya membosankan?
Apa segampang itu dalam hubungan?
Maya masih bertanya-tanya. Apa dirinya kurang cantik? Apa kurang pintar? Apa dalam dirinya yang kurang? Apa mungkin memang Bimo sudah mempunyai cewek yang ia mau?
Rintik hujan perlahan mulai turun. Membasahi rambut Maya.
Maya duduk dikursi taman. Mencoba menghubungi Riyan, meminta agar kakaknya itu menjemput. Tapi sama sekali tak diangkat.
Cewek itu mengacak rambutnya. Posisi dadanya yang sesak, apalagi sekarang dia harus berpikir lebih cara agar bisa pulang. Disini sangat sepi, tak ada orang sama sekali.